ᡣ𐭩Bab 24. Gelangᡣ𐭩

15 6 0
                                    

Mobil milik Haris membelah keramaian lalu lintas ibu kota

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Mobil milik Haris membelah keramaian lalu lintas ibu kota. Mahen tampak terkantuk-kantuk, namun rasa kantuknya kalah dengan betapa kecewanya ia pada dirinya sendiri. Nadha yang sedari tadi memperhatikan Mahen kini menggenggam jari-jemarinya.

Ia berbisik. "Gue yakin lo bisa di piala kapolri selanjutnya!"

Mahen bergeming, ia hanya memandang jalanan dengan tatapan kosong. Nadha mengerti dan terus memijat jari-jemari Mahen. Mahen merasa kecewa dengan keputusan juri, yang dimana jelas-jelas ia memendang dada tanpa terhalang apapun justru malah lawan yang mendapatkan poin. Ia bersandar pada kaca jendela dan mengehembuskan nafas panjang.

Nadha menoleh pada jendela luar dan matanya berbinar. "Bunda! Ayah!"

Amanda dan Haris kompak menoleh. "Kenapa sayang?"

Nadha menunjuk ke sebuah festival pasar malam. Amanda dan Haris pun berhenti di sebelah festival pasar malam itu, Mahen turun lalu meregangkan otot-ototnya. Belum sempat ia mengenakan jaketnya, Nadha menarik tangan Mahen.

Nadha merengek. "Itu ada bianglala! ada rambut nenek! ada badut bebek!"

Mahen tersenyum. "Iyaa...iya..."

Amanda geleng-geleng melihat kelakuan anak perempuannya itu. Terlebih lagi ia tambah mengelus dada melihat suaminya—Haris menaiki komidi putar dengan karakter bebek, lucunya ia malah tertawa keras hingga membuat Amanda malu. Buru-buru ia menyusul suaminya dan meninggalkan Mahen dan Nadha sendirian.

Mata Nadha berbinar dan ia pun akhirnya memutari daerah pasar malam dengan menggandeng Mahen. Mereka nampak seperti sepasang kekasih, walaupun mereka menyandang status sahabat. Beberapa pedagang sempat menggoda mereka berdua, membuat Mahen menutup wajahnya yang memerah layaknya tomat. Hingga sampailah mereka di sebuah stan makanan ringan, dengan ibu-ibu berkonde dan jarik yang membalut tubuhnya.

Matanya berbinar. "Aduh eneng! Kumaha? Damang?"

Wanita itu adalah mantan asisten rumah tangga di rumah Nadha. Nadha segera mencium tangan keriput wanita itu dan menghambur ke pelukannya.

"Baik bi, bibi sendiri apa kabar?"

Wanita yang akrab di sapa bibi Asih oleh Nadha itu tersenyum. "Bibi mah, selalu kuat neng."

Nadha melepas pelukannya, bibi Asih lalu memandang Mahen dan tersenyum.

"Den Mahen? apa kabar?" sapa bibi Asih sembari membelai pipi Mahen.

Mahen tersenyum. "Alhamdulillah baik, tapi agak bonyok habis tanding."

Bibi Asih tertawa sembari menyodorkan pesanan Mahen dan Nadha. Mereka akhirnya memutuskan untuk menaiki biang lala, walau Mahen memiliki tubuh yang kekar dan atletis, nyatanya ia amat takut dengan ketinggian. Sepanjang permainan berjalan ia mengenggam tangan Nadha dan menutup matanya.

Nadha tertawa. "Jiakh! badan gede takut tinggi~"

Mahen menggeleng lalu bersandar. "Sumpah gue ga sanggup."

Jemput!OY!!Where stories live. Discover now