Kita ketemu di bab akhir ya!!! Terima kasih karna sudah setia!!!
Kepoin ceritaku yang lainnya, ya!!!
Selamat membaca!!!
****
"Aku sudah memaafkan, Mas. Tanpa harus Mas meminta maaf." Ucap Arsila lirih. Dia memang telah memaafkan suaminya, jauh sebelum pria itu meminta maaf dan datang padanya.
"Aku sudah memaafkan, Mas."
"La-" kedua mata itu menatapnya tak percaya, tapi jelas ada kelegaan yang Arsila bisa lihat dikedua mata itu. Hangat, Arsila tidak pernah temukan tatapan itu di kedua mata itu.
Sejak dulu. Dan ini adalah pertama kalinya. Dan, Arsila pun menyukainya.
"Demi rumah tangga kita, demi calon anak kita. Juga demi masa depan kita. Aku sudah memaafkan semua salah, Mas. Tapi, aku mohon Mas. Untuk kali ini. Tolong jangan mengecewakan aku lagi. Aku akan memberikan kesempatan untuk, Mas."
Tubuh Arsila langsung ditarik. Dipeluk erat-erat dengan suaminya yang tak berhenti bergumam 'terima kasih'
Arsila balas memeluk tubuh itu tak kalah erat. Ada kecupan di pundaknya, di leher juga di pelipisnya.
"Tapi, sebelum itu. Aku ingin Mas jujur satu hal."
"Apa?" Arfan menarik tubuhnya. Menatap Arsila dengan kedua mata yang serius.
"Mas yakin nggak punya apa pun yang mau disampaikan sama aku?"
Arsila menunggu jawaban dari bibir itu dengan jantung berdebar-debar.
"Kenapa?" Tanya Arfan. Berusaha terlihat tenang. Padahal, tubuhnya terasa cemas luar biasa. "Apa .... apa ada sesuatu yang mengganggu, kamu?"
Arsila diam. Semakin membuat Arfan merasa cemas luar biasa. "La?" dia meraih tangan itu. Menggenggamnya erat.
"Kamu bisa menanyakan apa pun. Apa pun yang memang mengganggu pikiran kamu."
Genggaman tangannya dilepaskan, Arfan menelan ludah gugup karna itu. Apalagi saat tubuh itu bangkit, beranjak bangun, merah ponsel wanita itu di kabinet samping tepat tidur. Arfan hanya mampu menatap tubuh itu. Terus mengikutinya hingga dia kembali duduk di depannya.
"Aku ... menemukan ini."
Arfan menunduk, menatap sodoran ponsel itu. Tubuhnya seketika menegang, terasa kaku hanya dengan membaca judul besar di sana. Itu...
"Aku sama sekali nggak tahu kenapa Mas menyembunyikan semua itu. Tapi, kalau Mas ragu untuk memberikan itu karna aku hamil-"
"La," Arfan menggeleng. Setengah panik. Tangannya yang dingin menggenggam tangan istrinya. Meremasnya lembut dengan ketakutan yang sulit ia ungkapkan. Seluruh tubuhnya terasa menggigil dan kedinginan. Ketakutan itu kian besar saat tangannya dilepas lembut. Arfan kembali hendak meraihnya. Tapi, tangannya lebih dulu di tahan. Di genggam punggung tangannya dengan dua tangan rapuh itu.
Arfan menunduk. Menatap tangan yang kini salah satunya tersemat cincin pernikahan mereka.
"Aku nggak akan marah, Mas. Nggak akan." Wajah itu menggeleng berkali-kali. Sedang kedua matanya kini kembali berembun. "Ada fasenya kamu pasti merasa lelah dengan hubungan kita. Dengan semua keadaan kita. Dan memilih menyerah.."
"Nggak, La. Nggak gitu."
"Sejak awal, aku hanya datang karna menggantikan seseorang di sini."
"La," Arfan melepaskan gengaman tangan istrinya. Melepaskannya agar ia bisa meraih tangan itu untuk ia genggam erat-erat. Ia remas kuat-kuat. Ketakutan kini membanjiri seluruh tubuhnya. Membuatnya tak lagi mampu merasakan debar jantungnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sang Pemilik Hati (SELESAI)
RomanceJodoh? Adalah satu kata yang mengerikan bagi Arfan. Sejak mengalami patah hati yang mendalam. Karna ditinggalkan oleh tunangannya di hari pernikahannya. Kini Arfan dihadapkan langsung dengan kerumitan pernikahannya yang awalnya hadir tanpa rasa cint...