ᡣ𐭩 Bab 8 . Balada Ketenanganᡣ𐭩

40 16 0
                                    

"Pagi anak-anak."

Satu kelas menjawab dengan kompak, setelah wali kelas mereka mengucapkan salam. Tampak ia membawa berkas-berkas berat entah itu tugas atau berkas ujian. Bu Nanda—wali kelas X MIPA 2 itu tersenyum lebar tanda akan menyampaikan berita yang baik. Namun sebelum mereka pindah, Bu Nanda hendak menukar posisi duduk. Karena jumlah siswa yang ganjil, terpaksa Mahen duduk sendiri di paling belakang. Nadha merengek pelan ke Mahen, karena ia harus duduk terpisah lagi dengannya. Namun demi kebaikan sesama Bu Nanda sengaja memisahkan anak muridnya yang dirasa dekat agar dapat berkomunikasi dengan lainnya.

"Anak-anak, ibu ada satu informasi lagi lainnya," ujarnya sembari membolak-baik berkas yang tadi ia bawa.

Semuanya tampak penasaran, banyak dari mereka yang bertanya-tanya, akhirnya Bu Nanda kembali menyambung kalimatnya, "Hari ini kelas kalian akan kedatangan teman baru!"

Semuanya bersorak, mereka bertanya-tanya siapa murid baru itu layaknya murid normal. Namun tidak untuk Mahen yang tak tertarik, baginya memiliki banyak teman namun tak membantu masalah kita adalah hal paling merepotkan dan tak berguna di dunia. Ujarnya kepada Nadha saat ia bertanya kenapa tak pernah pergi bermain atau sekedar nongrong di warteg atau kafe layaknya anak SMA.

Namun tak disangka-sangka, seseorang yang masuk adalah laki-laki yang kemarin menantangnya untuk bertaruh cinta, Candra memasuki ruangan itu sembari mengembangkan senyuman. Mahen tercengang, sebegitu effort nya ia untuk mengalahkan dirinya. Candra memperkenalkan diri, auranya yang positif dan ramah membuat semua tertarik. Terlebih Nadha yang senang akan kehadiran dirinya.

"Candra ini pindahan dari SMA swasta ya anak-anak, jadi perlu beberapa penyesuaian, mohon bantuannya," imbuh Bu Nanda sembari mencari bangku ya pas untuk Candra.

Telunjuk Bu Nanda mengarah ke bangku di sebelah Mahen, Mahen terbelalak begitu juga dengan Candra. Mahen sempat protes, namun ia tak dapat mengelak dari perintah Bu Nanda. Pada akhirnya mereka berdua duduk bersama. Mahen merasa tak nyaman duduk dengan mantan pelaku perundungannya, tentu juga dengan Candra yang tak nyaman karena malah duduk dengan saingannya. Sesi belajar berlanjut hingga waktu istirahat tiba, Mahen hendak berjalan kearah bangku Nadha, namun Candra menyela. Pada akhirnya mereka berebut duduk, sehingga membuat teman sebangku Nadha, Sarah ketakutan melihat mereka berdua. Nadha langsung melayangkan pukulan maut ke pipi Mahen dan Candra sehingga mereka terjungkal dan terjatuh bersama.

"BISA GA SIH!? GAUSA BEREBUT!" serunya dengan wajah gahar.

Mahen dan Candra akhirnya menurut dan duduk berhadapan dengan Nadha dan Sarah. Nadha dan Sarah tampak asik mengobrol sementara aura suram menyelimuti atmosfer Mahen dan Candra. Nadha tak menggubris aura suram itu karena asik mengobrol. Sarah memutuskan untuk pergi, ia pamit lalu melenggang pergi. Kali ini Mahen tak menyiakan kesempatan, ia mencondongkan badannya lalu memberikan dua buah jeruk ke Nadha.

"Nih Nad, gue tau lu suka banget sama jeruk," ujarnya sembari menyeringai.

Nadha mengernyitkan dahi lalu berkata, "Terima kasih tapi tumben?"

Mahen menggosok-gosok rambutnya dan tersenyum polos. Candra yang melihat itu lalu mengeluarkan sekantong jeruk dari toko buah milik pamannya di Korea. Nadha ternganga, jeruk dengan jenis Jeju Hallabong itu tampak mengkilap. Mata Nadha berbinar, ia menerima jeruk itu dan mengembangkan senyuman selebar yang ia bisa. Mahen mendecak kesal, ia mengepalkan tangan lalu membuang muka. Tentu jeruk yang ia beli biasa di toko buah tak sebanding dengan jeruk yang Candra beli. Namun alih-alih mengupas jeruk yang Candra beri, Nadha malah mengupas jeruk milik Mahen. Tentu Candra tercengang, ia merasa kalah oleh Mahen sekali lagi. Mahen terkekeh dan menyuapi jeruh ke mulut mungil Nadha. Sembari Nadha yang mencicipi bekal roti lapis kesukaan Mahen.

Sembari makan Nadha memiliki rasa penasaran di hatinya bertanya kepada Candra yang berwajah tampak masih kesal dengan Mahen.

"By the way, kenapa lo pindah kesini?"

"Karena mau ketemu my princess disini~" Ujar Candra sembari mengedipkan mata, Nadha membulatkan bibir lalu mengangguk.

Mahen yang merasa kesal namun puas atas kemenangannya lalu berbisik kearah Candra dan menggerakkan bibir tanpa suara, "Dua kosong."

Candra mendengus kesal, namun ia tak menyerah. Ia mengeluarkan kotak bekalnya yang penuh seafood. Mahen meneliti wajah Candra yang tampak mengupas sesuatu. Lalu ia menyodorkan satu daging ikan segar. Namun sebelum Nadha membuka mulutnya, Mahen mencegah.

"Eits! ini ikan apa?" ujarnya penasaran.

Candra berkata dengan bangga, "Bluefin Tuna, Gue beli kemaren di Jepang."

Mahen kembali mencegah potongan daging itu ke mulut Nadha, Nadha mendegus kesal lalu merengut. Mahen menahan sumpit Candra dan berkata,"Nadha alergi tuna, gaboleh."

Candra tertawa terbahak-bahak, ia lalu mencocol ikan itu ke kecap asin lalu tanpa aba-aba menyuapkan ke mulut Nadha. Mahen mengernyitkan dahi, ia yang awalnya hendak mencegah namun ternyata Nadha tak menolak.

Candra menyeringai lalu berkata," Nadha alerginya sama ikan tongkol kali...ya kan Nad?"

Nadha mengangguk, mulutnya tak bisa berucap karena penuh dengan suapan mereka berdua. Mahen mendengus kesal ia lalu memakan bekalnya bulat-bulat sembari di tertawakan oleh Candra. Namun tiba-tiba Nadha merasa panas di tenggorokannya, ia lalu meneguk air mineral namun tak kunjung reda. Tiba-tiba ruam merah memenuhi wajahnya, dadanya berdebar kencang. Mahen dan Candra saling pandang kebingungan melihat wajah Nadha yang memerah. Segera sendok yang Nadha genggam terjatuh, keringat memenuhi keningnya. Ia menggerakkan bibir lalu merintih.

"Ma-Mahen nambahin apa di roti lapisnya?" rintihnya sembari menyentuh lehernya yang terasa panas.

Mahen terperanjat, ia lalu tersadar bahwa mencampur udang di roti lapisnya. Ia panik, karena udang adalah makanan pantangan untuk Nadha. Wajah Nadha membiru, ia tak bisa bernafas. Mahen segera memapah tubuh biru Nadha. Candra beranjak dari bangku lalu mengambil sapu tangannya, ia mencelupkannya di tumbler nya yang berisi air es lalu mengompres kening Nadha. Reaksi alergi yang ditimbulkan cukup berbahaya, beruntung bel istirahat telah selesai, dan semesta tampak sedang berbaik hati yaitu guru mata pelajaran berikutnya yaitu biologi, datang lalu langsung menyadari keadaan Nadha.

Pak Galuh selaku guru biologi itu langsung memapah tubuh Nadha, ia membawa tubuh Nadha yang terkulai lemas kearah UKS. Tanpa di komando Mahen langsung mengikuti Pak Galuh ke ruang UKS. Kelas mulai ricuh, berbeda dengan Candra ia menyilangkan tangan sembari menatap punggung Mahen yang mulai hilang dalam kerumunan.

"Lo salah, Nadha sudah sembuh dari alergi udangnya Mahen, justru dia alergi ****" ujarnya sembari melenggang pergi kearah lain.

Nampak seorang gadis berambut panjang sepinggang menatap wajah Candra lekat. Raisa sepertinya menemukan pujaan hati baru, ia tersenyum lalu bersumpah akan mendapatkan Candra maupun Mahen apapun yang akan terjadi.

Jemput!OY!!Where stories live. Discover now