Sekaleng kopi yang dingin diambil dari vending mechine yang berada tak jauh dari taman Rumah Sakit. Seorang laki laki yang memiliki tubuh tegap menghampiri perempuan dengan mata yang bengkak karena terlalu lama menangis.
Walaupun mata nya bengkak tetapi perempuan itu memiliki paras yang cantik dengan alis yang tebal dan bulu mata yang lentik.
"Bagaimana Kau bisa sampai disini? Bukannya Aku sudah menyuruh teman mu untuk memberitahumu nanti Aku akan pulang?". Ucap perempuan itu menerima sekaleng kopi dingin yang diberikan oleh lelaki tampan didepannya.
"Menurutmu?". Ucap Jevan sambil duduk disebelah tunangannya, tangannya bergerak mengusap air mata Patricia yang jatuh dipipi yang tirus itu. "Aku mengkhawatirkanmu. Entah kenapa perasaanku buruk, maka dari itu Aku berada disini. Dan apakah Kau makan dengan baik? Kau terlihat lebih kurus dari sebelumnya". Lanjutnya.
"Aku baik baik saja, Jev". Ucap Patricia dengan putus asa. Entah kenapa Ia bilang baik baik saja namun nyatanya Ia dibuat bingung oleh keadaan, matanya tak bisa membohongi sesosok laki laki didepannya.
Dari kecil Jevan sudah tau mata Patricia tak pernah bisa berbohong walaupun ucapan dan tindakannya sangat berlawanan arah.
Tiba tiba Jevan merengkuh pundak Patria agar bersandar di dada bidangnya. Hal itu membuat pipi Patricia bersemu serta menyunggingkan bibirnya tipis.
Sikap Jevan yang tiba tiba dan peka ini lah yang paling disukai perempuan itu. Tanpa diminta lelaki itu sudah tau apa yang dibutuhkan Patricia.
Las Vegas
08.30Cuaca yang hangat menyambut hati kedua sepasang kekasih yang tengah berbincang bincang sambil duduk dipinggir taman, sepertinya baru saja musim kemarau berakhir.
"Aku minta maaf, Jev. A-aku sangat menyesal membuat keputusan itu, Aku tau jika itu terlalu gegabah dan tidak memikirkan perasaanmu". Ucap Patricia menunduk tanpa bisa melihat mata jernih kekasihnya. Hidung perempuan itu nampak memerah seperti tomat, sehingga Jevan tidak tahan untuk tidak menahan tawanya.
"Apa yang Kau tertawakan?!". Tanya Patricia melihat Jevan dengan tatapan tajamnya.
Sedangkan lelaki itu hanya menggeleng pelan sambil menyentil hidung merah Patricia. "Hidungmu merah, seperti tomat". Ucap Jevan tersenyum tipis.
"Aku serius! Aku hampir jatuh cinta lagi pada Erick!". Tutur Patricia dengan keras didepan Jevan.
"Apa yang-"
"Maaf. Aku tidak bisa menahannya"
"Karena itulah Kau menangis?". Tanya Jevan dianggungki Patricia. Lelaki itu diam sebentar, namun diamnya membuat kekasihnya kalut. Takut jika Jevan akan memutuskan hubungan mereka.
Mungkin lelaki itu sangat kecewa sehingga kini tidak dapat menggambarkan ekspresinya. Patricia memberanikan diri melirik wajah tegas kekasihnya, namun yang ia lihat adalah Jevan yang tersenyum kecil?
KAMU SEDANG MEMBACA
Romantic Goals
Любовные романыAbout someone who is crazy about love And About someone who is obsessed with love Mereka yang hidup glamour selalu dikelilingi oleh kekuasaan, kehausan akan harta serta jabatan akan berperilaku semaunya tanpa mau mengetahui isi hati seseorang. "You...