"Mereka mengenal dekat dengan satu sama lain, belum tentu mengetahui kehidupannya."
~~~~~~
Wajahnya yang putih cantik terkena sinar terik matahari pagi, tetapi tidak menggangu kenyamanannya yang sedang duduk di bawah pohon rindang di depan salah satu rumah perumahan mewah itu.
Seorang perempuan yang sedang duduk melamun menggunakan pakaian rapihnya. "Mor." Panggilan yang menghanyutkan lamunannya.
Perempuan itu adalah Mora, Mora sedang berada di depan rumah Rizki. Menemani seorang pacarnya yang bukan lain adalah Fajar. Fajar mendatangi rumah Rizki untuk mengambil jaket dan beberapa barang lain temannya yang tertinggal di rumah Rizki.
"Bisa tolong bantuin gak?" panggil Fajar kepada Mora. Fajar membawa dua Tote bag di kedua tangannya, dan masih tersisa 3 Tote bag lagi. Fajar meminta bantuan kepada Mora untuk ikut membawakannya.
Barang-barang itu sengaja di tinggalkan di rumah Rizki, karena memang mereka semua dulu selalu berkumpul untuk bermain, ataupun menginap di rumah Rizki. Terdapat jaket, kartu, PS, laptop, dan lain halnya, semua itu barang yang sengaja di tinggalkan di rumah temannya. Rumah Rizki yang sunyi, menjadikan basecamp untuk teman-temannya saat dulu sebelum kejadian ini menimpa Rizki.
Tetapi kini, sejak kepergian Rizki, tidak ada lagi perkumpulan seperti waktu dulu. Fajar dan teman-temannya yang lain masih sangat berduka dan belum bisa menerima kenyataan pahit ini. Kenyataan bahwa Rizki meninggal dengan keadaan seperti itu. Rasa sedih yang cukup dalam terlihat jelas di mata Fajar. Dirinya pun belum cukup ikhlas menerima kepergian seorang Rizki.
"Ini nanti aku mau sekalian mampir ke rumah anak-anak buat ngasih brang mereka, kamu mau ikut atau gimana?" tanya Fajar kepada Mora memberikan pilihan.
"Em, ikut gak ya? Eh yaudah, gak ikut deh, nanti kamu anterin aja ke rumah Asa, gapapa 'kann?" tanya Mora. Jarak rumah Asa dari rumah Rizki cukup jauh, maka dari itu Mora memastikan Fajar mengiyakan atau tidak.
"Iyaa, gapapa." Jawab Fajar dengan cepat tanpa berpikir lebih lama.
Sebelum menancapkan gas menuju rumah Asa, Mora terlebih dahulu menelpon Asa menanyakan keberadaan Asa saat ini. Setelah mendapat jawaban dari Asa bahwa Asa berada di rumah, Mora langsung menyuruh Fajar untuk segera melajukan motornya.
_______
Kurang lebih satu jam mereka sampai tepat di depan rumah Asa. Fajar langsung pergi melajukan motornya kembali tanpa bertemu Asa terlebih dahulu.
Mora mengetuk pintu rumah Asa, tanpa lama menunggu, Asa pun membukakan pintunya.
Jam sudah menunjukan pukul 17.30. Mora melihat Asa masih dengan pakaian rapih. "Abis dari mana lo jam segini? Apa baru mau pergi?" tanya Mora.
"Enggak, abis balik tadi dari luar, yaudah yuk masuk." Asa mempersilahkan Mora untuk segera masuk ke dalam rumahnya.
"Lo ke kamar duluan aja, gue mau bawain minuman." Ujar Asa. Seperti biasanya, saat temannya datang ke rumah, Asa selalu langsung menyuguhkan minuman ataupun makanan untuk mereka.
Mora masuk ke dalam kamar Asa seorang diri, memperhatikan sekeliling kamar Asa. Menurutnya seperti ada yang berbeda dari kamar temannya ini, setelah di perhatikan kembali dengan seksama, ternyata Asa mengganti posisi kamar.
Mora memperhatikan figura-figura kecil yang berada di atas meja belajar Asa, padahal sebelumnya di atas meja itu kosong tidak ada barang apapun.
Figura kecil berisikan foto Asa kecil dan kedua orang tuanya, baru kali ini Mora melihat wajah orang tua Asa, walaupun ini juga hanya melalui foto. Mora tersenyum melihat foto keluarga kecil itu. Saat sedang fokus memperhatikan figura foto, fokusnya itu dibuat teralihkan saat melihat topi merah yang berada di samping figura.
KAMU SEDANG MEMBACA
If I'am?
Ficção AdolescenteIf I'am? Menjadi bagian siswa yang di tugaskan menangani kasus sekolahnya sendiri memang tidak terlalu buruk, hanya saja tidak pernah mereka bayangkan yang terjadi dengan kasusnya kali ini. Asabella Cassia, ditemani dengan seorang anak laki-laki yan...