"Aku yang dilanda kerinduan ucapan pujian itu."~~~~
Selepas wawancara satpam sekolahnya dua hari yang lalu kemarin, Hafiz meminta izin kepada Bu Kayla untuk mengunjungi keluarga Rizki. Dan akhirnya Bu Kayla mrnyetui, menerima perizinan itu. Melalui perantara Bu Nayla, keluarga Rizki menerima Hafiz dan Asa untuk mendatangi mereka pada hari Minggu nanti.
Hari ini sepulang sekolah, Asa dan Zee berniat mengunjungi rumah Mora. Dikarenakan sudah dua hari Mora tidak masuk sekolah. Mereka berniat untuk menjenguk temannya itu, alih-alih sebenarnya mereka ingin pergi untuk main.
Mora dan Zee menggunakan dua sepeda motor, jarak rumah Mora dari sekolah pun tidak terlalu jauh, dibandingkan dengan rumah Asa. Hanya membutuhkan kurang lebih 10-15 menit mereka sudah sampai tepat di depan rumah Mora.
Rumah dengan tingkat dua dan bernuansa putih bersih, mengesankan rumah tersebut sangat rapih. Rumah Mora memang selalu terlihat rapih dan bersih, dibandingkan rumah kedua temannya.
Asa mengetuk pintu rumah Mora, Mora tidak mengetahui bahwa kedua temannya itu akan datang. "Eh tau dia ada kan ya di rumah?" sahut Zee.
"Ada lah, orang lagi sakit." Tutur Asa.
Di depan rumah Mora, Asa dan Zee menunggu cukup lama, sampai akhirnya pintu rumah Mora itu terbuka. Terlihat seorang wanita berbadan kecil dengan celemek yang masih terpajang di badannya.
"Eh, Mbak. Akhirnya dibukain juga," sahut Zee lebih dulu kepada asisten rumah tangga di rumah temannya itu.
"Aduh maaf ya, soalnya lagi gak ada orang di rumah, saya lagi ada di belakang tadi." Perempuan itu menundukkan kepalanya meminta maaf karena membuat Asa dan Zee menunggu.
"Gapapa Mbak, Moranya ada?" tanya Asa.
"Ada, ayo masuk aja." Ajak perempuan itu. Seperti biasa rumah Mora pun sama seperti Asa, hanya saja kedua orang tua Mora sibuk bekerja di hari biasa dan hanya ada Mbak Irma----selaku asisten rumahnya.
Saat membuka pintu kamar Mora, Mora sedang berbaring di kasurnya sembari memainkan ponsel.
"HEH??!" Mata Mora terbelalak melihat kedua temannya itu yang tiba-tiba saja sudah berada di depan pintu kamarnya.
Asa dan Zee hanya tertawa menyeringai menatap Mora yang terkejut akan kehadiran mereka berdua.
"Sakit apa lo sampai gak masuk dua hari gini?? Biasanya lo orang paling semangat buat masuk sekolah walaupun pilek-pilek juga," tutur Zee. Mora termasuk salah satu anak yang sangat semangat untuk masuk sekolah, melihat keadaan rumahnya itu yang sunyi, tidak ada semangat di dalam dirinya jika hanya berdiam diri di dalam rumah.
"Hehe, lagi gak semangat aja, males," keluhnya.
"Nih kita bawain makanan kesukaan lo." Asa menyodorkan totebag yang berisikan beberapa Snack favorit Mora.
"Thanks yaa. Oh ya, pas banget lo ada disini Sa. Gue mau nanya sesuatu," ucap Mora kepada Asa. Nada bicaranya itu berubah seketika, menjadi dingin seperti ingin menanyakan sesuatu hal yang penting.
Zee memainkan ujung jari tangannya, matanya berkedip cepat berulang kali. Jangan jangan nih anak mau ngomong soal yang kemarin gue kasih tau lagi. Batin Zee.
Dua hari yang lalu, tepat saat Zee sedang menunggu Asa yang sedang melakukan wawancara itu. Zee mengabari Mora suatu hal mengenai Asa.
_________
Massage:
[ Zee: Ra, gue tadi abis buka handphone si Asa, lo tau gak apa yang bikin gue kaget? ]
KAMU SEDANG MEMBACA
If I'am?
Teen FictionIf I'am? Menjadi bagian siswa yang di tugaskan menangani kasus sekolahnya sendiri memang tidak terlalu buruk, hanya saja tidak pernah mereka bayangkan yang terjadi dengan kasusnya kali ini. Asabella Cassia, ditemani dengan seorang anak laki-laki yan...