Bab 2 || Strong Bound

802 121 88
                                    

Halo, Meiders!
Jangan lupa VOTE dan komennya, ya! Supaya aku makin semangat untuk lanjutin kisah NaruHina 🥰
🌹"The Deepest of Love" 🌹
Terima kasih😇

*****

Hujan yang mengguyur kota Tokyo, khususnya daerah Pemakaman Aoyama, tak membuat seorang wanita yang sedang menangisi makam orang tuanya beranjak pergi. Pria dengan iris safir dan berambut pirang, terlihat berada di samping wanita itu, sambil merengkuhnya dari samping.

Mereka adalah Hinata dan Naruto, yang baru saja kehilangan seorang ibu dan ayah, akibat kecelakaan mobil yang langsung menewaskan keduanya. Hinata sudah menginjak usia 26 tahun dan Naruto 24 tahun. Sepasang kakak beradik tiri ini terlihat saling menguatkan, terutama Naruto yang sangat menjaga Hinata di sampingnya.

"Kamu tidak akan pergi meninggalkan aku, 'kan, Naruto?" ujar Hinata dalam pelukan Naruto. Mereka sudah berada di dalam mobil, yang dikemudikan oleh asisten pribadi Naruto bernama Hatake Kakashi.

Naruto menggeleng kepalanya. "Untuk apa aku meninggalkanmu?"

Hinata semakin menelusupkan wajahnya di pelukan Naruto. "Karena Ayahku dan Ibumu sudah meninggal. Jadi, apa kamu ..."

"Tidak, Kak. Aku tidak akan meninggalkanmu," ungkap Naruto, ia mengelus bahu Hinata. "Jangan berpikir yang tidak mungkin terjadi. Tidurlah. Kamu perlu istirahat."

Hinata tak menjawab, ia tertidur setelah beberapa menit hening. Naruto merengkuhnya dengan sangat hati-hati, memberikan kenyamanan agar Hinata tidak terganggu dalam tidurnya.

"Pelan, Kakashi," perintah Naruto. Kakashi adalah satu-satunya yang masih selalu ada di samping Naruto, setelah ayahnya meninggal karena sakit keras.

"Anda percaya padanya, Pak?"

Naruto mengerutkan dahi, tak mengerti. "Apa maksudmu?"

"Anda selalu tahu bagaimana wanita mengatur perusahaan. Nyonya Kushina membuat perusahaan Pak Minato bangkrut karena terlalu banyak hutang. Bahkan sekarang Konoha Group sedang goyah."

"Hinata bukan ibu saya, Kakashi. Hati-hati kalau bicara," tekan Naruto. Beruntungnya, ia adalah Kakashi. Jika orang lain, Naruto tidak akan segan memberinya pelajaran tanpa peringatan.

"Apa yang membuat Anda sangat percaya padanya?" cecar Kakashi. Ia masih penasaran tentang satu-satunya orang yang Naruto pedulikan, lebih dari siapapun di dunia ini.

Naruto menghela nafas lelah. Ia semakin mengencangkan pelukannya, seakan tak ingin membiarkan Hinata terlepas begitu saja darinya. "Kamu akan menilainya sendiri nanti."

***

Seminggu telah berlalu. Hinata mulai bangkit dari kesedihannya. Ia mulai membahas perihal perusahaan yang sudah beralih menjadi miliknya. Tiga hari ini, Hinata memeriksa beberapa laporan perihal pengeluaran dan pemasukan rumah tangga. Tentunya, dengan di bantu Naruto yang sebenarnya lebih mahir dalam hal ini. Hinata sangat mengakui otak encer dan kejelian Naruto yang di atas rata-rata itu. Tidak heran, jika dirinya mendapat beasiswa S2 di Jerman.

Mereka sedang berada di ruang kerja Hiashi, yang saat ini sudah menjadi milik mereka. Ruangan yang luas, cukup untuk menambah satu meja kerja lagi di sisi kiri meja kerja utama hingga membentuk leter L. Hinata ingin bisa bekerja dengan Naruto di sampingnya.

"Ibumu dan ayahku mencantumkan namaku sebagai ahli waris Konoha Group. Itu dilakukan atas permintaan ayahku. Sepertinya ibumu juga terpaksa melakukannya," ujar Hinata. Mereka sedang duduk di sofa yang berhadapan dengan meja kerja Naruto.

Naruto tidak terlalu peduli akan hal itu. Satu-satunya yang ia khawatirkan adalah keselamatan Hinata, karena sudah pasti ia akan menjadi incaran dari dua keluarga besar sekaligus, terutama Uzumaki.

The Deepest of Love (NaruHina) - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang