"Nyatanya, semua itu ternyata tidak seburuk yang ada dipiranmu."
~~~~
Air matanya tak henti-hentinya berhenti. Air bening itu terus menetes membasahi batu nisan biru yang mengkilap. Tangisnya tak henti, dadanya terasa sesak. Duduk di tepat di samping makam papanya, terasa nyaman baginya di saat seperti ini. Menangis seorang diri di temani dengan cuaca mendungnya menemani gadis itu menangis sepanjang hari.
Hampir memakan waktu tiga jam lebih Asa berada di makam papanya. Dengan rambut berantakan dan baju rumahannya itu. Saat ini semua teman satu sekolahnya sudah mengetahui mengenai hasil akhirnya. Walaupun Bu Kayla belum menyebarkan motif dari mereka berdua. Bu Kayla hanya menyampaikan kepada seluruh siswa bahwa pelaku tersebut adalah Asa dan Zee tanpa memberikan alasan.
Tetapi Bu Kayla memberitahukan semua alasan dan motif mereka berdua melakukan itu. Bu Kayla meminta keringanan untuk mereka, walaupun semua tindakan mereka pun tidak pernah bisa dibenarkan.
_______
Dua hari kemarin saat Bu Kayla menyebarkan informasi tersebut, Asa dan Zee benar-benar tidak masuk sekolah. Asa tidak masuk dikarenakan sedang demam, mungkin penyebabnya adalah ia terlalu stres dengan semua yang terjadi.
Semenjak itu pun Asa tidak membuka ponselnya sama sekali, karena tidak ingin melihat hinaan dan makian teman-temannya. Tetapi hari ini Asa akan masuk sekolah, dikarenakan Bu Kayla menyuruhnya masuk dan memberikan kejelasan kepada kedua orang tua Rizki.
Saat sampai di parkiran, badan Asa benar-benar gemetaran, tangannya mencengkram erat tali tas ranselnya itu. wajahnya berusaha tidak menunduk ke bawah, tetapi ternyata tidak bisa. Setiap kali Asa menatap ke depan, air matanya itu rasanya ingin membasahi pipinya.
"Kak Asa!!" Asa mendengar sebuah panggilan, mau tidak mau harus menoleh ke arah panggilan itu.
Asa menoleh, dan seseorang meneriakinya lagi. "Kak! Aku di pihak Kakak! Semangat terus, yaa!" teriakan salah satu adik kelasnya itu kepada Asa.
Asa mengercitkan dahi, "Ada apa sebenernya?" Batinnya heran.
Hari ini Asa datang pagi, berusaha menghindari kerumunan orang-orang niatnya. Tetapi walaupun sekolahnya itu terbilang masih sepi, Asa dikejutkan dengan tempelan tempelan poster di sepanjang koridor sekolah.
"Wee love you both! Walaupun tindakan kalian salah, tapi kalian berhak dapet keadilan!"
"Zee, Asa, semoga keringanan menyertai kalian berdua!"
"Dear Zee dan Asa, makasih udah bertahan sejauh ini, semoga keluarga mereka sadar akan sikap buruk anaknya!"
"Kita tidak membenarkan tindakan kalian, tetapi semoga keringanan ada di pihak kalian. Dan mendapatkan seadil mungkin!"
Seketika air matanya itu jatuh dengan sendirinya. Membaca semua poster yang menempel di sepanjang dinding sekolahnya itu. As atidak menyangka bahwa semua orang akan mempunyai pikiran seperti itu, awalnya Asa benar-benar takut mereka membenci dirinya. Tetapi ternyata Ada salah, mereka berpihak walaupun tidak membenarkan tindakan Asa.
Asa menggigit bibir bawahnya menahan agar suara Isak tangis itu tidak terdengar. Disela nangis sesegukannya, ponselnya berdering bertanda seseorang menelpon dirinya. Tertera nama Bu Kayla di ponselnya itu.
Asa mengangkat telpon tersebut. Tidak memakan semenit, telpon itu dimatikan. Asa bergegas ke ruangan Bu Kayla karena Kayla menyuruhnya untuk datang jika sudah berada di sekolah.
Tangannya dingin, terasa kaku saat membuka pintu ruangan itu. Satu demi satu langkah masuk ke dalam ruangan, suhu dingin ruangan tersebut menambahkan ketegangan dalam diri Asa.
![](https://img.wattpad.com/cover/364606403-288-k893568.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
If I'am?
Roman pour AdolescentsIf I'am? Menjadi bagian siswa yang di tugaskan menangani kasus sekolahnya sendiri memang tidak terlalu buruk, hanya saja tidak pernah mereka bayangkan yang terjadi dengan kasusnya kali ini. Asabella Cassia, ditemani dengan seorang anak laki-laki yan...