25. Bahagia yang sederhana

4.9K 285 6
                                    

Arfan menutup pintu di belakangnya. Sejenak ia memejamkan mata dengan belakang kepalanya bersandar di sana, saat bayangan demi bayangan memenuhi kepalanya. Yang entah mengapa mengganggu sekali. Bahkan ia masih ingat betul bagaimana ucapan demi ucapan wanita yang sudah lama tak pernah ia temui. Tak pernah ingin ia tahu kabarnya. Juga mulai ia lupakan dari ingatannya mendadak hadir tanpa rasa bersalah. Yang ucapannya berhasil mengoyak separuh hidup Arfan dalam sekejap.

Aku pernah kehilangan calon bayi kita. Di hari itu. Apa kamu kira, aku masih bisa meneruskan pernikahn kita?

Tapi di luar semua itu. Ada seseorang yang juga membuat Arfan merasa lebih takut akan kehilangan untuk kedua kalinya. Terutama saat akhir-akhir ini, wanita itu. Orang yang sering mengusik ingatan Arfan lebih banyak. Seseorang yang mulai Arfan inginkan untuk ikut serta dalam masa depannya. Membangun kehidupan yang jauh lebih baik dari kehidupan yang ia mimpikan dulu.

Yang mungkin, Arfan ingin menghabiskan banyak hal dengan wanita itu. Mulai menyusun ulang masa depan yang sempat hancur berantakan dengan hal-hal yang hanya ada mereka berdua juga hal yang mereka inginkan.

Segala rencana juga gambaran itu sering Arfan pikirkan akhir-akhir ini. Sering membuat Arfan diam-diam tersenyum diantara waktu sibuknya. Juga membuat Arfan ingin berada di rumah lebih lama, lebih sering dan menghabiskan waktu bersama hanya berdua. Menatap, mendengar, juga bercerita tentang apa pun. Yang hanya ada mereka berdua.

Arfan mengusap wajahnya kasar. Sedikit menyeret langkahnya saat merasa kepalanya terasa berat dan ingin pecah. Ucapan wanita itu berhasil mengusiknya. Tentu saja. Ada dunia yang seakan runtuh saat mendengar alasan wanita itu pergi. Tapi, yang lebih membuatnya kecewa adalah... kenapa harus sekarang? Kenapa baru sekarang wanita itu muncul disaat Arfan bahkan telah memulai kehidupan yang baru? Mulai kembali menyusun mimpi yang sempat hancur berantakan.

Ada erangan penuh frustasi. Langkah yang terasa berat juga malas-malasan, namun segala gerak tubuh Arfan terhenti begitu kedua matanya tak sengaja menemukan sesuatu. Sesuatu yang tergeletak di atas wastafel. Sesuatu yang seketika membuat Arfan segera melangkah cepat, meraihnya dan menatapnya dengan pandangan-seakan masih tak percaya.

Beberapa menit hanya di tatap, Arfan merasakan tubuhnya membeku. Kedua matanya mengerjab-ngerjab dengan pandangan lurus juga berkali-kali menelan ludah susah payah. Dia tatap bayangan dirinya di depan cermin-yang seakan menyadarkannya. Membuatnya seketika berbalik. Keluar kamar mandi dengan langkah tergesa. Dia bahkan membuka pintu kamar mandi terlalu kencang. Yang berhasil membuat wanita yang duduk di atas ranjang seketika mendongak. Menatapnya-yang kini masih diam di tempatnya. Menatap lurus seseorang yang kini menatapnya dengan bibir bawah wanita itu yang digigit kuat. Ada ketakutan yang bisa dengan jelas Arfan temukan di sana. Di wajah itu yang kini menatapnya.

"I-ini..." Arfan menunduk, Menatap benda panjang di tangannya. Lama ia tatap sebelum kembali mendongak dan kembali menatap wajah itu. Yang sejenak membuatnya kehilangan kata. "I-ini.... Kamu...?"

Ada tatapan takut, juga anggukan samar yang Arfan terima bersamaan dengan gumaman. "I-iya... Hasilnya positif." Ucapan lirih itu seketika membuat Arfan tanpa pikir panjang langsung melangkah tergesa. Sedikit berlari dan mendekat, menarik tubuh Arsila yang terasa benar-benar kaku saat ia peluk.

Wanita itu bahkan tampak terkejut saat Arfan mengangkat tubuhnya, memutar-mutarnya hingga terdengar pekikan samar. "Mas!" Tegurnya. Yang langsung membuat Arfan menurunkan tubuh itu. Menatap wajah itu, menangkupnya dengan kedua tangan yang kini terasa gemetar.

Ya, tuhan... Apa dia sedang bermimpi saat ini?

Ada sesuatu yang terasa meletup-letup. Menggelitik juga mendebarkan. Yang sama sekali tidak bisa di jelaskan oleh Arfan. Tapi yang jelas, bahagia itu terasa memenuhi rongga dadanya. Meluap hingga kini merambat diseluruh aliran darahnya, sampai sudut bibirnya tertarik ke atas. Begitu lebar hingga mungkin dia tampak bodoh kali ini.

Sang Pemilik Hati (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang