Bab 36

1.7K 48 15
                                    

Peringatan 🔞

___

Raven menatap lama makam bertuliskan nama kedua orang tuanya, tak sedikitpun air mata jatuh dari pelupuk matanya. Wajahnya tampak lebih dingin dari sebelumnya.

Alesya yang berada di samping Raven mengusap-usap punggungnya mencoba menenangkan, ia ingin berbicara tetapi mulutnya terkatup rapat.

"Ayo kita pulang sebentar lagi turun hujan" Raven meraih tangan Alesya dengan lembut menuntunnya pergi dari sana.

Benar saja setelah mereka masuk ke dalam mobil hujan turun dengan begitu derasnya, angin berhembus kencang serta petir menggelegar.

"Kita cari tempat berteduh dulu gimana?" cicit Alesya penuh rasa takut.

Raven menoleh, tangannya terangkat mengusap suray sang kekasih "kita langsung pulang aja... aku janji bakal hati-hati nyetirnya."

"Baiklah"

Selama beberapa saat terjadi keheningan di antara mereka, keduanya sibuk dengan pikirannya masing-masing. Namun sesekali Alesya melirik ke arah Raven.

Pemuda itu seperti patung yang tidak berekspresi, hanya raut datar yang ia tampilkan.

Hingga sampai di kediamannya barulah Raven membuka suara.

"Aku mau kamu malam ini nginap aja di rumah aku"

"Ng-nginap?" Mata Alesya membola mendengar permintaan kekasihnya.

Bagaimana bisa dia menginap di rumah Raven, berdua saja lagi... bagaimana jika terjadi sesuatu dengan mereka.

"Aku mohon... Aku nggak bakal ngapa-ngapain kamu kok."

Namun ketika melihat tatapan memohon Raven, Alesya jadi tak tega... ia pun mengangguk mengiyakan permintaan Raven.

•••

Jantung Alesya berdebar-debar saat kini ia berada satu ranjang dengan Raven, memang benar pemuda itu tak melakukan hal buruk kepadanya tetapi tetap saja Alesya merasakan panas di tubuhnya saat ini.

Posisinya Raven tengah berbaring di pangkuan Alesya, jari-jari mungilnya ia gunakan untuk mengusap kepala sang kekasih.

"Raven aku mau ke toilet sebentar ya"

Raven merubah posisinya menjadi duduk, menatap lamat-lamat wajah sang kekasih kemudian mengangguk singkat.

Buru-buru Alesya masuk ke dalam kamar mandi, membasuh mukanya dengan air guna menenangkan pikirannya.

"Kenapa tubuh aku jadi panas dingin gini... perasaan apa ini?"

Tiba-tiba saja sebuah tangan kekar melingkar di pinggangnya memeluk erat tubuhnya.

"Kamu mikirin apa hm?" tanya Raven menenggelamkan kepalanya di pundak Alesya.

Alesya terpaku, tubuhnya seolah tak bisa di gerakkan. bisa-bisanya Raven membuatnya terkejut seperti ini.

"Jantungku..."

"Jujur aja kamu mikirin yang nggak-nggak kan?" Raven mencium leher Alesya, tangannya turun ke bawah menyentuh paha Alesya membuat desahan gadis itu tak bisa ia tahan lagi.

"Ahh Raven... kamu ngapain?"

"Kita nggak boleh ngelakuin itu... apalagi saat ini kamu sedang berduka—"

"Kata siapa aku berduka? aku justru merasa bebas mereka udah nggak ada"

Alesya menggelinjang merasakan geli saat tangan Raven mulai menelusup masuk ke dalam piyama tipisnya, menyentuh bagian sensitifnya.

Ketua Geng Vs Gadis Desa (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang