CHAPTER 3

213 19 0
                                    


Lian melangkah gontai menyusuri koridor hotel. Masih jelas ingatan di kepalanya apa yang terjadi sore tadi. Wanita pujaannya ingin bunuh diri. Aya ingin mengakhiri hidupnya. Sesuatu yang sebenarnya merupakan ketakutan bagi Lian-kehilangan Kamaniya-nya. Dan itu tak akan pernah Lian biarkan terjadi. Lian sudah menyadari saat melihat sesuatu yang janggal pada Aya sejak resepsi berlangsung. Wanita itu datang dengan make up dan pakaian yang... bukan Aya sekali.

Melihat ada yang tidak biasa dari istri pertamanya itu, Lian mengikuti istrinya saat melihat wanita itu keluar dari pintu ballroom resepsi. Tak dia hiraukan beberapa protes dari sang Mama, Ibu mertua dan tentu saja istri keduanya yang berada di pelaminan.

Dan benar saja, setelah beberapa kali dia mengetuk pintu tapi tak kunjung dibuka, Lian segera menekan digit-digit angka password apartemen Aya. Dia suaminya, tentu saja dia tahu. Harusnya dia tak perlu buang waktu mengetuk pintu, bukan?

Mengedarkan pandangan, tak juga dijumpainya sang istri. Lian pun bergegas mencari ke kamar Aya. Namun lagi-lagi tak ada sosok wanita ayu itu terlihat. Tak buang waktu lagi dia pun melangkahkan kakinya menuju pintu kamar mandi. Satu-satunya ruangan yang belum dia masuki.

"Sayang, Kamu di dalam?"

Hening, tak ada sahutan dari dalam. Lian memutar gagang pintu yang syukurnya tak terkunci. Namun pemandangan selanjutnya justru membuat separuh nyawanya seakan lepas dari raganya karena ngeri. Wajah Aya terlihat pucat di dalam bathtub yang meluap airnya. Dia melihat Kamaniya ingin menenggelamkan diri. Kenapa dia ingin mengakhiri hidupnya? Bukankah dia mengizinkan pernikahan ini terjadi? Lian masih tak mengerti tapi satu yang jelas dan pasti Lian yakini, Aya ternyata terluka. Aya-nya kesakitan dan tersakiti.

Langkah Lian semakin lemah menuju sebuah kamar yang dia tahu jika saat memasukinya segalanya tak akan lagi sama. Namun bukankah semuanya sudah tak sama sejak dia bersedia menikahi wanita itu.

Lian memijat pangkal hidungnya saat telah sampai di depan kamar pengantinnya.

Matanya hanya menatap baris angka pada daun pintu. Dia gamang, tak habis pikir jika hidupnya akan berada di titik ini. Seumur hidup dia hanya berniat menikah satu kali dengan wanita yang dia cintai sekali. Dan impian itu terwujud ketika dia menemukan sosok gadis cantik dengan segala kesempurnaan versinya yang dia yakini, yakni Embun Kamaniya Gantari. Namun apa sekarang? Bahkan dia harus mengetuk kamar pengantinnya bersama wanita lain di malam hari.

Lian memejamkan mata, sebelum akhirnya mengeluarkan keycard cadangan dari saku celana yang diberikan pihak hotel. Dia menempelkan key card ke pintu lalu terdengar tanda suara kunci pintu terbuka. Lian melangkahkan kakinya masuk ke dalam ruangan, dimana aroma bunga yang wangi langsung menyerbu penciumannya. Kamar yang di desain khas untuk sang pengantin terpampang di depan mata. Lian mengedarkan pandangannya. Di Atas kasur seperti biasa terhampar kelopak mawar berbentuk hati. Serta lilin-lilin yang ditempatkan di beberapa sudut aman sehingga menambah kesan romantis nan erotis.

Sebetulnya dia tak peduli dan tak begitu tertarik menikmati segala pernak-pernik di kamar itu, karena ini bukanlah pertama kali bagi Lian menjumpai hal seperti ini. Namun tak bisa di pungkiri suasana seperti ini ternyata sedikit membuatnya merasakan euforia baru. Ah, brengsek juga ternyata kamu Lian!

Saat Lian sibuk mengumpati dirinya, terdengar suara pintu terbuka berasal dari kamar mandi. Hal selanjutnya yang membuat Lian sedikit terkejut karena menemukan Sahna yang berdiri disana dengan hanya mengenakan bathrobe dengan rambut setengah basah.

"Mas Lian sudah kembali?" tanya Sahna dengan tersenyum. Lian masih diam, karena jujur dia kini merasa canggung dan gugup saat berhadapan langsung dengan Sahna dan berduan seperti ini.

EMBUNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang