Bab 22 || The Wedding

442 67 32
                                    

Tujuh hari, adalah waktu yang diberikan Pantognostikos pada Hashirama untuk dapat menyelesaikan permasalahan Naruto. Hashirama sudah memikirkan kemungkinan terburuk sejak saat ia memilih untuk menerima Naruto, bahkan menjadikan pria itu sebagai salah satu tangan kanannya.

Sebelum Naruto, Hashirama sudah lebih dulu merasakan rasa terpahit kehidupan saat istri dan anaknya direnggut karena permainan kekuasaan. Oleh sebab itu, ia sedikit memahami perasaan Naruto. Ia pun membiarkan sang cucu untuk bertindak apapun selama bisa dipertanggung jawabkan.

Namun sepertinya, situasi yang dihadapi sedikit lebih buruk dari kemungkinan yang terburuk. Hashirama bimbang, dan sialnya, ia sudah terlanjur melibatkan perasaan.

Terlalu banyak yang terlibat, bahkan hampir seluruh keluarga, dan semua telah menjadi VIP klien Assassin. Hyuga dan Uzumaki, sungguh menyeramkan. Hashirama heran sekaligus takjub pada Hiashi, karena benar-benar menjaga putrinya untuk tidak terlibat di tengah permainan kotor keluarganya.

Apakah karena itu juga, Naruto mempertahankan Hyuga? Pria itu menghormati Hiashi, karena sudah memberikan yang terbaik untuk Hinata.

"Hah ...." Hashirama menghela napas berat. Kepalanya mendadak sangat pening. Terlalu memikirkan tanpa bertindak hanya membuang waktu. Besok sudah mulai terhitung satu hari dari tujuh hari yang diberikan.

"Apa tehnya tidak enak?"

Hashirama tidak menjawab pertanyaan Naruto. Ia baru saja tiba dari Italia dan langsung meluncur ke tempat sang cucu berada, tepatnya di markas hutan Aokigahara. "Naruto, kudengar, kamu ingin memajukan hari pernikahan?"

"Aku bahkan belum cerita pada sia-" Naruto menjeda kalimat, ia ingat Sasuke ada di sana ketika Hinata meminta dinikahi secepatnya. "Lain kali, aku akan berkompromi dengan Sasuke agar tidak mengadu padamu."

Hashirama mengernyit heran. "Apa salahnya? Kenapa harus dirahasiakan dariku?"

"Aku ingin memberitahunya sendiri."

Jawaban Naruto spontan membuat Hashirama terkekeh. Pria itu sudah pasti menganggapnya penting, meski tidak menggantikan posisi Kakashi sebagai orang yang paling dipercaya. "Sudahlah, aku tahu dari siapapun sama saja, Naruto. Jadi, apa kamu ingin menikah besok?"

Naruto tertawa kecil. Belum genap satu hari, Hashirama malah seperti Hinata yang cepat mengambil keputusan. Apakah mereka serius?

"Kenapa malah tertawa?" tanya Hashirama, merasa tidak puas dengan respon Naruto.

"Tentu saja aku tertawa, menentukan pernikahan seperti sedang mengatur janji kencan. Mudah sekali."

"Memang mudah kalau kita buat sesederhana mungkin. Lagipula, kenapa harus dipersulit? Menikahlah jika kalian sudah tidak sabar."

"Di sini?"

"Tentu saja, di mana lagi? Aku akan menghubungi teman pendetaku, nanti biar anak-anak yang menjemputnya."

"Apa teman Kakek tidak sibuk?"

"Tidak, dia akan langsung datang jika aku yang memintanya," jawab Hashirama enteng. "Ah, menikahnya besok malam saja, ya? Jadi kita masih punya waktu untuk mempersiapkan, setidaknya dekorasi kecil-kecilan dan pakaian pernikahan kalian."

Naruto tersenyum, ia senang karena Hashirama dengan mudah menyetujui pernikahannya. Namun di samping itu, ia tahu Hashirama sedang mengalihkan pikiran, dan pertemuan dengan para petinggi Pantognastikos lah yang menjadi penyebabnya.

Tanpa bertanya, Naruto sudah lebih dulu tahu hasil dari pertemuan mereka. Ia sempat mempelajari permasalahan Assassin yang pernah terjadi sebelumnya.

"Berapa lama waktu yang mereka berikan?" tanya Naruto tanpa basa-basi. Sudah cukup ia menunggu Hashirama yang sedari tadi mengulur waktu untuk bercerita. "Aku tahu akan seperti ini, jadi jangan ragu mengatakannya."

The Deepest of Love (NaruHina) - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang