14. Wawancara keluarga Rizki

4 1 0
                                    


"Mereka mengejar keadilan."

~~~~~~


Hari yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba, dimana Asa dan Hafiz harus melakukan wawancara kepada anggota keluarga Rizki. Asa menggunakan motornya untuk pergi ke rumah Hafiz. Walaupun Hafiz sudah menawari menjemput Asa, padahal rumah Rizki lebih dekat dari arah rumah Hafiz. Tetapi Asa menolak, dikarenakan dirinya sekalian ingin mampir ke salah satu supermarket besar untuk membeli kebutuhan bulanannya.

Massage -

[ Asa: Gue udah di depan. ]

Asa mengirimkan pesan kepada Hafiz saat sudah berada di depan rumahnya. Sembari menunggu, Asa melihat sekeliling rumah Hafiz, terdapat dua mobil besar di halaman rumahnya, menutupi warna dinding tosca rumah minimalis itu. Rumahnya  terlihat sangat asri dengan tumbuhan tanaman yang mengelilingi halaman rumah.

Fokusnya teralihkan saat seseorang membukakan pintu, tidak membuat Asa menunggu, Hafiz langsung membukakan pintu rumahnya.

Hafiz melihat Asa yang masih berada di atas motornya dengan menggunakan helm beruangnya itu. "Masukin aja motor lo Bel, bisa kan?" sahut Hafiz kepada Asa. Asa hanya mengangguk tanda mengiyakan.

"Keren lo bisa masukinnya." Karena terdapat dua motor yang menghimpit area kosong di halaman rumahnya itu. Asa membuka helmnya, rambutnya terkuncir kuda dan Asa hari ini menggunakan kemeja putih dengan celana biru jeans.

"Naik motor aja lo masih tetep cakep Bel." Sahut Hafiz dengan suara yang terdengar kecil.

Asa yang mendengar sekilas ucapan Hafiz itu, tak menanggapi, karena takut salah mendengar.

"Ini serius kita harus berangkat kesana nih?" tanya Asa memastikan.

"Iya dong harus!" Sahut Hafiz dengan percaya diri.

"Nanti gue disana gak banyak omong ya, lo aja yang nanya," Hafiz mengerutkan dahinya. "Kenapa?" sahutnya.

"Hehe takut."

"Mau percaya, tapi ini yang ngomong lo? Jadi gue harus percaya atau enggak Bel?" ucap Hafiz dengan menaikkan sebelah aslinya menatap Asa. Asa hanya memutarkan bola matanya itu malas.

Hafiz hanya tertawa sambil menggelengkan kepalanya. "Yaudah sebentar ya, gue siap-siap dulu sebentar." Ucap Hafiz membalikkan badannya untuk pergi bersiap-siap. Asa menunggunya di kursi teras.

Hanya membutuhkan waktu sepuluh menit Hafiz sudah kembali berada di hadapan Asa. Hafiz menggunakan kaos polos hitam dengan celana jeans berwarna cream.

"Aneh gak?" tanyanya kepada Asa. Asa menggelengkan kepalanya. "Engga udah pas, cakep." Ucapannya membuat Hafiz tersenyum merasa senang.

"Btw bakal ujan gak ya nanti? Kalau hujan gimana Fiz?" tanya Asa melihat langit sudah terlihat agak mendung.

"Emang kalau hujan kenapa? Kan pake mobil?"

"Oh, ah, lo bawa mobil? Kirain gue bawa motor nanti hehe," ucap Asa merasa malu. Asa mengira Hafiz akan membawa motor.

"Masa lo udah cakep gini harus naik motor lagi, yaudah ayo nanti keburu mereka nunggu." Ajak Hafiz, Asa merasa kikuk mendengar ucapan pertama Hafiz, seperti ada rasa yang tidak enak di hatinya itu, tetapi tidak tahu apa penyebabnya.

Saat di perjalanan menuju rumah Rizki, benar saja dugaan Asa, bahwa hujan turun. Tidak dengan aba-aba, butiran-butiran air itu turun dengan sangat deras, membuat kaca depan mobil menjadi sangat buram.

If I'am?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang