Mendengar anggota inti, sekaligus seseorang yang telah dianggap cucu, mengalami luka parah untuk pertama kalinya, Hashirama langsung memesan tiket pesawat dari Italia menuju Jepang. Pria paruh baya itu menghampiri Mansion Hyuga, dengan ditemani beberapa pengawal, termasuk Nagato yang merupakan asisten pribadinya.
Naruto bahkan sedikit terkejut melihat Hashirama, yang kini sedang menyeruput teh panas buatan Anko. Mereka duduk saling berhadapan di ruang tamu, sementara yang lain hanya berdiri menyebar ke setiap sudut Mansion, termasuk teman-teman Naruto yang baru saja tiba karena mendengar laporan kedatangan Boss besar.
"Kenapa Kakek ke sini?" tanya Naruto dengan wajah datar. Beberapa anggota menatap tak habis pikir. Pria itu selalu bersikap seenaknya pada sang Pemimpin.
Hashirama terkekeh. Ia justru suka dengan sikap apa adanya Naruto. Memiliki keteguhan, prinsip dan pendirian tapi tetap menjaga kehormatan, adalah alasan mengapa Hashirama sangat mempercayai Naruto dan menganggapnya sebagai bagian dari keluarga. Karena pria paruh baya itu memilih tak menikah lagi, maka siapa yang akan mewariskan kepemimpinan ini? Hashirama tentu memiliki tujuan untuk mengandalkan Naruto.
"Yah, karena aku mengkhawatirkanmu," jawab Hashirama santai.
"Itu terlalu berlebihan."
"Oh, tentu saja tidak. Ini luka parah pertamamu, bukan? Wajar bila aku panik. Untuk pertama kalinya aku tidak bisa menghubungimu dan malah mendapat kabar dari Sasuke bahwa kamu terluka cukup parah."
Naruto sedikit mengerutkan dahi, "Apa yang dia katakan?"
"Lukamu sangat parah, kamu sampai berdarah-darah dan muntah darah," jawab Hashirama sambil mengingat-ingat percakapannya dengan Sasuke. "Kamu berkata begitu 'kan, Sasuke?"
Naruto melirik Sasuke, yang berdiri tepat di samping sofa tempat Hashirama duduk, lalu pria itu mengalihkan pandangan mendapat lirikan tajam Naruto. Wakilnya memang terkadang suka melebih-lebihkan laporan.
"Kamu tidak akan kutarik untuk ikut misi selama seminggu ini, Sasuke." Naruto memutuskan dengan tegas.
"Ayolah, Naruto. Aku butuh dana, aku juga ingin menikah dengan Sakura," protes Sasuke tak terima.
"Kamu sudah berkali-kali menyampaikan hal yang tidak penting."
"Bagaimana bisa nyawamu dianggap tidak penting? Bahkan Hinata bereaksi seperti orang yang tidak mau hidup saat kamu tak sadarkan diri," bantah Sasuke. Ia sedang berapi-api dalam menjalankan misi untuk melamar kekasihnya. "Aku panik saat itu, aku hanya menyampaikan apa yang kulihat."
"Sudahlah, Naruto. Kenyataannya memang kamu berdarah-darah, 'kan? Kalau tidak ada alat yang Sai buat, aku yakin kamu sudah pindah alam," ujar Hashirama menengahi. "Kudengar, kamu ingin menikah dengan Hinata, ya? Kenapa tidak memberitahuku? Di mana dia?"
Naruto kembali meluruskan pandangan pada Hashirama, mengabaikan Sasuke. "Dia di kantor. Aku tak berniat melamar sebelumnya. Hanya keinginan yang tiba-tiba saja muncul. Aku bahkan tidak menyangka Hinata akan langsung menerima lamaranku."
"Kamu sudah jungkir-balik menghadang apapun untuk melindunginya, bodoh jika dia masih meminta waktu untuk berpikir. Tentu saja dia akan langsung menerimamu," sahut Hashirama sambil tersenyum.
Pria paruh bayah itu melanjutkan, "Hubungan manusia yang berlandaskan cinta memang indah, meski menyakitkan."
***
Di tempat lain, sebuah mobil SUV sedang melintasi jalanan kota Tokyo yang padat pada jam pulang kerja. Hinata berada di dalam mobil tersebut, ia memilih pulang lebih cepat karena harus mencari gaun pernikahannya dengan Naruto.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Deepest of Love (NaruHina) - END
Romansa"Aku tak tahu harus menyangkalnya atau tidak. Apakah ini kesalahan atau bukan. Yang kutahu adalah, aku bahagia hanya dengan melihat senyummu. Aku terluka ketika air mata itu jatuh dari pipi mulusmu. Aku marah ketika ada orang yang mencoba menyakitim...