Bab 30 || The Last Battle

350 60 27
                                    

Naruto menarik napas, kemudian beralih memandang Gaara. "Ulur waktu sebisa mungkin. Setidaknya sampai kita mendapatkan dokumennya."

Gaara tersenyum dan menepuk bahu Naruto. "Jangan khawatir, serahkan saja padaku."

Pria itu lalu memberi perintah pada sang pilot, "Buka pintunya."

Sementara Naruto memakai jubahnya, lalu beralih menatap Hinata yang juga melakukan hal sama. "Sudah siap?"

"Tunggu," sahut Hinata. Ia sibuk memasang tali pengait di pinggangnya. Baru setelah selesai, ia membalas iris safir Naruto yang masih intens memperhatikan.

Hinata kemudian menyengir. "Hhee. Aku sudah siap."

Sambil membalas senyum, Naruto mengusap puncak kepala istrinya. "Kamu belajar dengan baik."

Jika dulu Hinata cemberut karena diperlakukan tidak sesuai umur, sekarang ia malah senang mendapat apresiasi dari sang suami. Senyum Nyonya Namikaze bahkan lebih lebar dari sebelumnya. Hinata sangat menikmati perlakuan manis Naruto yang tak pernah enggan ia tunjukkan, apapun situasinya.

Puas menatap wajah imut sang istri, Naruto kembali menetralkan ekspresinya. Ia beralih menatap Sasuke dan Sai. Mereka ikut berpenampilan sama seperti Naruto juga Hinata.

"Ingat, jubah ini hanya bisa sekali pakai dan menghilang selama lima belas menit. Kita benar-benar tidak boleh katahuan. Setelah matikan listrik, kita langsung ke ruang Presdir," kata Naruto penuh ketegasan.

Sasuke dan Sai mengangguk bersamaan. "Mengerti."

Naruto, Sai, Sasuke dan Hinata memakai tudung kepala, lalu menyetel jubahnya menggunakan smartwatch yang diberikan Shikamaru. Beberapa detik setelahnya, mereka menghilang tanpa jejak, membuat para anggota terkejut.

"Bagaimana?" Suara Naruto terdengar tanpa tahu dimana keberadaan pria itu.

Gaara mengedarkan pandangan, mengendus jejak, tapi tetap tak merasakan entitas tiga sosok yang menghilang tadi. "Sempurna."

"Baiklah. Ayo, mulai," sahut Naruto lagi.

"Oke." Gaara menampilkan wajah seriusnya, lalu berkata, "Get ready,"

Semua memasang sikap bersiap ketika Gaara memberi aba-aba. Detik berikutnya, mereka melompat bersamaan setelah Gaara menembakkan pelontar dan berteriak, "Jump!"

Tim Gaara melompat ke gedung, sementara tim Naruto turun ke bawah menggunakan tali pengait tubuh yang tadi sempat dipasang. Mereka berpencar, menjalankan perannya masing-masing.

***

Duar!

Ledakan di meja kerja dekat Hinata berdiri pun terjadi. Membuat Naruto reflek memeluk tubuh Hinata dan mendorongnya ke jendela.

Prang!

"Aaaaaa, Naru!" teriak Hinata panik.

Naruto dan Hinata terjun bebas dalam posisi berpelukan sangat erat. Dengan cekatan, sebelah tangan Naruto mengambil pelontar tali di sabuk senjatanya dan menembak asal ke arah atap gedung.

Dor!

Saat dirasa tembakan tali pelontarnya mengenai atap dengan tepat, Naruto mengeratkan sebelah tangan yang memeluk Hinata, dan memposisikan tubuhnya untuk menghantam kaca gedung sekuat tenaga agar pecah.

The Deepest of Love (NaruHina) - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang