bab 23

3.1K 75 4
                                    

Sepulang sekolah Alesya bergegas menghampiri Raven untuk menanyakan perihal hadiah itu, awalnya Alesya ingin menanyakan sewaktu masih di kelas tadi tetapi tak punya waktu sebab ada guru.

"Raven tunggu!" panggil Alesya dan Raven yang namanya dipanggil pun langsung menoleh.

Ia mengernyitkan alisnya lantas matanya turun ke paperbag di tangan Alesya, "Dari siapa ini?!" tunjuknya pada paperbag tersebut.

Alesya mengangkat paperbag dan mengeluarkan isinya, "jadi ini bukan dari kamu?"

Raven merebut teddy bear kecil di tangan Alesya dan mencengkram nya dengan kuat, "Jawab gue dari siapa ini?!"

"Apa Gibran yang ngasih?" tanya Raven dengan suara penuh emosi.

"Bukan dari kak Gibran, aku juga nggak tau ini dari siapa kupikir dari kamu." jawab Alesya berusaha mengambil kembali boneka tersebut dari tangan Raven namun pemuda itu tak memberinya.

"Lo nggak boleh simpan boneka dari cowok lain!"

"Oh ya tadi ada suratnya..." Alesya mencari sesuatu didalam paperbag tersebut namun ia tak menemukan apa yang ia cari.

"Dimana ya." ucap Alesya di dalam hati.

"Mana suratnya?!" ujar Raven dengan suara meninggi.

Alesya diam sejenak mengingat-ingat dimana ia meletakkan surat tersebut sampai ia teringat sesuatu. terakhir ia memegang surat itu di kantin berarti surat itu tertinggal disana.

Ingin mengambilnya tetapi pasti surat itu sudah diinjak oleh para siswa yang berlalu-lalang.

"Huh sepertinya hilang..." gumam Alesya pelan.

Raven menggeram kesal, hatinya memanas saat Alesya mendapatkan boneka dari cowok lain.

Saat melihat sebuah kotak sampah di koridor ia melempar boneka tersebut ke dalam sana tanpa perduli dengan reaksi Alesya saat ini.

"Raven!"

"Kenapa kamu membuangnya...?" ucap Alesya sambil menutup mulutnya dengan kedua tangannya.

Raven berbalik dan mencengkram bahu kecil Alesya dengan kedua tangan besarnya, "lo lupa apa yang gue katakan barusan. Jangan pernah lo menerima barang dari cowok lain!"

"Akh Raven sakit.." Alesya meringis saat kedua tangan Raven kini menekan bahunya.

"Lo paham!!" kata Raven yang tidak menyadari ia telah menyakiti bahu gadisnya, ia melepasnya dengan kasar.

"Kenapa?!"

"Lagian Raven juga belum nembak aku kok." jawab Alesya ingin mengetes reaksi Raven.

Raven tak bersuara, benar ia dan Alesya selama ini hanya bermesraan tetapi sekalipun belum terucap kata dari mulut Raven yang menembak Alesya.

"Apa aku salah bicara ya." ucap Alesya dalam hati.

Raven meneruskan langkahnya di koridor yang sepi dengan Alesya berada di belakangnya, seperti tak menghiraukan ucapan yang keluar dari mulut sang gadis.

"Raven tunggu kok jalannya cepat banget." ucap Alesya, ia berjalan lebih cepat untuk berjalan berdampingan dengan Raven.

"Kenapa Raven diam aja? Apa Raven marah?"  tanya Alesya menautkan jarinya setelah berada di samping Raven.

Raven menoleh sebentar, tangannya ia masukan ke dalam sakunya, "iya gue marah." jawabnya singkat.

"Aku janji nggak akan nerima barang dari cowok lain ... untuk tadi aku nggak tau siapa yang ngasih aku pikir Raven yang ngasih."

Ketua Geng Vs Gadis Desa (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang