-Kilas balik-

209 48 5
                                    

Pada saat di pantai, Daren, Rafka dan Alvaro menghabiskan waktu dengan selonjoran sambil menatap langit biru yang luas. Terfikir oleh Daren untuk membelah semangka besar yang dibawa oleh Narel saat berangkat tadi sembari menunggu empat teman lainnya datang. Daren mengambil pisau bawaan Kenzie dan membelah semangka itu. Warna merah merekah membuat Alvaro dan Rafka takjub melihatnya.

"Bagus juga semangka Narel! Bibit unggul, nih!" Puji Daren lalu mengirisnya menjadi beberapa potongan kecil dan menaruh ke piring. "Makan-makan!"

Alvaro serta Rafka ikut mencomot potongan semangka tersebut dan memakannya dengan mata terbelalak, kegirangan dengan rasa manis yang dihasilkan oleh buah berbentuk oval itu.

"Manis!" ucap Rafka mengunyah.

"Narel emang jagonya bawa buah,"

"Bener banget, Al,"

"Kok Narel gak balik-balik, ya? Ini udah dua puluh menit dia pergi. Toilet kan gak jauh dari sini. Gue mau nyamperin dia dulu." Rafka meninggalkan Daren dan Alvaro yang mengangguk-angguk mengiyakan.

Enam menit setelahnya, dua lelaki yang tengah duduk santai tiba-tiba dikejutkan dengan teriakan Rafka dari samping toilet.

"KALIAN, KESINI SEMUANYA!" Sontak saja hal itu membuat Alvaro dan Daren menghampiri Rafka yang disusul dengan Seno.

Sesampainya disamping toilet, mereka melihat Narel-sahabatnya-sudah terbujur kaku tak bernyawa dengan luka tusukan di area jantung dan perutnya.

****

Sebelum kejadian Narel di bunuh, Seno sudah merencanakan aksinya sejak dia pulang dari 'Rumah Kita'. Sejak berangkat tadi, Seno membawa sebuah pisau tajam untuk menghabisi sang korban serta sarung tangan agar terhindar dari sidik jari, takut sewaktu-waktu ia tak sengaja memegang tubuh Narel. Dan ketika tiba di pantai, Seno langsung bisa melangsungkan tindakannya.

Tanpa di sadari Rafka, Alvaro dan Daren—Seno berjalan tidak menuju tepian pantai yang banyak tertanam pohon kelapa, melainkan berjalan menuju toilet umum di pantai itu. Arahnya jelas tidak sama.

Kenzie dan Renan yang berada tak jauh dari toilet, tubuh mereka bergetar saat menyaksikan bagaimana gerakan cepat Seno untuk menutup mulut Narel dengan telapak tangannya lalu merunjam jantung serta perut Narel. Di tambah kondisi pantai yang sepi, membuat Seno menjadi mudah untuk melakukan hal tersebut.

"MPPSSSHH!" Pekikan Renan yang ditahan oleh Kenzie. Namun sialnya siapapun yang berada di dekat situ pasti akan mendengar, tak terkecuali Seno. Dengan gerakan lambat Seno memutar tubuhnya, menghadap Kenzie dan Renan. Seno menyeringai, menodongkan pisau berdarah kepada mereka, seolah mengancam.

Sebenarnya pada saat itu Rafka, Daren dan Alvaro juga mendengarnya, tapi mereka lebih memilih untuk mengabaikannya karena merasa Renan dan Kenzie hanya bermain-main saja sambil mencari kerang.

Seno meletakkan jari telunjuknya ke depan bibir, menyuruh Kenzie serta Renan untuk diam. Perlahan Seno berjalan menghampiri dua saksi mata yang melihat tindakan keji nya. Kakinya menginjak lengan Narel yang terkapar kaku.

Setelah tiba di depan dua sahabatnya, Seno mengambil beberapa kerang di dalam gayung yang di pungut oleh kedua remaja itu. Seno tersenyum miring dan meninggalkan Renan dan Kenzie lalu kembali ke samping toilet umum, menaburkan kerang-kerang itu di samping jasad Narel.

Setelah menaburkan kerang-kerang itu, Seno menggali tanah di belakang toilet untuk menguburkan pisau serta sarung tangan yang ia bawa tadi, lalu menghampiri Kenzie dan Renan ke tepi pantai di dekat pohon kelapa agar dia tidak dicurigai.

Kenzie tahu Ia dan Renan pasti akan menjadi sasaran empuk untuk dituduh hanya karena kerang itu. Tapi di sisi lain, ia juga takut kalau dirinya akan menjadi korban selanjutnya jika dia memberitahu hal yang sebenarnya kepada Rafka, Alvaro dan Daren. Kenzie serta Renan hanya bisa diam, berpura-pura tidak tahu apa-apa karena mereka berdua berfikir bahwa Narel sajalah yang menjadi korban. Tapi pemikiran mereka salah besar karena seiring waktu berjalan, Seno ternyata juga menghabisi  empat sahabatnya yang lain hingga korban terakhir ialah Kenzie.

RUMAH TUJUH ENAM [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang