ᡣ𐭩 Bab 11. Hal biasa ᡣ𐭩

30 14 0
                                    

"Dingin!"

Nadha menepis tangan Mahen yang berusaha mengompresnya. Malam setelah mereka menghabiskan waktu di festival, Nadha jatuh sakit. Ia mengalami demam tinggi, Mahen berusaha mengompres keningnya namun Nadha selalu menepis tangannya. Ayah, Ibunda dan Kakak laki-laki Nadha pergi ke luar kota untuk menjenguk neneknya yang tengah sakit, menyisakan Nadha dan Nasyha di rumah.

"Makanya, kalau aku bilang bawa baju ganti sama jaket didengerin!" omel Mahen sembari masih berusaha mengompres kening Nadha.

Nadha berbaring di kursi panjang di ruang keluarga sembari menonton televisi. Nasyha tentu tak di rumah karena ia pergi ke rumah sang kekasih untuk menginap.

"Mau aku beliin bubur ngga?" ujar Mahen sembari memeras kain yang ia gunakan untuk mengompres Nadha

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Mau aku beliin bubur ngga?" ujar Mahen sembari memeras kain yang ia gunakan untuk mengompres Nadha.

"Mana ada bubur di tengah malem gini coba?" ketus Nadha dengan suara lirih.

"Gue masakkin mau?"  tawar Mahen.

Mata Nadha berbinar, ia mengiyakan tawaran Mahen untuk memasak. Akhirnya Mahen pergi ke dapur milik rumah Nadha dan menyiapkan alat dan bahan. Sekitar 30 menit kemudian, bubur telah matang.

Ia menghidangkannya di hadapan Nadha dengan 1 butir telur rebus yang telah ia belah dan taburan bawang goreng

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ia menghidangkannya di hadapan Nadha dengan 1 butir telur rebus yang telah ia belah dan taburan bawang goreng. Nadha duduk lalu meraih sendok di nampan makanan, namun Mahen mencegahnya dan menyuapkan 1 sendok bubur hangat. Akhirnya mereka makan di tengah malam yang cukup sunyi itu di perumahan elit itu. Walau Nadha tengah sakit, ia tak pernah sukar untuk makan dan mengisi perutnya, sampai di momen yang ia benci dan wanti-wanti.

"ENGGAK! GAMAU!"

Nadha menutup mulutnya dengan kedua tangannya, padahal ia harus meneguk setidaknya beberapa butir obat sebelum tidur. Dengan bersusah payah dan berbagai cara, Mahen telah menggerus obat, mencampurkannya dengan pisang, dan segala cara. Akhirnya Mahen menyerah dan menyandarkan kepalanya di dinding sebelah sofa ruang keluarga. Nadha telah tertidur beberapa menit sebelumnya. Mahen menatap wajah Nadha dengan lekat, ia tersenyum lalu memijat-mijat kaki kecil Nadha.

"Dasar cimol satu ini," cicitnya sembari terkekeh sedikit.

Namun suatu notifikasi pesan menganggu gendang telinganya, terdapat pesan dari seseorang yang ia benci, Candra.

Jemput!OY!!Where stories live. Discover now