"GILA LO CHI!" Teriak Katrin geram melihat Ochi tanpa basa-basi menghajar suaminya hingga tersungkur ke lantai. Wanita itu buru-buru menolong Willy dan meminta Syeila untuk membawakan kotak P3K yang ada di dapur mereka.
"LAKI LO YANG GILA!" maki Ochi balik. Keliatannya ia masih dikuasai amarah sampai nggak sadar, siapa yang baru saja ia pukuli.
"Chi.. ini soal Rinan?" tanya Willy yang kini sudah bisa berdiri lagi meskipun masih sedikit oyong.
Ochi melirik Willy sinis, "yaiyalah! Siapa lagi!" sahutnya.
"lo mau bikin rumah tangga gue berantakan ya, Wil? Maksud lo apa coba bawa-bawa mantan Raisa kesini?"
"ya gue nggak tau dia mantan tunangannya bini lo. Emang hal begituan ada di CV? Nggak ada kan? How do I know?!" balas Willy sebal tiba-tiba digebuk padahal dia merasa nggak salah.
Ochi bergeming, baginya orang pertama harus disalahkan dalam masalah ini ya si Willy.
"gue nggak mau tahu Wil, tu orang harus lo pecat sekarang juga!" tegasnya
"nggak bisa gitu dong, Chi. Secara kerjaan kan Rinan nggak salah apa-apa. selama ini kerjaannya bagus. Gue nggak punya alesan buat mecat dia"
"HALAH!"
"perusahaan kan punya lo! tinggal pecat. selesai!"
"Heh Fauzi!"
Melihat pertengkaran yang tak ada ujungnya ini, Katrin langsung ambil alih pembicaraan. Ia mendekat ke arah Ochi dengan penuh emosi.
"lo pikir bikin perusahaan ini nggak pake aturan? Kita nggak bisa pecat karyawan cuma karena sentimen pribadi. Kita bisa dituntut kalau secara hukum dia nggak ngelakuin kesalahan apa-apa. lo gila kali ya karena masalah pribadi lo, bikin perusahaan Willy jadi beresiko?"
"terus lo mau rumah tangga gue yang ada di ujung tanduk dengan melihara karyawan goblok kayak si bangsat itu?"
"emang rumah tangga lo kenapa sih? bukannya mereka cuma mantan?" tanya Katrin heran dengan segala kemarahan Ochi malam ini.
Sementara Ochi hanya mematung di tempatnya. Sebenarnya rumah tangganya nggak kenapa-kenapa. Raisa juga udah cerita semuanya sama Ochi tadi. Tapi karena kepalang udah cemburu berat, si Maung jadi melampiaskan emosinya kemana-mana. Termasuk ke Willy yang udah berhasil dibikinnya mimisan malam ini.
"Chi, gue bakal usahain mandor buat Aula diganti. Tapi gue mohon maaf sama lo, gue nggak bisa pecat Rinan." Ujar Willy sambil menghampiri sahabat magadirnya itu.
"kalo dia cari Raisa lagi kesini gimana? lo mau tanggung jawab? Kalo bini gue diculik sama dia gimana? terus anak gue kehilangan ibunya lo mau tanggung jawab? Kalo istri dan anak-anaknya si Rinan jadi terlantar karena bapaknya kabur gimana Wil? Pikir dong sampe sana! Pikir!" marah-marahnya masih lanjut ternyata.
"LO YANG MIKIR KEJAUHAN!!" seru Katrin geram. Baginya pemikiran Ochi ini sudah nggak jelas dan mengada-ada.
Willy melirik sang istri sembari memberikan kode untuk tenang. Ia ingin bicara baik-baik dengan Ochi ketimbang pake urat begini.
"kalo semua ketakutan lo itu jadi kenyataan, gue yang bakal bunuh si Rinan itu pake tangan gue sendiri. Lo bisa pegang kata-kata gue" tegas Willy yang sukses bikin mulut Katrin sama Ochi langsung ternganga. Mereka berdua tau kalo Willy tak pernah main-main dengan ucapannya.
"jangan gila ah!" Katrin langsung menabok lengan Willy.
"ini serius"
"O---oke. Gue... gue... bener-bener pegang kata-kata lo. Gue nggak mau lagi liat si Rinan-Rinan itu datang kesini. Atau gue bakar tu aula!!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Komplek Akinda
FanfictionA Sequel of Kos Akinda. 15 Tahun berlalu sejak satu persatu penghuni Akinda meninggalkan indekos tersebut. Kini mereka semua hidup bahagia di sebuah komplek yang diberi nama 'Komplek Akinda'. Kali ini si Willy yang bikin. Namun bukan Akinda namanya...