ᡣ𐭩 Bab 10 . Festival ᡣ𐭩

35 13 0
                                    

"Astaghfirulla, Nadha???"

Hari minggu telah datang, Mahen menjemput Nadha sesuai waktu yang di janjikan. Namun, ia melihat Nadha yang masih menggunakan piyama biru dan rambut yang masih acak-acakan. Mahen mendekati Nadha lalu menata rambut Nadha, Nadha menguap menahan kantuk. Lalu ia menyengir kuda menunjukkan giginya yang putih bak biji mentimun.

"Sorry yaa, gue terlalu excited sampe gabisa tidur," Nadha mengucek-ucek matanya dan meregangkan badan.

Akhirnya Mahen duduk di ruang keluarga untuk menunggu Nadha bersiap, niatnya mereka akan berangkat siang untuk jogging terlebih dahulu lalu akan lanjut menonton festival. Namun ternyata ada tamu tak diundang turun dari lantai kedua turun lewat pegangan tangga. Ia menyeringai, ia mengenakan kaos merah dan celana training hitam pendek.

"Waduh, babuku sudah datang," ujar Candra sembari berjalan kearah Mahen.

"Gue bukan babu lo," ketus Mahen dengan wajah masam.

Mahen mengenakan baju biru navy dengan celana training hitam panjang dengan sepatu hitam. Candra mendekati Mahen dan duduk di sofa lalu membentangkan kakinya di meja. Memamerkan sepatu jordan merah putih hitam di kakinya. Mahen memalingkan wajah dan protes.

"Turunin kaki bau lo ga? Ga sopan."

Candra malah cuek dan bangga karena berhasil membuat Mahen merasa terganggu, pada akhirnya mereka hanya saling diam. Beberapa saat kemudian, Nadha turun dari lantai dua mengenakan setelan baju olahraganya, namun ia turun dengan wajah masam.

"What happen my princess?," tanya Candra sembari menurunkan kakinya.

"Baju olahraga kuning gue di pake Nasyha," jelasnya sembari mengenakan sepatu putih.

Mahen dan Candra tertawa, mereka melihat wajah masam Nadha yang gemas itu. Nadha mengangkat pandangannya lalu mentertawakan mereka.

"Cie, sejak kapan udah pada akur? lo pada udah temenan ya?"

"IDIH OGAHH," sanggah kedua laki-laki itu kompak.

Nadha tertawa sembari mendekati kedua temannya itu, dan kembali menggoda mereka, "Lah itu? kompak."

"KOMPAK BUAT GA TEMENAN!" sanggah kembali kedua laki-laki itu dengan kompak.

Nadha kembali tergelak, akhirnya mereka tiga keluar dari ruang tamu untuk bersiap. Sebelum Mahen melangkah pergi, ia menarik tangan Nadha dan bertanya.

"Kenapa kamu ajak Candra?," pinta Mahen tak suka.

Nadha menjawab, "Sebelumnya dia juga ngajak aku, jadi aku mutusin buat bareng aja."

Mahen merengut, pada akhirnya ia pasrah. Mereka berangkat menggunakan mobil Candra, atas permintaan Nadha dan tawaran Candra. Di sepanjang jalanan, tak henti-hentinya Nadha menegur mereka berdua yang selalu bertengkar. Candra yang kesal lalu menyetir mobilnya dengan kecepatan tinggi, Mahen mengumpat dengan sopan.

"WOI! ANAK RAJIN MENABUNG! PELAN-PELAN," teriaknya sembari menggengam erat hand grip.

Candra membalas sembari terus melajukan mobilnya. "HEH ANAK SHOLEH! SUKA-SUKA GUE! MOBIL GUE!"

Pada akhirnya mereka melanjutkan perjalanan itu dengan heboh sehingga membuat Nadha frustasi.

✧˚ ༘ ⋆。♡˚ ✧˚ ༘ ⋆。♡˚ ✧˚ ༘ ⋆。♡˚ ✧˚ ༘ ⋆。♡˚ ✧˚ ༘ ⋆。♡˚

Mereka tiba di monas, banyak mobil terparkir dan stan makanan yang tersusun dan terjajar rapi. Nadha turun dengan antusias, ia langsung menuju ke stan makanan dan membeli 3 buah tanghulu. Ia menyodorkan tanghulu itu masing-masing kepada Mahen dan Candra. Mereka menikmati tanghulu itu sebelum berlari kecil di sekitarnya. Nadha, Mahen dan Candra akhirnya berlari kecil di sekitar monas setelah selesai makan. Mahen yang memiliki tubuh atletik, berlari dengan tubuh bugar dan indahnya. Tak kalah dari Mahen, Candra berlari dengan tubuh kekar dan tingginya itu. Mereka nampak bersaing untuk mendapat perhatian Nadha. Namun dibanding melihat pemandangan persaingan antara Mahen dan Candra, Nadha malah memperhatikan beberapa orang yang nampak bersiap untuk menerbangkan balon udara. Candra yang menyadari hal itu berhenti, ia mundur beberapa langkah dan menyamakan kecepatannya dengan Nadha.

"Hey, lo memang gasuka cuci mata ya?"

"Suka kok?" balas Nadha sembari terus berlari kecil.

"Terus kenapa lo malah fokus ke orang-orang itu?" tanya Candra.

"Gue lebih suka cuci mata dengan ngelihat apa yang gue suka," ujarnya sembari mengepalkan tangan dan tersenyum lebar.

Mahen yang mendengar hal itu seketika berhenti, mengakibatkan Nadha menabrak punggungnya. Nadha hampir jatuh, namun reflek Candra menahan tubuh Nadha, dan Mahen menggengam tangannya. Nadha menatap Mahen dengan tatapan marah.

"Ih pake lampu sein dong kalau berhenti!" protesnya sembari merengut.

Mahen menyeringai lalu mengenyampingkan poni Nadha ke samping, "Dengan ini berarti lo suka gue kan?"

Nadha terbelalak, ia bertanya dengan heran, "Hah, maksud lo?"

"Lo bilang kalau lo lebih suka cuci mata dengan ngelihat apa yang lo suka, jadi dengan lo ngelihat gue, berarti lo cuci mata karena lo suka gue—"

Tanpa aba-aba Nadha menonjok pipi Mahen. Mahen tercengang, ia memandang Nadha terheran. Sementara Candra tertawa terpingkal-pingkal.

"Najis!"

Nadha kembali berlari meninggalkan mereka, namun Candra menghentikan langkah Nadha. Nadha menoleh dan menunggu penjelasan Candra.

"Of course you will slapping Mahen's face, Kan lo suka gue—"

Seperti sebelumnya, Candra bernasib sama dengan Mahen. Akhirnya Nadha berlari pergi meninggalkan Mahen dan Candra yang tengah meratapi nasib. Mahen berbisik.

"Kita seri."

Malam tiba, matahari mulai mengucapkan salam selamat tinggal. Gelap mulai menutupi langit Jakarta, acara inti pun dimulai. Mereka menyalakan bara api merah kuning, menerbangkan balon udara. Acara ini disambut orang ramai, Nadha memandang dengan mata binar gemerlap kembang api di langit. Acara ini diisi oleh beberapa penyanyi ternama. Tiba disaat lagu Ghea Indrawari di nyanyikan, lagu berjudul "Bucketlist" disambut meriah oleh muda-mudi di sana. Nadha pun ikut menyanyi dengan bahagia, Mahen memandang wajah Nadha diantara gemerlap cahaya kembang api dan lampu panggung. Terdapat bekas krim di ujung bibir Nadha, Mahen mengusapnya. Nadha berterimakasih lalu tetap menikmati acara yang sedang berlansung. Namun sesaat Nadha bertanya kepada Mahen.

"Mahen, kenapa sebelumnya lo ngomong gitu ke gue?"

"Hm? yang mana?"

"Yang, waktu gue nonjok lo."

Mahen mundur beberapa langkah, ia menyembunyikan wajahnya di balik tangannya, Nadha mendekatinya lalu menarik tangannya.

"Jawab ih!"

"G-gue..."

"JAWAAAB!!"

"GUE SUKA LO NAD!"

Seketika kalimat Mahen tertutupi oleh suara gelegar kembang api, angin sayup-sayup menerpa kulit mereka. Hati Nadha tiba-tiba menjadi seperti memanas, Mahen menatap lekat ke mata Nadha disaat Nadha berusaha memalingkan wajahnya. Mahen menggengam erat tangan Nadha lalu membuka suara.

"Nadha Jyena Agatha, gue dari lama suka lo, Nadha..."

Nadha menantikan kalimat selanjutnya yang akan keluar dari mulut Mahen, Mahen pun melanjutkan kalimatnya.

"Nadha Jyena Agatha, Can i be your—"

Kembang api terus meledak di udara, nampak seperti bunga-bunga yang mengiringi momen itu, Mahen melanjutkan kalimatnya dengan terbata-bata.

"B-boyfri..."

"YAKH! WASSUP SISS!"

Seketika momen itu hancur berkeping-keping, Nasyha datang dan memeluk Nadha dari belakang, ternyata ia juga datang ke festival itu dengan kekasihnya. Nadha reflek berbalik badan dan memeluk tubuh kembarannya itu, Mahen membalik badan menutupi wajahnya yang sekarang tengah menahan malu. Akhirnya niat Mahen untuk menyatakan perasaannya pun harus tertunda.

Jemput!OY!!Where stories live. Discover now