Bab 9 || Feelings

587 95 51
                                    

Seminggu telah berlalu, sejak penyerangan di Mansion Hinata. Keempat teman Naruto rutin berjaga, terutama ketika Naruto pergi ke luar. Pria itu selalu pergi pada siang hari, dan kembali di sore harinya. Sementara Hinata, ia mulai terbiasa dengan kehadiran teman-teman Naruto, bahkan terlihat sudah akrab. Mereka banyak membicarakan bagaimana Naruto ketika menjalankan misi sebagai ketua di tim Ninjanya, juga bagaimana ia menjalani kesehariannya sebagai seorang mahasiswa.

Sakura, Ino dan Saara menjadi lebih sering berkunjung, terlebih Sakura dan Ino. Semenjak berkenalan dengan Sasuke dan Sai, mereka berdua selalu datang setiap hari, contohnya seperti sekarang ini. Pukul dua siang, mereka sedang berkumpul di ruang keluarga, bermain game sambil bersenda gurau. Tentu saja, Hinata ada di antara mereka. Ia justru senang, karena suasana Mansion yang menjadi ramai.

"Dari semua hal tentang Naruto, apa yang paling kamu suka darinya, Hinata?" tanya Sai tanpa mengalihkan fokus dari layar ponselnya. Ia sedang bermain game mobile legend bersama Sasuke, Gaara, Sakura, dan Ino.

Hinata menghentikan aktivitasnya, yang sedang membaca buku Manajemen. Ia terlihat berpikir. "Emmm ..."

"Tidak ada satupun yang kamu suka, nih?" sambung Gaara yang ikut menyimak.

"Tentu saja ada, bahkan banyak!" kilah Hinata. Ia memfokuskan pikiran, mencoba mengingat kembali kenangannya bersama Naruto. Kemudian, seulas senyum pun terpatri di wajah cantiknya. "Aku suka cara Naruto memperlakukanku. Dia tidak pernah sekalipun berlaku buruk. Dia sangat menghargaiku."

Fokus semua orang yang berada di ruangan, beralih menatap Hinata. Masih dengan senyumnya yang penuh makna, wanita itu melanjutkan, "Terkadang, aku menjadi seperti anak kecil ketika di sampingnya. Pembawaannya yang begitu dewasa, tapi justru membuatku nyaman. Baik ataupun buruk, aku bisa menjadi diriku sendiri. Aku tidak pernah ragu mengatakan apapun, karena aku tahu dia akan selalu mendengarkanku, dan aku percaya padanya."

"Hinata," panggil Sakura, kelihatannya ia sudah mulai muak mendengar penjelasan Hinata, yang sudah seperti ungkapan cinta.

Hinata tersadar dari penghayatannya. Ia menatap Sakura. "Ya? Kenapa?"

"Kamu jatuh cinta pada Naruto?" tanya Ino dengan wajah datarnya.

Pertanyaan Ino sontak membuat Hinata tertawa kikuk, sementara yang lain, kecuali Ino, hanya tersenyum. "Hahaha, apa yang kamu pikirkan sampai mengira aku jatuh cinta pada Naruto?"

"Yah ... bagaimana menjelaskannya, ya?" sahut Sakura. Ia mencoba mencari kalimat yang tepat. "Meskipun aku anak tunggal, aku sering melihat hubungan kakak beradik melalui teman-temanku, bahkan melalui film. Di antara semua yang kulihat, hubungan kalian itu yang paling berbeda."

"Aku setuju. Chemistry kalian itu terasa berbeda. Kalian memiliki ikatan yang kuat, tapi bukan sebagai kakak beradik. Aku rasa, aku melihatnya lebih seperti sepasang suami-istri," balas Ino seraya melanjutkan permainannya di ponsel.

"Uhuk, uhuk!" Hinata tersedak ketika mendengar pernyataan Ino sambil meminum air dingin. "Apa, sih, kalian?! Memang bisa, seorang kakak jatuh cinta pada adiknya sendiri, bahkan menjadi suami-istri?! Dia saja lebih muda dariku!"

Sakura mengernyit. "Memang bisa? Lalu kalau bisa, kamu benar jatuh cinta, begitu?"

Wajah Hinata merona bak kepiting rebus. "Bu-bukan begitu maksudku-"

"Lho, kalian itu tidak sedarah. Umur pun tidak jadi masalah. Kamu sendiri bilang, bahwa pembawaan Naruto sangat dewasa dan kamu suka perlakuannya padamu bla bla bla. Kalau saja Naruto menghapus namanya dari Kartu Keluarga, kalian bisa jadi sepasang kekasih, bahkan menikah." Ino memotong pembicaraan dan semakin memperjelas keadaan.

The Deepest of Love (NaruHina) - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang