CHAPTER 17

194 18 0
                                    

“Mbak Embun, meja nomor 15 ya!”

Seru salah satu waiters memberitahu Embun jika ada pengunjung datang.

“Okay!”

Embun melangkahkan kakinya menuju meja yang ternyata ditempati oleh sebuah keluarga kecil, dengan kondisi sang istri yang tengah hamil. Sementara sang ayah memangku sang putra sulung. Keluarga kecil yang manis.

“Selamat siang. Selamat datang di Bon Appetit.” Sapaan template para waiters. “Ini daftar menunya Pak, Buk.” Embun menyerahkan sebuah buku menu ke maja.

“Kamu mau makan apa sayang?” Tanya sang suami. Dengan mengangsurkan buku menu ke depan sang istri.

Perempuan itu membuka lalu membolak-balik halaman daftar menu. Terlihat jelas tengah berpikir sebelum memutuskan.

“Saya mau, Confit de Canard dan Foie Gras. Kamu mau apa Mas?” Tanyanya pada sang suami.

“Soupe À L'oignon aja.”

Confit de Canard adalah makanan perancis yang terbuat dari olahan daging bebek. Diolah dengan berbagai bumbu-bumbu lalu dimarinasi selama dua puluh empat jam, dimatangkan kurang lebih tiga puluh enam jam sebelum kemudian dipanggang dan digoreng. 

Sedangkan Foie Gras adalah makanan yang terbuat dari bahan utama hati angsa atau bebek dengan cara dipanggang, digoreng atau dibakar bersama bumbu dan saus yang khas sehingga rasanya akan gurih. Soupe À L'oignon adalah makanan yang kaya dengan kaldu sapi diolah bersama bawang putih, parutan keju dan juga daging ayam. Makanan ini memiliki tekstur yang kental dan gurih.

Setelah Embun mencatat pesanan tamunya, dia pun undur diri dan segera ke bagian kitchen lalu menyerahkan catatan pesanan. Beberapa saat Embun menunggu hingga makanan siap diantar.

Embun melangkah kembali menuju meja pelanggan dengan membawa menu pesanan. Namun belum sempat dia meletakkan hidangan di meja, tiba-tiba wanita yang tengah hamil itu memegangi perut dan mengaduh kesakitan.

“Sayang kamu kenapa?” Tanya sang suami yang menurunkan begitu saja sang putra sulung dari pangkuannya. Panik. 

“Sakit Mas, mules. Kayaknya aku mau lahiran.”

Astaga? melahirkan?

Embun yang berada dekat dengan mereka segera meletakkan hidangan yang dibawanya di sembarang meja. Lalu dia turut menghampiri pasangan suami istri itu.

“Istri saya mau melahirkan Mbak.”

“Iya, Pak. Ayo cepat bawa ke rumah sakit!” Wanita itu terlihat mengerang kesakitan dengan keringat yang membasahi dahinya.

“Aduh… anak saya…”

Embun menoleh ke arah bocah yang berusia sekitar dua tahun, hanya memandangi sang Mama dengan raut wajah kebingungan.

“Biar saya yang gendong, Pak.”

“Terima kasih ya Mbak.”

Tak buang waktu, sang suami menggendong istrinya ke mobil, dibantu beberapa karyawan resto yang turut membantu. Embun mengikuti suami istri itu ke dalam mobil. Menenangkan bocah kecil yang berada di pangkuannya.

Beruntung jalanan tak macet, sehingga mereka sampai ke rumah sakit dengan cepat. Pria itu berteriak memanggil para tenaga medis saat tiba di depan IGD. Dengan sigap para perawat pun datang membawa barangkar. Meletakkan ibu hamil itu diatasnya. Lalu membawanya ke Instalasi Gawat Darurat sebelum dipindahkan ke ruang bersalin.

Embun sejenak menyingkir, tak mungkin dia membawa anak kecil turut masuk ke dalam IGD. Dia memilih duduk di lobi rumah sakit. Tak lama terlihat sang Ayah dari anak itu datang berjalan menghampiri Embun.

EMBUNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang