Bab dua puluh satu

3.7K 85 2
                                    

Hari minggu telah tiba, Alesya menunggu Raven di depan gerbang rumahnya sambil sesekali menatap kearah gerbang rumah Raven untuk memastikan apakah pemuda itu sudah siap atau belum.

Hari ini Alesya tampak cantik dengan kemeja berwarna pink dipadukan dengan celana jeans hitam serta makeup tipis menghiasi wajahnya.

Tak berselang lama Raven keluar dengan hoodie hitamnya, terlihat sangat tampan meskipun rambutnya sedikit berantakan membuat wajah Alesya merona dibuatnya.

"Kenapa diam ayo kesini." panggil Raven dengan nada dingin namun sedikit lembut.

Alesya mendekat saat tiba di depan Raven ia mendongak, tau apa maksud Alesya Raven segera menarik Alesya ke dalam pelukannya, "mmm ... sangat nyaman."

"Rasanya hangat sekali ..."

"Jam berapa sekarang?" tanya Raven yang masih belum melepaskan pelukannya.

Alesya menggeleng tanda tidak tau, Raven pun melirik arlojinya, "gue lupa kalo bawa jam, sudah jam 09.30 ayo kita berangkat."

"Naik apa?"

Raven melepaskan pelukannya dan tersenyum, ia menunjuk motornya dengan dagunya, "naik motor gue."

"E-eh kapan kamu ngeluarin nya kok aku nggak lihat?" Alesya tampak menggaruk kepalanya.

"Haha itu karena lo fokus ngelihat gue jadi motor gue lo anggap barang gaib." Mendengar penuturan Raven wajah Alesya tampak memerah karena malu.

"Hmmph yaudah sekarang kita berangkat!"

"Haha yaudah yok, lo mau naik sendiri atau gue---"

"Naik sendiri!" Alesya dengan cepat memotong ucapan Raven sebelum pemuda itu menggodanya lebih jauh, sangat bahaya untuk jantungnya.

Dengan cekatan Alesya pun naik ke motor Raven setelah pemuda itu naik, dan memeluk pinggangnya.

"Rasanya aku ingin waktu berhenti ... aku ingin terus bersamamu seperti ini terus, aku nggak mau ada jarak diantara kita lagi."

•••

Beberapa menit berlalu Alesya dan Raven pun sudah sampai ke Dufan, setelah menyerahkan tiket mereka pun masuk menikmati berbagai permainan termasuk bianglala, roller coaster dan lainnya.

"Wah seru banget sekarang kita mau kemana lagi Rav?" tanya Alesya sambil menjilati es krim nya.

"Mau boneka?" tanya Raven.

"Mau mau!" jawab Alesya tampak antusias.

Raven pun menggandeng tangan Alesya kearah mesin capit boneka, ia pun memasukan koin dan menarik boneka besar incarannya namun ... Gagal.

"Yaaah Raven nggak hebat mainnya." Alesya melengos, ia sebenernya tidak serius mengatakan itu hanya mengejek Raven yang tak pandai memainkan mesin capit.

Raven berhenti sebentar lalu menatap Alesya dengan tatapan tajam membuat Alesya terdiam, ia sangat takut Raven tersinggung dengan ucapannya. Namun sekejap kemudian Raven tertawa.

"HAHAHA!"

"K-kok ketawa sih?"

"Jadi lo ngeremehin gue hm?"

Alesya meneguk ludahnya merasa menyesal telah mengatakan hal tersebut, "A-aku bercanda ..."

Raven menarik Alesya dan berbisik di telinganya, "kalo gue berhasil dapatin boneka itu gue cium lo sepuasnya ingat itu!"

"Anggap aja ini tantangan." Setelah mengucapkan itu Raven tersenyum sinis dan mencoba memainkan mesin capit.

Beberapa saat kemudian Raven mendapatkan boneka besar yang sedari tadi ia incar, lalu memberikannya pada Alesya. Alesya membelalakkan matanya bingung mau senang atau kesal sebab teringat ucapan Raven tadi.

Ketua Geng Vs Gadis Desa (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang