6. Memberikan mimpi

4.1K 253 7
                                    

Bab 5(Raga Tanpa Rasa) ada di karyakarsa ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bab 5(Raga Tanpa Rasa) ada di karyakarsa ya.... Bisa di baca di sana.... Thankyou💓💓💓💓 yang udah setia di lapak ini..

Pukul enam pagi Arsila sudah berada di rumah sakit, masih dengan wajah kacau, berntakan juga kusut. Semalaman dia bahkan tidak bisa tidur- tidak bisa memejamkan mata dan juga berhenti memikirkan banyak hal. Dan sekarang dia sudah berada di rumah sakit, mengabaikan tubuhnya yang panas dingin juga kakinya yang gemetar. Dia mendekat, melangkah ke arah ibunya yang saat mengetahui keberadaannya langsung menghambur memeluknya.

Ada tangis yang hebat, tubuh gemetar kuat juga seruan yang terbata-bata dari ibunya. Yang detik itu juga Arsila merasa dunianya nyaris hancur. Ayahnya dinyatakan koma sejak beberapa jam yang lalu. Yang mungkin saat ia diperjalanan menuju ke rumah sakit.

Tidak ada tangis yang Arsila keluarkan. Dia hanya diam saat ibunya terus memeluknya erat. Juga menangis di pundaknya yang kini terasa basah. Entah air matanya telah kering semalam, atau semua sikap Arfan berhasil membuatnya tak lagi mampu menjatuhkan air matanya?

Arsila pun tidak mengerti, hanya saja dia hanya bisa diam dengan pandangan kosong. Mentap wajah ayahnya yang biasanya tampak pucat namun masih mampu mengulas senyum kini hanya bisa memejamkan matanya erat. Wajah pucat itu masih ada, namun tak akan ada tawa mulai detik ini. Yang bisa ia dengar dari pria yang mengajarinya banyak hal itu.

"Silla, ayahmu, Nak." Tangis ibunya, juga segala ucapan penuh putus asa itu hanya mampu membuat Arsila kehilangan satu hal lagi dari hidupnya. Yaitu harapan juga angan atas keinginannya melihat ayahnya untuk tetap baik-baik saja dan sehat seperti sedia kala.

****

Tatapan kosong, langkah linglung juga wajah kacau, itulah hal pertama yang Arfan temukan saat dia bangkit dari duduknya. Membuat Wanita yang baru masuk ke dalam rumah seketika menghentikan langkahnya.

Hanya beberapa saat sebelum dia meneruskan langkahnya. Berjalan tanpa peduli dengan Arfan yang kini berdiri kaku di tempatnya. Menatap lurus pada punggung yang kini berjalan menaiki anak tangga. Tidak ada sapaan yang Arfan terima dari Wanita itu, seperti biasa. Senyum di wajah itu pun tak ia temukan. Semua itu mendadak membuat Arfan menelan ludah susah payah.

Dia perhatikan punggung yang terus melangkah menjauh itu. Lama ia tatap sebelum ia meraup wajahnya dengan telapak tanganya kasar. Mengerang tertahan, dia menyerah, membawa langkahnya ke arah tangga setelah beberapa menit berperang dengan dirinya sendiri.

Masuk ke dalam kamar, Arfan menghentikan langkahnya saat menemukan punggung itu berdiri kaku di depan lemari. Menatap lemari tinggi di depannya-yang sama sekali tak dimengerti oleh Arfan. Namun saat mengingat lagi, bayangan di mana apa yang telah ia lakukan pada Wanita itu seketika membuat Arfan merasa ada sesuatu yang tidak nyaman di dadanya. Hingga membuat dia seharian ini layaknya serba salah juga bingung. Jadi.

"Bisa kita bicara sebentar?" Arfan masih menatap punggung itu yang tak bergeming. Yang masih diam dengan tubuh membelakanginya.

Lama Arfan diam. Membiarkan keadaan kamar itu hening juga sepi. Berdehem Arfan bergerak masuk, menutup pintu dengan satu tanganya tanpa mengalihkan pandangannya dari punggung itu.

Sang Pemilik Hati (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang