Sesaat sebelum Patricia pergi, seseorang menepuk pundaknya dari belakang. Ketika perempuan itu berbalik, dengan tiba tiba Wilson menarik rambutnya sambil menatap geram.
"Hentikan obsesimu, jika Aku tau Kau terus mengganggu hubungan temanku, Aku tidak segan segan untuk menghabisimu", ucap Wilson menarik rambut hitam millik Patricia hingga Ia terjatuh dilantai, punggung tangannya tergores sudut meja bagian bawah. "Ayo pergi, Jevan".
Mendengar ajakan temannya, lantas Jevan yang sedari tadi berdiri memandang pertengkaran itu pun pergi dari sana.
Gadis itu memandang punggung tangan nya yang meneteskan darah kembali. Luka kemarin memang masih belum kering, Ia pun bergegas kekamar mandi untuk mencuci tangannya agar tidak infeksi. Namun, hal tidak terduga terjadi lagi.
Ketika Ia masuk salah satu bilik kamar mandi, tetiba gadis itu terguyur air yang berbau tidak sedap. Ia pun menjerit terkejut, saat Ia menengadah keatas terdengar tertawaan Wilson dan Selena yang puas dengan rencana mereka. Lantas, Ia membuka pintu kamar mandi dengan kasar sampai bunyi pintu yang bertabrakan dengan dinding itu menggema.
"SIALAN, APA MAKSUD KALIAN HAH"
"Apa Kau tidak sadar juga Patricia, enyah dari kehidupan ini karena sesungguhnya Kau itu sendirian. Bahkan seorang kekasihmu yang Kau anggap tempat untuk pulang pun lebih memilih Aku ketimbang Kau", ucap Selena menyombongkan dirinya dan menganggap dirinya lebih unggul ketimbang Patricia.
"Itulah akibatnya jika Kau bermain main dengan kami", lanjut Wilson.
Mereka pun pergi dari tempat itu sambil tertawa merasa sangat puas. Sedangkan Patricia memilih untuk berdiam diri dari sana dan mengaca untuk melihat dirinya sendiri.
Kacau. Satu kata yang mendefinisikan keadaannya saat ini. Rambut hitam bergelombang miliknya kian kusut, dan seragam yang Ia kenakan basah kuyup tak karuan, serta menguarkan bau tidak sedap. Sepertinya air yang diguyur tadi adalah air bekas pel kamar mandi.
Walaupun perempuan itu malu dengan keadaannya sendiri tetapi Ia masih menaikkan dagu nya dengan percaya diri sambil berjalan kearah koridor. Ia membuka lokernya dengan kunci yang Ia bawa dan mengambil salah satu jaket sekolah miliknya, Patricia berpikir sebentar dan memutuskan untuk tidak pulang.
Desas desus mulai terdengar dipenjuru kelasnya, Ia tidak peduli dan berjalan ke bangkunya. Salah satu siswa mengejeknya dengan berani.
"Apa Kau ditolak Erick lagi Patricia?"
"Pantas saja dia ditolak, dia sangat bau"
Beberapa murid melayangkan cemoohan kearah Patricia. Gadis itu menggenggam tangannya dengan kuku kuku menancap menggoreskan luka ditelapak tangannya.
"Go to hell! Bastard", ucap Patricia marah. Tak lama bunyi bel sekolah berbunyi menandakan pelajaran dimulai.
Seorang guru wanita memasuki kelasnya sambil mengernyit bingung, "Bau apa ini?", tanya Guru itu sambil menutup hidungnya.
"Bau itu berasal dari perempuan itu, Miss", ucap seorang siswi yang bermulut pedas.
"Astaga, Patricia. Apa yang sudah terjadi denganmu?"
"Jangan pedulikan Aku dan mulai saja pekerjaanmu"
"Sangat tidak sopan sekali! Berani beraninya Kau berkata seperti itu pada Miss! Sekarang Kau rapikan perpustakaan sambil menulis permintaan maafmu sebanyak 20 lembar sebagai hukuman", perintah Guru itu sambil menunjuk kearah luar.
"David, Kau sebagai ketua kelas ini, awasi Patricia dan bantulah petugas perpustakaan menata kembali letak buku buku ya", lanjut Guru itu.
Sangat berbeda sekali, Ia berbicara ramah dan lembut jika dengan ketua kelas, berbeda jika berbicara denganku selalu marah marah dan menatapku nyalang. Batin Patricia.

KAMU SEDANG MEMBACA
Romantic Goals
RomanceAbout someone who is crazy about love And About someone who is obsessed with love Mereka yang hidup glamour selalu dikelilingi oleh kekuasaan, kehausan akan harta serta jabatan akan berperilaku semaunya tanpa mau mengetahui isi hati seseorang. "You...