02. Menjaga Kewarasan

731 65 8
                                    

***********************************************************************************************

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***********************************************************************************************

Ceklek.

Johan keluar dari kamar mandi kamarnya dalam balutan handuk yang menggulung dari atas pinggang hingga dibawah lutut. Ia lalu mengeringkan rambutnya yang basah dengan handuk lainnya. Pria 40 tahunan itu berdiri di depan cermin dan tertawa sendiri. Sebenarnya nggak ada yang lucu sih, tapi kalau sudah keramas pagi-pagi gini Johan jadi ingat Wisnu. Sekarang setiap melihat teman laki-lakinya datang ke kantor dengan rambut yang setengah basah, Johan pasti ketawa. Bayangan si Wisnu langsung menghantuinya. Kadang dia disangka lagi kesambet kalau tiba-tiba tertawa sendiri padahal suasana di ruangannya sedang hening. Wisnu-Wisnu, efek keramasannya bisa mengganggu kestabilan hidup orang lain juga ternyata.

Sebenarnya pagi ini Johan keramas bukan karena habis 'melaksanakan tugas negara'. Tapi karena emang dia gampang gerahan aja sekarang. Sejak bobot badannya meningkat drastis, Johan jadi lebih gampang berkeringat. Nggak tahu sih ini pengaruh berat badannya yang bertambah atau karena usianya yang bertambah :'D

Saat Johan hendak menyorongkan kaos dalamannya, Soraya tiba-tiba mengintip dari balik pintu kamar. Sang Istri sedikit tertawa melihat suaminya yang masih setengah telanjang itu.

"Ayah, bawa bekel nggak?" tanyanya manja.

Johan menoleh ke arah pintu, "emang kamu masak?" tanyanya heran. Setahu Johan, hari ini istrinya itu ada jadwal pilates dan dilanjutkan visit usaha restonya di Kebayoran. Jadi hari ini emang bukan jadwalnya Soraya buat masak.

"bikin sandwich aja sih. Buat cemilan anak-anak."

"kamu mau?" tawarnya lagi

Johan tertegun sejenak, bayangan sandwich buatan istrinya itu melayang-layang dipikirannya. Pasti enak banget kalau bisa makan dua porsi sekaligus. Apalagi mayonisenya handmade buatan Soraya sendiri. Duh, perasaan tadi Johan nggak lapar-lapar banget tapi cuma karena dengar sandwich, sekarang dia jadi menderita kelaparan akut.

"yah?" Panggil Soraya lagi, soalnya suaminya malah bengong.

"eh iya, mau dong sayang. 2 tapi yah?hehehe" minta Johan sambil memelas.

Soraya tersenyum gemas ngeliat Johan memelas seperti ini. Pipinya yang sekarang chubby itu menggoda untuk diuyel-uyel.

"oke, siap paduka. Disiapin dulu ya" Jawab Soraya sambil memberi hormat pada suaminya itu.

Lalu mereka sama-sama tertawa sebelum Soraya menutup pintu kamar tersebut. Setelah istrinya itu keluar, Johan hendak melanjutkan memakai kemejanya namun saat ia kembali berdiri di depan cermin, Johan justru terdiam sambil menatap pantulan dirinya sendiri. Tubuhnya kini jauh membengkak dibanding 10 tahun yang lalu. Perutnya buncit dan lemak dilengannya bergelambir seperti lemak babi. Nggak ada keren-kerennya. Beda banget sama Johan yang dulu. Walaupun badannya tidak berotot seperti Malik atau punya perut sixpack kayak Wisnu dan Syahrez, tapi setidaknya Johan nggak begini. Nggak bergelambir seperti ini.

Komplek AkindaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang