Bab 13 || Hard Decision

543 86 75
                                    

Pada pukul satu dini hari, Karin dan Obito sedang tidur pulas di kamarnya. Keamanan Mansion Uzumaki semakin diperketat sejak insiden keracunan makanan beberapa minggu lalu. Ditambah, Obito gagal membunuh sang pemegang aset Hyuga. Ia bahkan terkena omelan dari bos besar Yakuza, karena bertindak gegabah hingga media menyoroti berita penyerangan tersebut dengan heboh. Jari kelingking Obito sampai dibuat raib sebagai hukuman kecerobohannya.

Suasana yang hening, perlahan berubah menjadi bising. Udara hangat dari penghangat ruangan, tiba-tiba berubah menjadi dingin yang menusuk. Obito terbangun, diikuti dengan Karin. Listrik Mansion sudah dalam keadaan padam, mereka bertanya-tanya, apa yang terjadi hingga di luar terdengar sangat berisik.

Belum sempat bersiap-siap, pintu kamar pun terbuka. Juugo berlari menghampiri dengan tergesa-gesa. Bahunya robek dan beberapa luka lain terlihat menganga mengucurkan darah di mana-mana.

"Kita harus pergi, Tuan, Nyonya!" pekik Juugo dengan raut wajah yang panik.

Obito bangkit, begitu juga dengan Karin. Mereka mengikuti langkah Juugo.

"Ap-apa yang terjadi, Juugo?!" Karin bertanya, ia mengambil cardigan di lemari gantung dan memakainya.

"Kita diserang habis-habisan oleh ninja assassin! Seluruh anggota sedang menahan mereka untuk tidak mendekat ke sini!" Juugo membuka pintu rahasia di balik lukisan besar yang terletak di ruang kerja Obito.

Sebuah lorong dengan lampu yang minim, ini adalah jalan yang menghubungkan Mansion dengan jalan bagian belakang Mansion. Ketika mereka ingin melangkahkan kaki, sebuah katana mendarat dengan sempurna dan memblokir pintu tersebut.

"Kalian mau ke mana?"

Pertanyaan itu sontak membuat Karin, Obito dan Juugo berbalik dan melihat beberapa sosok Ninja, sedang memperhatikannya. Ada yang bergelantungan di dinding, dan ada juga yang menempel di atap plafon sambil berjongkok dengan posisi tubuh terbalik. Akan tetapi, di antara semua yang ada, mata Obito terfokus pada satu sosok Ninja yang hanya berdiri tenang di hadapannya.

"Apa Naruto yang membayar kalian untuk membunuh kami?" Obito memulai pembicaraan, ia berusaha menjaga nada suaranya agar tidak bergetar.

"Aku tidak perlu membayar siapapun hanya untuk membunuh kalian."

Karin mengernyit. "Aku?"

"Apa maksud-" Perkataan Obito terputus, ia membulatkan mata terkejut. "Kamu ... Naruto?"

Merasa namanya dipanggil, Naruto atau biasa disebut Zenos pun membuka topengnya. Masih dengan iris safir yang menatap datar, ia menyapa, "Halo, Bibi, Paman."

"Naruto, apa-apaan ini?" Karin melototi Naruto, mendadak ketakutannya menghilang dan tergantikan dengan perasaan benci.

Naruto masih dengan ketenangannya. "Bukankah kalian yang memulainya?"

"Apa maksudmu? Jangan asal menuduh!" pekik Obito tajam.

"Kalau begitu aku ingin lihat tatomu," ujar Naruto sambil melempar beberapa foto jasad dengan motif tato yang sama. "Mereka yang menyerang Hinata, ada juga yang mendatangi apartemenku. Aku ingin tahu apa kalian memiliki tato yang sama atau tidak."

Tanpa perintah, Ares mendekat dan merobek pakaian Obito dengan katananya. Sangat jelas bahwa Obito memiliki motif tato yang sama, hanya ada corak yang sedikit berbeda sebagai tanda pemimpin. Karin dan Juugo ingin melawan, namun sebuah katana sudah mendarat di dada mereka, bergerak sedikit saja, habislah mereka.

Naruto masih dengan ekspresi tenangnya. "Hades, bawa paketnya."

Obito dan Karin memandang heran. Paket apa yang dimaksud Naruto?

The Deepest of Love (NaruHina) - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang