CHAPTER 7

200 19 0
                                    






"Mas Lian, terima kasih." Ucap Sahna dengan memberanikan mengulurkan tangan pada pinggang Lian lalu merangkul pria itu. Lian masih bergeming. Namun setelah nafasnya kembali normal, dia menyingkirkan tangan dari wajahnya kemudian balas menelesupkanya di bawah leher Sahna. Kini tangan Lian menjadi bantal Sahna. Namun pandangan Lian masih menatap langit-langit kamar penginapan itu.

"Besok kita jalan kemana lagi ya Mas?" Sahna memainkan jarinya di dada Lian membentuk pola-pola tak beraturan. Bisa sekali dia menggoda!

"Terserah kamu."

Ini hari keempat dari satu minggu waktu mereka berbulan madu. Lebih banyak Lian hanya akan mengikuti kemauan Sahna kemana wanita itu ingin pergi. Karena... jauh di dalam hatinya dia sedang gelisah. Dia tak tenang. Entah kenapa. Sesekali dia akan teringat tentang Aya. Apalagi hampir dua hari ini dia tak mendapati kabar apapun dari Aya. Setelah panggilan terakhir kemarin, Aya tiba-tiba tak bisa di hubungi. Kemana sih kamu Ay! Ngapain aja selama aku nggak ada?

Namun Lian tak akan bodoh untuk menceritakan kegundahannya pada Sahna. Itu sih cari mati!

Ya, akhirnya Lian kini memiliki Sahna seutuhnya, begitu pun sebaliknya, setelah apa yang dilakukan Lian pada Sahna berkali-kali. Shit! Ternyata gue mau juga having sex sama Sahna! Tapi dia kan istri gue, dan gue normal!! Ya wajar dong, laki mana yang nggak turn on kalau disuguhi lingerie tiap malam! lagian gue nggak selingkuh!

"Kita cari souvenir buat semuanya gimana?" Sahna mengangkat sedikit wajahnya untuk menatap Lian.

Lian yang masih menatap langit-langit mengernyitkan dahi. Ada sesuatu yang dirasanya tidak pas. Namun dia hanya mencoba bertanya sederhana untuk tidak menimbulkan kecanggungan selanjutnya.

"Semua? Maksudnya?"

"Ya semua, Papa-Bunda, Orang tua Mas Lian, dan juga Aya."

Mendengar nama Aya disebut setelah sesi percintaan mereka membuat rasa bersalah hadir pada Lian. Akhirnya dia meniduri wanita selain Aya. Maafkan aku Sayang! Gusar seketika melanda hingga Lian secara tak sadar menghembuskan nafas panjang dan itu disadari oleh Sahna yang kini menatapnya.

"Kenapa?"

"Sebaiknya nggak usah."

"Kok gitu?"

Lian diam sejenak, mencari kalimat yang sekiranya tidak akan menyinggung Sahna. "Lain kali saja kalau kita liburan. Rumah tangga kita tidak berdua, Sahna. Kita tidak seperti pasangan umumnya. Ada orang lain yang harus kita jaga juga perasaannya." Yang sialnya orang lain itu bukanlah orang luar melainkan istri pertamanya. "Aku harap kamu mengerti Sahna."

Sahna terlihat ingin mengatakan sesuatu namun pada akhirnya dia menganggukkan kepala, dan semakin membenamkan wajahnya pada dada bidang Lian. "Aku bahagia banget Mas... nggak menyangka kita bisa bersama."

Lian hanya bergeming.

"Mau sekali lagi?" Tawarnya pada Lian dengan bisikan lirih yang menggoda. Tak lupa dia sapukan lidahnya pada telinga Lian. Dan seketika membuat otak Lian tak lagi pada tempatnya. Lian akui ini... sungguh luar biasa.

********

Embun sedang membuat beberapa CV untuk dirinya mendapatkan pekerjaan. Di ruang tengah kini dia duduk beralaskan karpet tebal yang dibelinya kemarin. Dengan ditemani satu cangkir teh hangat dan membuka sliding door lebar-lebar, kini dia menyesap tehnya dengan memandangi sisa-sisa tetesan hujan dan rumput hijau yang basah.

EMBUNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang