00

713 131 21
                                    

Hai. Salam toleransi enam agama. Kenalin, aku Sasa! Ini cerita pertama aku, ya. Jadi kalau ada penulisan/peletakan koma, titik, dan sebagainya yang gak pas atau kurang pas, aku mohon bantu koreksi. Karna aku benar-benar butuh koreksi dan saran dari kalian semua.

Mohon juga jangan membawa bawa cerita lain ke cerita ini atau membawa cerita ini ke cerita lain. Karena itu bakal berpengaruh bagi aku dan mereka sebagai author, jadi kurang nyaman gitu.

Udah ya. Maaf kalau ada kata-kata yang menyinggung kalian.

Sebelum baca, alangkah baiknya vote, tinggalkan komen, sama follow akun author ya! thank for your support💟.




Rumah Tujuh Enam

"Aku tidak jahat dan benar-benar bukan orang jahat. Aku hanya membantu mereka agar terlepas dari beratnya kehidupan, dengan mendekatkan mereka kepada tuhan. Mereka sering mengeluh tentang perjalanan hidup yang susah, padahal mereka selalu mendapat kebahagiaan dalam keluarga. Kasih sayang kedua orang tua."

"Aku melakukan ini bukan tanpa alasan. Aku iri dengan mereka yang selalu dibanggakan dan dirayakan. Ngomong-ngomong, persahabatan kami sangat erat. Daren pernah berkata kalau kami bertujuh hidup dan mati harus terus bersama. Aku menangis saat mengingatnya, dan sedetik kemudian....

.....Tertawa."

------
------

Cerita murni hasil karangan sendiri. Jika ada kesamaan nama, tokoh, tempat, dll, itu hanya sebuah ketidaksengajaan.

------

RUMAH TUJUH ENAM [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang