19. Hasil vidio CCTV

11 0 0
                                        

"Kenyataan akan terungkap dengan waktu yang akan terus berjalan."

~~~~~~

Seseorang dengan mengerutkan keningnya sedang menatap ke arah sebuah layar komputer. Menampilkan sebuah vidio yang sedang dilihatnya itu adalah rekaman CCTV dari lantai dua atas sekolah mereka. Vidio yang menampilkan dari beberapa sudut sekolahnya, salah satunya sudut ruangan depan kelas Asa. Tetapi arah CCTV tersebut mengarahkan ke dalam ruangan bukan mengarahkan tepat di lorong lorong luar kelas.

"Berarti ini emang gak ada yang dari arah lorongnya ya No?" tany Hafiz.

Mereka berdua sedang berada di perpustakaan sekolah, sepulang sekolah Lino mengabari sudah mendapatkan semua vidio CCTV lantai atas. Ternyata benar, bahwa masih ada banyak vidio sudut CCTV yang tidak Hafiz ketahui.

Lino mengatakan guru penjaga multimedia tersebut mematuhi perintah kepala sekolah untuk menutupi rapat kasus ini. Ternyata bukan hanya kedua orang tua Rizki yang ingin kasus ini dihentikan, tetapi kepala sekolah mereka pun ingin kasus ini tidak diperpanjang.

Menjadikan salah satu alasan kepala sekolah mereka melarang untuk menyebar CCTV lantai atas dengan alasan dimatikan karena pembangunan. Padahal dibalik itu semua CCTV masih menyala.

"Gila ini masih lengkap banget padahal! Keliatan jelas orang yang jalannya itu, sampai Rizki dibawa masuk!" ucap Hafiz kepada Lino. Melihat semua vidio CCTV yang didapatkan Lino itu, Hafiz semakin penasaran siapa dibalik orang tersebut. Tetapi salah satu orang dari mereka tidak terlihat oleh CCTV.

Di dalam vidio tersebut hanya terlihat seorang perempuan menggunakan masker putih dan menggunakan topi merah juga tas ransel kuning sama seperti yang Naya katakan saat itu.

Saat melihat salah satu vidio menampilkan Rizki yang sedang dibawa ke area dalam kelas, Hafiz memperhatikan tangan perempuan tersebut. Mengerutkan dahinya saat melihat cincin di salah satu jari tangannya.

Mirip banget persis sama kayak cincin yang diliatin Asa kemarin, apa ini beneran Mora? Batinnya Hafiz.

"Gue mau copy semua vidio ini ya? Gapapa kan?" tanya Hafiz kepada Lino. Meminta izin untuk meminta semua vidio tersebut, karena Lino pun meminta semua vidio itu dari kenalan saudaranya.

"Ya elah! Ini kan gue cari demi lo sama Asa, yakali gak boleh Pis!" sahut Lino.

Hafiz tertawa, "Haha bener juga, yaudah thanks ya bro! Kerja bagus banget!" Hafiz mengucapkan terima kasih atas kerja keras Lino yang sangat menguntungkan.

_________

Keesokan harinya, sebelum matahari menampakkan sinarnya, Hafiz sudah berangkat menuju sekolah. Hafiz mengetahui bahwa Mora selalu datang di pagi hari. Itu alasannya berangkat lebih awal dari biasanya.

Saat tiba di sekolah, Hafiz menaruh tasnya, lalu mencari Mora tepat di kelas sebelahnya. Benar saja dugaannya itu, Mora sudah datang diantara teman-temannya yang lain. Dengan ponsel di tangganya Mora hanya seorang diri memainkan ponselnya itu di dalam kelas yang masih sangat sunyi.

"Mora." Panggilnya. Hafiz masuk ke dalam kelas itu menghampiri Mora.

"Tumben banget, ada apa lo?" tanya Mora melihat Hafiz sudah berada di depan matanya.

"Gue mau nanya sesuatu sama lo, boleh ikut gue ke perpus gak? Mau liatin sesuatu ke lo," Hafiz langsung menyampaikan tujuannya langsung tanpa berbasa-basi.

"penting?" Hafiz menjawab, "Banget." Ucapnya.

"Okay." Akhirnya Mora setuju dengan ajakan Hafiz itu.

Mereka berdua menuju ke arah perpustakaan melewati lorong yang hanya masih terlihat sepi. Bisa terhitung dengan jari berapa yang orang yang sudah datang di pagi hari ini.

Di perpustakaan itu pun tidak ada orang selain mereka berdua, Hafiz memegang kuncinya karena sering datang ke perpustakaan, menyebabkan penjaga perpustakaan itu selalu menitipkan kunci kepadanya.

Hafiz membuka laptopnya itu yang sudah ia taruh sejak kemarin sepulang sekolah. Memperlihatkan beberapa vidio hasil CCTV yang sedari kemarin Mora pinta kepada mereka berdua untuk menjadi bukti.

"Kalau bukan lo, ini siapa?" tanya Hafiz. Mora mengerutkan keningnya memperhatikan dengan jelas vidio yang sedang diputarkan Hafiz itu.

Topi merah itu mengingatkan Mora dengan seseorang yang ia kenali, tetapi Mora tidak langsung memberitahukannya kepada Hafiz.

Mora berusaha mengatur mimik wajahnya agar tidak terlihat terkejut dengan seseorang yang ia lihat dalam vidio tersebut. Walaupun sebenarnya dirinya sendiri pun sangat terkejut saat melihat topi merah yang orang dalam vidio CCTV itu gunakan.

"Bukan gue, liat tas gue tadi? Beda sama ini, di jam ini juga gue udah balik lagian," ucap Mora dengan santainya. Berusaha tidak terlihat panik agar Hafiz tidak terus mencurigakan dirinya.

"Tapi cincin itu persis kayak lo," Hafiz terus menyudutkan Mora. Padahal Mora sudah menjelaskan bahwa aitu bukan tas miliknya.

Mora memperhatikan jari dari seseorang di dalam vidio CCTV itu, matanya terbelalak saat melihat cincin yang dipakaikannya sangat mirip dengan cincin miliknya.

"Mirip 'kan? Gak mungkin kali ini cuma kebetulan?" sahut Hafiz.

"Gue udah bilang, itu bukan tas gue! Dan lo juga bisa cek jam pulang gue jam berapa di daftar jam pulang anak-anak kemarin, pas Rizki jatuh gue udah gak di sekolah," Mora terus menentang atas tuduhan terhadap dirinya itu.

"Gue temuin lo besok buat ngasih kabar, sekarang kasih gue waktu dulu, gue kabarin lo besok, gue duluan." Mora tak menghiraukan Hafiz lagi, dirinya itu langsung pergi tanpa berpamitan lebih sopan kepada Hafiz.

Begitupun dengan Hafiz, ia tidak menahan Mora untuk tetap tinggal dan memaksa Mora untuk mengaku lagi. Dalam pikirannya itu terlintas dengan sesuatu hal, Hafiz mengingat tentang cincin itu. Cincin yang Asa sampaikan bahwa itu cincin persahabatannya dengan kedua temannya Zee dan Mora.

Hafiz menghentakkan meja yang ada di depannya, memikirkan hal yang tidak pernah ia bayangkan bahwa seseorang yang bersamanya selama ini akan terbawa kepada kasusnya sendiri. Tangannya mengacak-acak kacau rambutnya itu, seperti tak terima dengan kenyataannya bahwa, cincin tersebut juga adalah cincin milik Asa.

Walaupun kenyataan tersebut masih abu-abu, belum terdapat bukti dengan jelasnya bahwa orang tersebut adalah Asa. Sedari tadi Hafiz menyudutkan Mora untuk mengaku, tetapi melihat dari tanggapannya itu Hafiz melihat sedikit keyakinan bahwa bukan Mora orangnya, pikir Hafiz.

••••••

Bismillahirrahmanirrahim, semoga cerita ini banyak yang suka! Happy reading semuanya, I hope u like it!🤍

- Al

If I'am?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang