"Ada sebagian orang menganggap harinya sudah tidak berharga lagi, karena tidak tahu tujuan hidupnya untuk membahagiakan siapa lagi selain dirinya sendiri."
~~~~~~~~
Hari ini adalah hari Minggu, seperti rencana kemarin, Asa sudah ada janji dengan Hafiz untuk pergi keluar. Dengan tujuan Asa menceritakan mengenai hasil wawancaranya kemarin dengan Fajar.
Mereka membuat janji pada pukul 10.00, kini jam menunjukkan pukul 09.00, Asa sedang duduk dihadapan cermin menatap dirinya dan merias dirinya.
Asa menggunakan kaos lengan pendek crop top biru muda dengan dibaluti cardigan putih, dan celana jeans hitam pekat. Pakaian itu sangat cocok dengan tubuh Asa yang proporsional, tidak pendek tetapi juga tidak terlalu tinggi. Berat badan yang ideal membuat diri Asa cocok memakai pakaian apapun.
Rambutnya yang sedikit ikal itu dibiarkan tergerai, tak lupa juga menambahkan polesan-polesan make up agar tidak terlihat pucat.
Ini kali pertamanya ia pergi keluar bersama dengan Hafiz, sebelumnya sama sekali tidak pernah sedikitpun mereka berdua pergi bersama.
Suara notifikasi pesan WhatsApp masuk, bukan lain pesan itu adalah dari Hafiz.
Saat membaca pesan itu Asa mengerutkan dahinya. Apa yang dia maksud ada yang tidak beres? Gumam Asa.Tanpa membalas pesan tersebut, Asa langsung pergi menuju halaman rumahnya. Dan benar saja, terlihat mobil Fortuner putih terparkir tepat di halamannya itu.
Seseorang turun dari mobilnya, dengan diikuti kedua anak laki-laki yang sepertinya Asa mengenali dua wajah itu.
"Sumpah Bell, aduh gimana ya? Sorry bangett! Ini dua kurcil ngikut gue terus dari tadi! Padahal udah gue suruh balik dari rumah gue dari tadi," ucap Hafiz dengan menggerutu meminta maaf karena kedua temannya terus mengikutinya.
Dua orang itu sepertinya teman-temannyaHafiz. Pantas saja Asa sedikit tidak asing dengan wajah mereka.
"Ya gue kepo, seorang Hapis mau ngapelin cewek, hehe, gapapa 'kan? Kalau gue ikut kesini?" ucap salah satu dari mereka.
Asa hanya tertawa kecil, menertawakan Hafiz yang diikuti oleh kedua temannya itu. Terlihat lucu, baru pertama kali ini Asa berinteraksi dengan temannya Hafiz.
"Udah gue bilang, gue bukan ngapel!" bentak Hafiz. Kesal karena kedua temannya terus menuduh.
"Udah, udah gapapa. Gue mau bahas wawancara persoalan Rizki kemarin, kalian ikut juga gapapa, kalau Hafiz izinin?" ucap Asa sembari melirik sekilas kepada Hafiz.
"Insting ke kepoan mereka terlalu kuat buat gue tutupin Bel. Kayak penyintas, semua hal yang lagi gue lakuin, mereka harus tau, emang dasar cowok cowok kepoan!" sontak Hafiz kepada kedua temannya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
If I'am?
Roman pour AdolescentsIf I'am? Menjadi bagian siswa yang di tugaskan menangani kasus sekolahnya sendiri memang tidak terlalu buruk, hanya saja tidak pernah mereka bayangkan yang terjadi dengan kasusnya kali ini. Asabella Cassia, ditemani dengan seorang anak laki-laki yan...