Malik berjalan dengan tergesa-gesa menuju rumahnya. Ia sudah mengetahui siapa pengirim paket misterius yang menerornya belakangan ini. Paket terakhir yang dikirimi orang tersebut sudah cukup untuk menjawab pertanyaan Malik tentang identitas misterius itu. Kini Malik sudah tidak sabar untuk sampai ke rumahnya dan mengambil kunci mobil. Ia harus segera menemui orang itu dan mempertanyakan maksudnya melakukan semua ini pada Malik.
"seems so hurry, huh?" tegur seseorang tepat di depan rumah Malik.
Langkah kaki Malik yang sedang terburu-buru itu langsung berhenti, ia menatap orang tersebut dengan tatapan yang sulit diartikan. Ada tatapan marah, kecewa dan tentunya kaget. Setelah sekian lama menghilang, orang ini datang lagi.
"anjing!!" maki Malik kesal. ia segera menghampiri orang tersebut.
"gue udah tahu ini pasti kerjaan lo!"
"MAU APASIH LO ANJING?! BELUM PUAS LO NGANCURIN SEMUANYA?!!"
Seseorang yang berada tepat di hadapan Malik tersebut hanya tersenyum simpul.
"you should say hello!"
"ANJING!" boro-boro menyapa, yang Malik ingin ucapkan hanya bahasa kebun binatang menyambut kedatangan orang ini lagi.
"nggak usah banyak bacot lo! ngapain lo dateng lagi? Ngapain lo neror gue lagi?!" cecarnya.
Orang itu kembali tersenyum sambil menyentuh pundak Malik, "Mas, you don't even say good bye to me. Wajar kan gue dateng lagi? Gue nggak ngerasa kita pernah pisah."
"NGGAK PISAH GIMANA HAH? LO ITU UDAH GUE CEREIN BANGSAT!! GUE MASIH PUNYA AKTA CERAINYA KALO LO MAU LIAT!!" ucap Malik geram sambil menangkis tangan orang itu yang masih berada dipundaknya.
Ternyata teror paket yang selama ini menghantui Malik datang dari mantan istrinya, Alice. Wanita yang sudah belasan tahun yang lalu ia ceraikan dan setelah itu pergi entah kemana. Kini Alice datang lagi, menyapa Malik seolah ia baru saja pulang berlibur. Alice terlihat lebih kurus dari sebelumnya dan rambutnya yang dulu panjang terurai kini sudah ia potong pendek dan berubah warna menjadi coklat. Penampilan Alice terlihat jauh berbeda dari dirinya yang dulu.
"wow! Jangan marah-marah dong. Aku cuma mau say hello doang sama kamu, Mas. Kamu kabarnya gimana? udah nikah lagi? Haha?" tanya Alice yang tak gentar sekalipun Malik sudah memaki-makinya duluan.
Malik mendengus kesal, "nggak sok baik lu! lo mau apasih Al ngirimin paket aneh-aneh ke gue? lo mau apa? butuh uang? Berapa? Gue transfer sekarang juga!" ucapnya lalu buru-buru merogoh kocek untuk mengambil ponselnya.
Gerakan tangan Malik itu dihentikan Alice, wanita itu menatap Malik lagi-lagi dengan senyuman yang menyeringai.
"aku nggak butuh uang kamu, Mas. Aku bukan cewek murahan yang bisa kamu tidurin sana-sini dan setelah itu kamu bayar. No, I am not" ucapnya kali ini serius.
Malik dan Alice lalu saling bertatap-tatapan, terlihat sekali ada dendam di masa lalu yang masih membara diantara keduanya.
"ya terus lo mau apa? apa maksud lo ngirimin gue paket-paket nggak jelas itu?" tanya Malik jengah
Alice tersenyum sesaat, "well, aku cuma mau ngingetin kamu soal apa yang pernah kamu kasih dulu ke aku. Bunga mawar yang melambangkan cinta, coklat yang manis, kunci rumah sebagai pondasi awal kita menikah dan terakhir cincin pernikahan kita. Aku cuma mau kamu inget, kamu pernah memberikan semua itu sama aku, Mas. Tapi karena kamu yang nggak bisa nahan diri kamu sendiri, kamu hancurkan semuanya! Kamu hancurkan hidupku Mas!" ujarnya panjang lebar dengan emosi yang meluap-meluap.
Malik terperangah, kini ia mengerti maksud setiap paket yang Alice kirimkan padanya.
"Al... apa yang lo liat hari itu cuma salah paham." Ucap Malik berusaha membela dirinya dan meluruskan masalah yang sudah bertahun-tahun lamanya hanya mengambang tanpa kejelasan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Komplek Akinda
FanfictionA Sequel of Kos Akinda. 15 Tahun berlalu sejak satu persatu penghuni Akinda meninggalkan indekos tersebut. Kini mereka semua hidup bahagia di sebuah komplek yang diberi nama 'Komplek Akinda'. Kali ini si Willy yang bikin. Namun bukan Akinda namanya...