ᡣ𐭩Bab 1. Bawel ᡣ𐭩

194 24 8
                                    

Mentari pagi datang menyapa dunia, kicauan burung melagu di atas dahan-dahan pepohonan, sinar mentari yang hangat dan angin yang lembut membelai wajah mulus Nadha yang masih mendengkur pulas di atas ranjang, sebelum teriakan maut membangunkannya.

"NADHAAA!...BANGUNN!" Nasyha mendobrak pintu sambil berteriak, namun ternyata tak kunjung membangunkan gadis 16 tahun tersebut, ia masih tertidur pulas dikala jam weker nya sudah menunjukkan pukul setengah enam.

Nasyha saudara kembarnya menarik kaki Nadha sehingga membuatnya terjatuh dari kasur. Namun hal itu tak membuat Nadha terbangun dari bunga tidurnya, merasa kesal Nasyha pun menggoyangkan keras tubuh Nadha.

"NADHA BANGUN!...ATAU ELO GUA SIRAM AIR!!" namun Nadha malah mengerang marah dan menepis tangan Nasyha yang sibuk membangunkannya.

Nasyha merasa frustasi dengan rutinitas paginya untuk membangunkan kembarannya itu. Namun sesaat sebuah kalimat tersirat di dalam otaknya. Nasyha menyeringai lalu mendekatkan bibirnya ke telinga Nadha.

"Kalau ga bangun...roti toping telur elo gua makan," tak ada jawaban, namun Nasyha tak menyerah dan kembali berbisik.

"And susu elo gua min—," sontak,Nasyha tersungkur dari tumpuannya setelah Nadha terbangun dan langsung berlari kearah dapur. Nasyha tak terima langsung mengejar Nadha adiknya yang hanya berbeda 2 menit itu.

✧˚ ༘ ⋆。♡˚ ✧˚ ༘ ⋆。♡˚ ✧˚ ༘ ⋆。♡˚ ✧˚ ༘ ⋆。♡˚ ✧˚ ༘ ⋆。♡˚

✧˚ ༘ ⋆。♡˚ ✧˚ ༘ ⋆。♡˚ ✧˚ ༘ ⋆。♡˚ ✧˚ ༘ ⋆。♡˚ ✧˚ ༘ ⋆。♡˚

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Bundaaa Nasyha nya nakalll!...ambil telor aku!" rengek Nadha, diiringi gelakan tawa Nasyha, ibunda Nadha dan Nashya, Amanda yang tengah sibuk memasak bekal untuk mereka berdua.

"Yeee makanya elo kalau bangun duluan dong!...kan siapa cepat dia dapat," Sindir Nasyha.

Nadha semakin merengek karena terus di usili oleh kembarannya itu. Nasyha terkekeh dan akhirnya menyerahkan sepiring telur dan roti milik Nadha, senyum Nadha merekah dan segera menyambar piring miliknya. Nadha menikmati sepiring roti toping telur dan segelas susu hangat sembari menonton tv.

Amanda datang dengan kotak bekal putrinya dan mengomel, "Astaga! Nadha! kok belum mandi!? ini udah jam berapa!?"

Nadha menyunggingkan senyuman lalu berkata, "Santai aja bun, Lagian Mahen pasti telat!"

"Tapi lihat itu udah jam berapa?" Geleng Amanda heran melihat kelakuan Nadha, belum sempat Amanda melanjutkan omelannya, suara deru motor datang, membuat Nadha menjadi panik. Ia mengintip dari jendela dan melihat pembantunya, Bibi Sumarni berbicara dengan pria jangkung dengan helm hitam yang sangat tak asing baginya.

"Astaga!..Mahen!"Pekik Nadha, segera ia menelan bulat-bulat sarapannya dan meneguk susu hangatnya lalu berlari ke kamar mandi.

Mahen mengintip dari jendela dan mendengus kesal melihat kelakuan Nadha. Bibi Sumarni mempersilahkan Mahen untuk masuk, tanpa diberi perintah 2x Mahen masuk dan menyapa ibu Nadha.

"Pagi bunda, apa kabar?" Sapa Mahen sembari mencium punggung tangan Amanda.

Amanda tersenyum dan mengusap-usap kepala Mahen, "Baik...besti kamu tuh telat, kamu juga telat lagi gapapa kan?"

Mahen tersenyum kecut dan mengangguk, sekitar 15 menit kemudian Nadha keluar dengan seragam SMA nya dan rambut dijepit jepitan kuning kesukaannya. Mahen mengkode bahwa sudah hampir jam 7, Nadha mengangguk dan segera mencium punggung tangan Amanda dan pipinya.

"Nadha pergi dulu yaaa bundaa!...sangunya transfer ajaa!" pinta Nadha sembari menarik tangan Mahen, mereka berdua mengucap salam dan segera menaiki motor.

"Iyaa hati-hati ya sayang!" ujar Amanda sembari melambaikan tangannya.

Mahen memasangkan helm kesukaan Nadha, bewarna kuning dengan notif bebek,Namun Nadha malah berhenti dan merengut. Mahen telah bersiap untuk melaju motornya, terhenti melihat Nadha dan mengernyitkan dahi.

"Kenapa Nad?" Nadha memalingkan wajah dan menyilangkan tangan, pertanda marah. Mahen yang tak paham mendengus kesal dan bertanya sekali lagi.

"Kenapaa sii?...," Mahen yang tak paham mendengus kesal dan bertanya sekali lagi.

"Pijakannya!...," Nadha menunjuk pijakan kaki motor milik Mahen dan mendumel.

Mahen menghela nafas sabar dan menurunkan pijakan motornya, Nadha tersenyum dan segera naik lalu berpegangan pada jaket abu-abu Mahen. Namun sebelum mereka melaju Mahen bertanya kepada Nadha.

"Pr mtk lo udah?"

"Udahh,"

"Udah bawa bahan praktek Ipa?"

"Udahh ih!.."

"Udah bawa—"

"Udah bawel!" Mahen tersenyum puas lalu melajukan motornya, mereka melesat cukup cepat karena jam telah menunjukkan pukul 06.45 karena beberapa menit lagi mereka akan telat.

Beberapa menit kemudian mereka hampir tiba di sekolah, gerbang sekolah terlihat hampir ditutup, namun tiba-tiba Nadha menarik jaket Mahen.

"MAHENN STOPP!"

Ckitt!!....

Motor Mahen berhenti mendadak dan Mahen segera menoleh ke belakang, mengecek keadaan Nadha juga motornya.

Mahen menggerutu, "Kenapa lagi?"

Nadha menyengir kuda dan menyatukan kedua jari telunjuknya lalu menunduk menyembunyikan wajahnya dibalik rambutnya.

"Tas ku ketinggalan...." Cicit Nadha.

Mahen terbelalak, 5 menit lagi bel sekolah hendak berbunyi namun sebuah kejadian konyol membuat Mahen naik pitam. Segera Mahen memutar balik arah motornya dan melesat lebih cepat dari sebelumnya dan menghiraukan peringatan dari Nadha untuk melaju pelan. Nadha merasa bersalah dan menarik jaket Mahen lalu berkata.

"Maaf ya...lagian elo tadi juga marah-marah gua kan ga sengaja...maaf banget gua—"

"Makanya kalau gua suruh cek barang itu didengerin!..jangan udah-udah aja...paham ga!?..."
Nadha menunduk merasa bersalah karena harus membuat mereka memutar arah untuk mengambil tasnya.

"Mahen maaf," Suara Nadha bergetar, menandakan ia menahan tangis.

Mahen tak menggubris kalinat Nadha dan terus melesat sampai di rumah Nadha. Mahen turun lalu berjalan dengan langkah dihentak dan mengambil tas Nadha yang terletak di lantai 2, beruntung kakinya yang panjang mampu menggapai tas bewarna kuning dengan langkah cepat dan kembali ke motornya.

"Makasii...maaf lagi ya—" belum selesai Nadha melanjutkan kalimat motor telah melaju kembali dan cepat kearah sekolah.

Namun Nadha merasa suatu yang mengganjil namun ia memilih diam karena takut Mahen kembali mengomel, karena Mahen adalah laki-laki yang bawel dan siap mengomel 24 jam hanya untuk kecerobohan Nadha. Dalam lubuk hatinya Nadha ingin meminta maaf kepada Mahen nanti jika di sekolah.

Jemput!OY!!Where stories live. Discover now