ᡣ𐭩Bab 20. Gue Suka Senyuman Loᡣ𐭩

19 8 1
                                    

"Ah! Sakit!"

Setelah kejadian beberapa jam yang lalu, Mahen kini tengah mengobati pipi Nadha. Marcell tengah mengobati telapak tangannya sendiri karena tergores balok kayu.

"Hp lu kena sadap karena lo kasih password dan akun medsos lu kan?" ujar Marcell sembari membalut tangannya dengan perban.

"Iya..." cicit Nadha dengan suara lirih.

Marcell kini berdiri di depan Nadha dan menatap tajam. Mahen yang tadi hendak mengganti air bekas kompresan terkejut melihat pemandangan itu. Dan secara tiba-tiba Marcell mengangkat tangannya ke udara.

Mahen berteriak. "KAK TUNGGU!"

Namun berbeda dari yang Mahen pikirkan, ternyata Marcell memeluk tubuh Nadha yang masih bergetar. Marcell menangis terisak dan mengelus-elus rambut Nadha.

"I thought you'll leave us," isak Marcell.

Nadha ikut terisak di pundak kakaknya itu, walau mereka sering kali bertengkar, itu tak membuat hubungan mereka merenggang. Mahen memandang kejadian itu dengan senyum hangat, ia menatap layar ponselnya, foto Amina dengan es krim belepotan di wajahnya.

✧˚ ༘ ⋆。♡˚ ✧˚ ༘ ⋆。♡˚ ✧˚ ༘ ⋆。♡˚ ✧˚ ༘ ⋆。♡˚ ✧˚

"Nadha tunggu!"

Tubuh Nadha seketika bergetar, Candra berlari mengejar Nadha. Namun sebelum ia berhasil meraih tangan Nadha, Mahen menghadang Candra.

"Mau apa lagi lo?" hadang Mahen.

Candra menggertakkan gigi. "Lo ga usah ikut campur sama masalah gue."

Mahen lalu mengenggam tangan Nadha. "Gue sebagai sahabatnya berhak ikut campur."

Mahen sedikit menekankan kalimatnya dan menatap tajam Candra. "Dan sekali lagi lo bikin Nadha nangis, gue pastikan lo ga bakal betah di sini."

Dan dengan sekejap, tangan Candra terkunci oleh seorang guru.

"Dewa Candra Aswara, kamu ikut bapak ke ruang konseling."

Rupanya, Mahen telah melaporkan kejadian kemarin kepada guru konselor. Candra lalu berteriak meraung seperti orang kesetanan.

"GUE GA BAKAL KALAH BEGITU AJA! GUE BAKAL BIKIN LO HANCUR SEHANCUR HANCURNYA!"

Semua mata yang melihat kepada Candra dan Nadha pun seketika ketakutan. Nadha yang masih bergeming pun membuat Mahen merasa iba. Mahen melepas jaket yang masih membalut tubuhnya dan memakaikannya kepada Nadha.

"Yuk masuk kelas."

Namun belum sampai kaki mereka melangkah, Nadha memeluk Mahen.

"Makasih, terima kasih...maafin gue juga," isaknya sembari tertunduk.

Mahen tersenyum lalu membalas pelukan itu. "Yang lalu biarlah berlalu, gue disini, jangan takut."

Mahen mengangkat wajah Nadha dan menarik dua sudut bibirnya hingga giginya terlihat.

"Senyum ya! gue suka senyuman lo!"

Nadha lalu terlekeh dan mereka pun kembali berjalan ke kelas. Dari jauh Raisa menatap Mahen dan Nadha dengan sunggingan senyuman.

"Ini baru permulaan, Nadha Jyena Agatha."

Jemput!OY!!Where stories live. Discover now