Bab 29 || The Last Hunted

336 56 29
                                    

'Konoha Grup', perusahaan corporate yang sebentar lagi akan mengakhiri masa kejayaannya. Bukan karena saham anjlok, akuisisi, atau perkara lainnya terkait bisnis. Namun karena tempat itu akan menjadi arena berdarah antar saudara. Pertempuran Ninja Assassin malam ini, menjadi penentu bagaimana kelanjutan hidup Naruto dan Hinata ke depannya.

"Mereka menunggu kita," ucap Gaara seraya menatap Naruto, sang Master klan Ninjanya.

Sementara iris safir Naruto masih memandang gedung, dengan beberapa Ninja musuh yang sudah berdiri menunggu kedatangan mereka, bahkan ada yang bergelantungan di dinding kaca bangunan menggunakan pelontar tali.

Naruto memperkirakan jumlah lawan yang akan mereka hadapi nanti. "Berapa total Ninja yang ikut?"

"Tiga Eagle, masing-masing terdiri dari 15 orang, tidak terhitung pilot dan co-pilot. Jadi total yang akan bertarung ada 45." Sai menjawab sambil memantau area sekitar.

Para Eagle berbaris sejajar di balik gedung sebelah Konoha Group, sehingga tak ada satupun musuh yang melihat kedatangannya karena tertutup bangunan. Sai bangkit meninggalkan kokpit dan mulai mempersiapkan diri dengan cepat.

"Pilot dan co-pilot, pastikan kalian menunggu di tempat yang aman sampai ada perintah lebih lanjut," kata Gaara pada dua Ninja yang menggantikan Sai dan Kakashi. Ia melanjutkan setelah mendengar jawaban dari mereka. "Oke, siapkan grapping gun!"

Naruto menatap Hinata yang berada di sebelahnya. "Tetap dekat denganku. Lakukan apapun yang kuperintahkan. Kamu sudah berjanji padaku."

"Tentu saja," jawab Hinata seraya tersenyum lembut. "Aku akan ikuti semua intruksimu. Aku berjanji."

Naruto menarik napas, kemudian beralih memandang Gaara. "Ulur waktu sebisa mungkin. Setidaknya sampai kita mendapatkan dokumennya."

Gaara tersenyum dan menepuk bahu Naruto. "Jangan khawatir, serahkan saja padaku."

Pria itu lalu memberi perintah pada pilot, "Buka pintunya."

Pintu Eagle terbuka lebar. Dalam waktu sekejap, udara dingin pun menyapa, menambah suasana ketegangan yang akan merubah keheningan malam menjadi medan perang yang sengit. Gaara dan Kakashi saling menatap sesaat, lalu mengangguk, seolah mengerti tindakan apa yang harus mereka lakukan berikutnya. Mereka mendekat ke ujung pintu, mengarahkan senjata pelontar tali ke bagian atap gedung, sedangkan pesawat Eagle semakin menepis jarak ke sisi bangunan.

"Get ready," perintah Gaara lagi. Secara bersamaan, para Ninja di semua Eagle mengikuti gerakan Gaara. Detik berikutnya, pria itu menembakkan pelontar tali tadi hingga melesat dan berhasil menyangkut di atap gedung. "Jump!"

Gaara melompat lebih dulu dan menempelkan telapak tangan yang sudah memakai sarung perekat pada dinding kaca gedung. Kemudian Kakashi dan Ninja lainnya menyusul, mendarat sempurna seperti Gaara di setiap sisi bangunan.

Memastikan semua anggota sudah melompat, Gaara memposisikan tubuh agar dapat menapakkan kaki di kaca. Ia melirik sekilas seorang gadis Ninja yang berada di sampingnya, kemudian memberi perintah, "Climb!"

Gaara berlari di atas kaca, menaiki gedung. Kira-kira mencapai 15 lantai sebelum sampai di atap, ia berhenti, begitu juga yang lain. "Berpencar!"

Jeder!

Suara petir menggema, seketika hujan turun mengguyur area kota Tokyo. Waktu sudah menunjukkan pukul 10. Gaara dan 20 Ninja lainnya berlari ke sisi kiri, termasuk gadis yang sejak tadi selalu berada di sisi Gaara. Lalu Kakashi dan sisanya menuju ke sisi kanan, bergerak seperti bayangan hitam kilat tanpa meninggalkan jejak suara. Mereka berhenti di sudut bangunan, memantau pergerakan musuh yang berada di seberang.

The Deepest of Love (NaruHina) - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang