27. Teror Misterius

326 43 40
                                    

"Dik, bungkusin seblak ceker satu yak buat kakak lo" pesan Syahrez dari mejanya.

Dika yang masih berkutat dengan beberapa pesanan lainnya hanya mengangkat jempolnya ke arah si Babeh.

"Levelnya apa Beh?" tanya Nanaz selaku kasir yang merangkap sebagai pelayan juga.

"Level 2."

"ok" Syanaz lalu menyatat pesanan Syahrez dan menempelkannya di papan pesanan yang di pajang di atas kompor.

Sejak dua minggu ini Dika mulai sibuk dengan usaha seblak yang dimodali adiknya tersebut. Ia membuka warung kecil-kecilan yang diberi nama Seblak Aa Dika itu di ruko kosong milik Hao. Awalnya ruko ini memang dijadikan aula darurat untuk anak-anak komplek, tapi karena Dika butuh tempat untuk berjualan, akhirnya anak-anak harus pasrah digusur ke lantai dua. Untungnya ruangan di lantai dua juga sama luasnya dengan ruangan lantai 1.

Karena letak warung ini di sebelah gym, alhasil hampir setiap malam Bapak-Bapak komplek datang meramaikan usaha tetangganya itu. Selain memang enak, seblak Dika sudah satu minggu ini viral karena Syanaz. Ada salah seorang pengguna tiktok yang mengunggah video Nanaz sedang melayani pelanggan di warung Ayahnya tersebut. Banyak yang langsung kepincut dengan pesonanya Syanaz dan berbondong-bondong mendatangi warungnya si Dika. Yah hitung-hitung si Teteh jadi penglaris Bapaknya lah....

"Dik, gue mau order satu lagi dong. Buat bini gue" ujar Wisnu sedikit nyaring. Biar kedengeran sama Dikanya.

"Om Wisnu maaf banget, seblaknya sold out" sahut Syanaz mewakili Ayahnya yang masih berkutat dengan kualinya.

"Yahhhhh" Wisnu menghela nafas kecewa. Baru jam 9 tapi seblaknya Dika udah ludes diborong pelanggannya. Padahal Dika baru buka warung jam 5 sore. Nungguin anak-anaknya pulang sekolah dulu karena kalo nggak ada yang bantuin, bisa tewas di tempat dia.

"lagian lu udah duduk disini daritadi kenapa baru order sih?" tanya Johan heran.

"baru keinget, bini gue suka tantrum kalo gue keluar rumah tapi pulangnya nggak bawa apa-apa" curhat Wisnu galau. Sekarang otaknya jadi harus kembali berpikir keras mau bawa makanan apa ke rumah.

Johan menghabiskan kuah seblaknya sampai tetes terakhir, "nih kerupuk ada. Bawain gih" usulnya yang langsung dibalas dengan tatapan bengis dari Wisnu.

"Makasih" ucapnya jutek

"lo bukannya lagi diet Bang? kok makan seblaknya dua mangkok?" tanya Dino heran melihat Johan sudah makan dua mangkok seblak malam ini. Sepengetahuan si Bontot, Johan sedang dalam program diet intensif belakangan ini. Ia juga aktif berolahraga basket 3 kali seminggu.

"Cheating day" jawab Johan sambil terkekeh.

"cheating day tiap hari."

Kini gantian Johan yang melirik Wisnu dengan bengis, "berisik lo" ucapnya judes

"kapan kurusnya ndut?kapan?"

'plak'

Sebuah kerupuk emping melayang ke kepala Wisnu.

"manggil gue ndut sekali lagi gue botakin pala lo!"

Untungnya keripik itu ditangkap Wisnu dengan baik dan langsung disantapnya dengan lahap. Pria itu lantas tertawa penuh kemenangan.

"NDUT! JOHAN GENDUT!" katanya persis seperti bocah yang sedang meledek temannya.

Johan melongos kesal, "bocah-bocah" ia geleng-geleng kepala sendiri.

Melihat pertikaian tidak berfaedah ini, bapak-bapak komplek yang hadir di warung Dika hanya bisa ikut tertawa. Soalnya mau ikutan ngeledek, takut Johannya emosi beneran. Mengingat si Paduka memang paling sensitif kalau disinggung mengenai kondisi badannya saat ini. Cuma Wisnu yang nyawanya lebih dari satu.

Komplek AkindaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang