Halo, Meiders!
Jangan lupa VOTE dan komen-nya, ya! Supaya aku makin semangat untuk lanjutin kisah NaruHina 🥰
🌹"The Deepest of Love" 🌹
Terima kasih😇*****
Udara malam yang menyapa kota Tokyo, tak mengurangi kepadatan jumlah penduduk yang berlalu-lalang pada jam pulang kerja, salah satunya adalah mobil yang ditumpangi Hinata. Ia sedang duduk santai di kursi penumpang bagian tengah mobil. Iris ametisnya memperhatikan beberapa orang yang melewati mobilnya. Sesekali, ia tersenyum saat matanya menangkap sepasang kekasih yang sedang berboncengan motor, sambil bersikap mesra dalam obrolannya.
"Ini pertama kalinya Anda pulang sore semenjak mengambil alih Konoha Group, Nona," celetuk Kakashi, membuyarkan lamunan Hinata.
Hinata melirik tanpa merubah posisi duduknya yang sedang bersandar. "Memangnya kenapa kalau saya pulang sore, Kakashi? Tidak boleh?"
"Saya tidak bilang begitu, Nona. Hanya saja, tumben sekali. Biasanya Anda yang paling menunda pulang. Apalagi, Anda selalu memakai alasan lembur untuk menghindari latihan," sahut Kakashi tepat sasaran. Ia menatap kaca spion mobilnya untuk melihat reaksi Hinata.
Hinata memang paling malas latihan. Jika bukan karena Naruto yang selalu mengomeli Hinata untuk memastikan latihannya, gadis itu tak akan mau latihan. Baginya, latihan bela diri dan menembak itu sangat melelahkan lebih dari apapun.
Hinata menarik napas berat, ia menyandarkan kepala di kursi mobilnya dan memejamkan mata. "Aku hanya ingin menyelesaikan latihanku dan tidur lebih cepat, puas?"
Kakashi tersenyum tanpa mengalihkan pandangannya dari depan. "Baik, Nona. Kalau begitu, kita akan latihan menembak sebentar, lalu setelahnya, kita pengenalan senjata umum saja."
"Kamu memang sangat pengertian, ya, Kakashi. Naruto pasti tidak akan seperti itu. Dia kemungkinan malah akan lebih menyiksaku kalau aku mengeluh," ungkap Hinata, ia merasa kesal pada adik tirinya karena selalu diomeli setiap kali ia mengeluh tentang latihannya yang sulit.
Apa Naruto tidak merasa badannya remuk saat pertama kali latihan? Hinata tak habis pikir dengan sikap keras pria itu. Lebih bodoh lagi, Hinata selalu menuruti perkataannya.
"Saya hanya mencoba menyesuaikan stamina Anda, Nona."
Hinata tak menjawab lagi. Ia sedang menikmati waktu istirahatnya. Ia lebih banyak memanfaatkan waktu perjalanan pulang-perginya dengan memejamkan mata. Sudah beberapa minggu ini Hinata disibukkan dengan urusan kantor. Ia mengatur jadwal pulangnya maksimal pukul 10 malam, agar ia dapat melanjutkan aktivitasnya di Mansion dengan berlatih bersama Kakashi selama 2 jam.
Setiap hari Sabtu dan Minggu, Hinata rutin memeriksa laporan keuangan Mansion. Karyawan Hyuga sangat antusias menerima kebijakan baru dari atasannya. Mereka sangat senang ketika mendapatkan kembali uang lemburnya.
Saat ini pun, Hinata sedang mengurus seragam baru untuk karyawannya. Ia tidak ingin karyawan Hyuga, terutama pengawalnya, dilihat tidak terurus hanya karena seragamnya yang terlihat kusam. Bagi Hinata, penampilan dan loyalitas karyawan adalah cerminan dari bagaimana atasan mereka.
Memikirkan perihal loyalitas dan penampilan karyawan, Hinata jadi teringat sesuatu. Ia membuka matanya dan kembali duduk tegap. Kemudian, ia menatap Kakashi. "Kakashi," panggilnya.
Kakashi menatap kaca spionnya lagi untuk menatap Hinata. "Ya, Nona."
"Saya ingin bertanya tentang Naruto. Kamu harus menjawabnya," pinta Hinata dengan wajah seriusnya.
Kakashi sempat terdiam sesaat, kemudian menjawab, "Saya akan menjawab semampu saya, Nona."
"Saya selalu penasaran, bagaimana ayah Naruto meninggal?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Deepest of Love (NaruHina) - END
Romance"Aku tak tahu harus menyangkalnya atau tidak. Apakah ini kesalahan atau bukan. Yang kutahu adalah, aku bahagia hanya dengan melihat senyummu. Aku terluka ketika air mata itu jatuh dari pipi mulusmu. Aku marah ketika ada orang yang mencoba menyakitim...