26. Bapak Rumah Tangga

384 49 11
                                    

"GUE MENANG WOIIII!! YA ALLAH MENANG!!! INI MENANG KAN??" Syailendra bersorak heboh di ruang makannya. Ia terlihat baru saja menyelesaikan sebuah misi penting. Syanaz yang juga sedang berada di meja makan, melirik Syail bingung.

"lo menang apa?" tanyanya datar

"INIH!! Gue main Invisible Maze, Naz."

Syail lalu menunjukan sesuatu di layar ponselnya kepada Syanaz. Sementara itu Tifa hanya bisa geleng-geleng kepala melihat tingkah kedua anak kembarnya tersebut. benar-benar perpaduan yang apik antara Tifa dan Dika. Syailendra yang penuh semangat dan berisik harus menghadapi kembaran seperti Syanaz  yang dingin dan diam. Nanaz hanya akan bawel jika menyangkut orang-orang yang dianggapnya penting saja.

"emang game apasih A'?" tanya Tifa dari dapur. Si Bunda memang sedang menyiapkan makan malam untuk anak-anaknya tersebut.

"ini lho Bun, namanya Clash of Champions. Jadi anak-anak dari banyak universitas keren di Indonesia dikumpulin terus dibikinin lomba" sahut Syail antusias menceritakan tentang Clash of Champions yang baru pertama kali Tifa dengar.

"tapi ini ada juga Bun dari universitas luar negri" tambahnya

Tifa melihat ke arah ponsel Syail sambil ngangguk-ngangguk, di layar tersebut terpampang papan labirin yang penuh lika-liku. Seperti kehidupan Dika dan Tifa selama ini. eits, malah curcol.

"terus kamu bisa ikutan A' mainnya? Kan kamu masih SMA?" tanya si Bunda heran.

"bisalah, Bun. ini gamenya buat semua kok. Tapi ya perlombaannya baru untuk anak kuliahan."

"maksudnya gimana sih?" Tifa tidak menangkap penjelasan Syail dengan baik.

"gini lho Bun, ini nama acaranya Clash of Champions. Pertandingan antara mahasiswa-mahasiswa Indonesia yang kuliah disini dan di Luar negeri"

"hmm, terus?"

"jadi mereka itu ngerjain tantangan di setiap babaknya. Dan tantangannya itu bisa ikut kita kerjain di applikasinya juga Bun" jelas Syailendra

"ohh, online gitu maksudnya A'?" tanya Tifa sebelum mengecap rasa semur tahu dan telor yang ia masak malam ini.

"iya Bunda. Online, lewat applikasi. Nih Aa' menang. Berarti Aa' nggak bego-bego banget lah ya?"

Tifa sontak terkekeh mendengar ucapan Syail barusan, "ya nggak bego lah A'. Mana ada anak Bunda yang bego"

"tapi??!" kata Syail langsung, dari tatapan si Bunda saat ini ia sudah dapat menangkap maksud lain.

"goblok" sahut Syanaz dari meja makan.

"HAHAHAHAHA" tawa Tifa kembali pecah, sebenarnya ia tak bermaksud mengatai-ngatai anaknya sendiri bodoh. Tapi ya si Syail ini memang kadang-kadang agak sedikit begitu.

"emang gue om Vernon? huh" cibir Syail sambil mendengus kesal

"EH! AA'! KOK BEGITU NGOMONGNYA?" tanya Tifa kaget. Kenapa jadi Vernon yang dikata-katain?

"hehehe" Syail hanya menyengir, ia menggaruk-garuk tengkuknya sendiri.

"bercanda Bunda...."

"jangan bercandanya begitu A', nanti kalo Danielle denger gimana? atau om Vernonnya sendiri? Kamu nggak boleh ya A ngatain orang bego" tegur Tifa lalu mematikan kompornya. Semua menu makan malam sudah siap untuk disajikan di meja makan.

"Iya Bunda" sahut Syail pelan, ia kemudian buru-buru kembali ke meja makan. Sebelum disuruh nyuci piring. Soalnya si Bunda suka masak tapi nggak suka nyuci piring. Biasanya emang Dika yang bertugas mencuci piring makan malam mereka. Tapi sudah jam segini Dika belum juga pulang dari kantor. Mungkin dia lembur atau langsung melipir ke tempat Gym di depan komplek.

Komplek AkindaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang