CHAPTER 9

222 17 0
                                    



"Mbun kok disini?" Tanya gadis kecil itu polos, mendongak menatap wajah Embun yang duduk-dengan tangan melingkar memeluk pinggangnya.

"Iya... Mbun tadi jalan-jalan sayang. Terus nggak sengaja mampir disini makan siang." Jelas Embun.

"Oh..."

"Kalau gitu temani Gia main ya Mbun?"

"Eh?"

Embun bingung menjawab permintaan dari Gia. Dia mendongak dari yang semula menunduk menatap wajah anak itu. Kini netranya menatap sekeliling. Dan baru dia sadari bahwa ada lima pasang mata yang menyaksikan interaksi keduanya dengan tatapan penasaran, yah tentu saja selain Arlo, karena tatapannya yang... entahlah. Tak dia mengerti.

"Ayo Mbun kita main ke atas. Mainan ku banyak di ruangan Papa." Ajak Gia kembali. Sedangkan Embun hanya menelan ludah kasar. Lalu netranya menatap Arlo yang masih bergeming.

Sebuah deheman memecah kecanggungan di antara mereka.

"Halo Gia... wah lupa ya sama om? Di cuekin sih Om nya?"

Gadis kecil itu menoleh ke sumber suara dan netranya bahagia kala menemukan para pria jangkung yang berdiri tak jauh darinya.

"Om Blotel..." Gia berteriak nyaring dan beralih menghambur pada kumpulan para pria itu. Dia merentangkan tangan yang langsung di gendong oleh salah satu diantara mereka.

"Brothers, Gia! Aduh... ponakan Om tambah berat."

"Om Bian turunin Gia."

"Kok Om Bian, ini Om Pram. Itu Om Bian yang rambutnya habis kesiram susu coklat." tunjuk Pria bernama Pram pada teman di sebelahnya yang memakai anting.

"Anj-"

"Mulut Bi..."

Tegur salah satu diantara mereka yang Embun tak tahu namanya. Sementara Pria yang bernama Bian itu mendengus kasar terlihat menahan kesal. Namun justru terlihat lucu. Membuat Embun menunduk menyembunyikan senyumnya.

"Om Bian kan cowok, kenapa pakai anting?" Tanya Gia polos saat melihat pria berambut coklat yang memakai anting pada salah satu telinganya. Suara kikikan terdengar lebih kencang dari para pria dewasa itu.

"Gia main sama Mbun dulu ya diatas. Papa masih ada perlu sama Om Brothers." Ucap Arlo, lalu menatap Embun yang kembali terlihat bingung. "Kamu saya terima, nanti kita bicarakan yang lainnya. Tapi tolong bawa Gia ke atas dulu. Biar kalian diantar Ratri ke atas." imbuh Arlo yang seketika membuat Embun mengerti.

Menuruti instruksi Arlo kini dia menggandeng tangan mungil Gia dan berjalan menaiki anak tangga yang ditunjukkan oleh Ratri. Bukankah dia sudah diterima menjadi karyawan Arlo? Ya, hitung-hitung dia mulai training sebagai karyawan pria itu bukan?




                        *********





"Ngapain kalian kesini?" Kalimat sinis itu Arlo tujukan kepada keempat teman karibnya, yang sekarang tiba-tiba muncul di hadapannya.

"Santai dong brader... kita udah jauh jalan hujan-hujanan dari jakarta bandung, masak disambut si duda yang lagi PMS." Sahut santai Bian.

"Anjing, istilah lo Bi... mana ada cowok PMS!" kekeh Pramudya.

"Apa kemarin kalau istilah buat cowok Lang?" tanya Bian yang kali ini mengarah pada Langit si wajah cuek.

"Tantrum kali." Jawab Langit santai dengan mengedikkan bahu.

EMBUNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang