ᡣ𐭩 Bab 7 . Masa Laluᡣ𐭩

47 14 0
                                    

"Argh! ampun!" rintihan suara Mahen diikuti dengan sebuah tangan menampar dirinya.

Darah menetes dari hidung mancung Mahen. Candra beserta temannya tertawa terbahak-bahak melihat penampilan kucel Mahen, setelah mereka siksa. Celana Mahen yang sobek-sobek, luka memar di pelipis mata dan pipi, darah yang mengucur dari hidungnya, dapat menggambarkan seberapa parah mereka menyiksa Mahen. Candra mendekati Mahen dan menarik kerahnya, ia meludah di muka Mahen dan menamparnya dengan cukup keras hingga Mahen tumbang ke tanah. Candra memungut sebuah jepit rambut dengan motif bebek dan menginjak-injaknya. Lalu ia mendekati telinga Mahen dan berbisik.

"Denger, lo tu miskin! ga pantes buat Nadha yang tajir melintir! Aswara group dan Agatha Group udah berteman lama! dan harus hancur gara/gara elo doang! " Hardik Candra dan memukuli wajahnya tanpa henti.

Saat itu mereka duduk di bangku putih biru, Mahen yang masih polos dan lugu hanya menerima takdirnya menjadi korban perundungan oleh Candra. Candra adalah salah satu pewaris tunggal Aswara group. Memang keluarga Candra dan Nadha cukup dekat, karena terjalin kerja sama kontrak di antara keduanya. Mahen merangkak kearah dinding dan menopang dirinya ke tembok retak itu. Mahen merasakan rasa getir di lidahnya, ia menyeringai dan menatap wajah Candra yang tampak puas.

"Memang Nadha mau sama kamu?," sindirnya sembari menyeka darah di hidungnya.

Dada Candra kembang-kempis, ia melayangkan tamparan ke wajah Mahen. Namun Mahen menangkis serangan dan menarik rambut Candra lalu membenturkan kepala Candra berulang kali ke tembok. Candra menjerit kesakitan, beberapa teman Candra pun menarik Mahen untuk menjauh dari Candra. Candra berdiri sembari memegang kepalanya yang sakit, ia memekak.

"PANTES LO MISKIN! ORANG TUA LO AJA KABUR KE ARAB! DASAR MISKIN! HINA KAYA ORANG TUA LO!" pekiknya.

Mahen membeku, ia merasa amarahnya naik hingga ke kerongkongannya, ia lalu menerjang ke arah Candra. Dan ingatannya mulai kabur.

✧˚ ༘ ⋆。♡˚ ✧˚ ༘ ⋆。♡˚ ✧˚ ༘ ⋆。♡˚ ✧˚ ༘ ⋆。♡˚ ✧˚ ༘ ⋆。♡˚

"Mahenn! Maaaaheeeen!"

Lamunan Mahen tiba-tiba membuyar setelah Nadha memanggil dirinya. Capcai yang ia pesan telah disajikan di depannya, Mahen mengambil alat makan dan mulai menyantap makanannya. Makanan Candra dan Nadha pun juga telah disajikan. Mereka makan dengan tenang, di selingi senda gurau baik dari Nadha maupun Candra. Berulang kali Mahen dapat menangkap semburat merah di pipi Nadha ketika berbicara dengan Candra. Mahen merengut, tampak ia sedang tak mood hari ini. Mahen hanya mengaduk-aduk Capcai nya sembari melamun.

Nadha yang menyadarinya pun bertanya, "Mahen kenapaa?"

Mahen mengangkat wajahnya lalu menggeleng dan tersenyum, "Gue gapapa, cuman lagi ga selera makan," tukasnya.

Nadha membulatkan bibir dan mengangguk, Candra menatap Mahen secara diam-diam, ia menelisik raut wajah Mahen yang menyembunyikan sesuatu. Pada akhirnya mereka menyelesaikan makan siang namun mereka masih ingin bersantai di kursi restoran yang empuk. Candra memutuskan untuk mencuci tangan dan setelah izin terhadap Nadha dan Mahen, ia melenggang ke arah kamar mandi. Mahen menatap lekat ke punggung Candra, lalu ia berdiri dan izin terhadap Nadha untuk pergi ke kamar mandi juga.

Namun sebenarnya Mahen mengikuti Candra diam-diam, ternyata ia pergi ke arah parkiran basement. Diam-diam ia menguping pembicaraan Candra lewat telepon genggamnya.

"Iya pi, Candra tau, ini Candra lagi usahain," bentaknya ke arah telepon genggamnya.

Mahen sedikit mendekat, dan berusaha menelaah topik pembicaraan Candra dengan seseorang yang ia panggil "Papi".

Jemput!OY!!Where stories live. Discover now