"Uzumaki—"
"Namikaze," potong Naruto seraya menatap Rasa. "Namikaze Naruto, Sevas Tritos."
Rasa tersenyum kecil. Baru pertama kali bertemu, anak pirang ini sudah berani menyela dengan nada dinginnya. "Apa tujuanmu berkunjung ke sini, Namikaze Naruto? Bahkan tanpa didampingi atasanmu."
"Saya yakin, Hashirama sudah memberitahumu perihal apa yang kami bicarakan beberapa hari lalu," imbuh Tobirama, membuat Naruto kembali diam ketika ingin menjawab pertanyaan Rasa. "Kami tidak menerima tamu yang hanya memohon balas kasih."
"Dan juga, mengapa kau tidak membawa istrimu masuk? Apa kau cukup percaya meninggalkannya di luar?" tambah Rasa, seolah belum cukup menerkam Naruto dengan berbagai macam kalimat. "Meski ini wilayah netral Pantognos, istrimu tetaplah orang luar, dia bukan termasuk dalam perlindungan area."
"Justru karena Hinata orang luar, saya tidak membawanya masuk," jawab Naruto tenang. "Saya datang bukan sebagai Assassin, atau Warwolf."
Rasa melirik Tobirama, mereka duduk di sisi kiri dan kanan Hiruzen. Mereka tersenyum miring, prediksi bahwa permasalahan akan mencapai tingkat ini pun terbukti.
"Kau datang sebagai klien?" Giliran Hiruzen yang bertanya.
Naruto mengangguk. "Benar, Sevas Gerontas."
"Kalau begitu, apa permintaanmu, sebagai klien kami?" tanya Hiruzen lagi. Tatapannya hanya tertuju pada iris safir Naruto. "Meminta langsung pada Sevas, tentunya kau sudah tahu, berapa banyak harga yang harus kau tawarkan, bukan?"
Pandangan Naruto lurus membalas Hiruzen. Ia sudah mempersiapkan diri. Memang berat dan berbeda, tapi pria itu sudah biasa mendapat berbagai macam tekanan dalam bentuk apapun, termasuk kekuatan. Hal ini, tidak membuat Naruto takut. Karena yang membuatnya takut hanya satu.
Hidup istrinya, Hinata.
"Saya ingin kematian mereka," ujar Naruto datar. "Termasuk organisasi yang menginginkan nyawa istri saya. Tanpa terkecuali."
"Itu hampir 30%. Mereka bahkan saling bekerja sama menyerbu markasmu seminggu ini," sahut Tobirama sedikit terkejut. Ia pikir, Naruto hanya menginginkan pemusnahan Akatsuki, karena mayoritas masalah bersumber pada klan itu. Akan tetapi, ini?
"Bukankah para Sevas tidak menerima permohonan balas kasih? Ini cara saya untuk melindungi istri saya." Naruto masih bersikap tenang, bahkan terlampau tenang.
"Kau menunda permasalahan ini hingga begitu pelik. Jika kau melakukannya dari dulu, membunuh akar-akar permasalahan itu, kekacauan seperti ini tidak akan terjadi. Karena pada akhirnya, kau tetap menginginkan kematian mereka." Rasa berkata dengan nada yang sedikit kesal.
Pasalnya, para Sevas amat gemas ketika Hashirama memilih menghormati tindakan Naruto yang hanya bersikap defense tanpa menyerang balik. Baru setelah kejadian salah satu kelompok Yakuza yang secara ugal-ugalan menyerang Hinata, Naruto dengan mudahnya bergerak menghabisi geng mafia, seperti memusnahkan sebuah hama. Itupun belum totalitas dan Naruto masih dilanda kebingungan.
"Apa kau takut dihantui rasa bersalah, karena membantai seluruh keluargamu, juga keluarga Hinata?" tanya Hiruzen, mencoba memahami dari sudut pandang Naruto melalui sesuatu yang disebut perasaan.
Naruto menurunkan pandangan. Tatapannya sedikit menyendu. "Benar."
Tobirama dan Rasa mengernyit memperhatikan sorot mata Naruto yang berubah drastis saat nama Hinata benar-benar disebutkan. Mendengar melalui cerita, mereka mungkin menganggapnya sebagai lelucon. Akan tetapi, setelah melihat mata sendu yang dibalut dengan wajah datar dan tubuh tegap itu, membuat pikiran mereka tersentak.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Deepest of Love (NaruHina) - END
Romance"Aku tak tahu harus menyangkalnya atau tidak. Apakah ini kesalahan atau bukan. Yang kutahu adalah, aku bahagia hanya dengan melihat senyummu. Aku terluka ketika air mata itu jatuh dari pipi mulusmu. Aku marah ketika ada orang yang mencoba menyakitim...