•15

592 20 0
                                        

11.50

Bel istirahat berbunyi dari 5 menit yang lalu, banyak siswa siswi yang keluar untuk makan siang atau beberapa masih dikelas untuk sekedar main game, membaca buku, atau merapikan makeup nya.

Seorang lelaki yang tengah membaca buku halaman terakhir itu menghela nafas seperti orang yang putus asa, Ia pun menutup buku dari halaman terakhir itu. Tak lama Ia berdiri dari bangkunya.

"Kau akan pergi ke kelas Erick sekarang?", tanya Patricia.

"Ya", jawab David singkat.

"Aku ikut", ucap perempuan itu meraih paperbag berisi cookies. David menebak Patricia pasti akan memberikan itu untuk Erick, apa perempuan itu tidak pernah putus asa?

"Terserah", jawab lelaki itu sambil membenarkan kacamatanya yang sedikit melorot.

"Ikut Aku, Emma", perintah Patricia yang tidak bisa Emma bantah. Karena bagaimanapun perempuan itu tidak akan pernah menyetujui tolakannya, atau memang pada dasarnya Patricia tidak menyukai penolakan.

Sesampainya dikelas Erick, David membalikkan badannya menghadap kedua perempuan di belakang nya. Yang satu bertubuh tinggi, yang satu pendek, itu lucu baginya.

"Apa yang Kau lihat?", tanya Patricia penasaran.

"Kau yakin akan masuk ke kelas ini?", tanya David mencoba meyakinkan Patricia.

"Tentu"

Setelah itu David membuka pintu kelas tersebut. Lelaki itu menghampiri teman temannya, kemudian Ia duduk di meja milik lelaki bertubuh pendek banyak bicara itu.

"Turun dari meja ku sialan!", teriak Wilson kepada David, namun lelaki itu tidak menghiraukan ucapannya membuat dirinya kesal. Lantas Ia pun berdiri dari bangkunya dan tak sengaja melihat dua perempuan berdiri didepannya.

"Apa yang Kau lakukan disini, bitch?", tanya Selena meremehkan perempuan didepannya. "Apa sekarang berteman dengan nerd adalah gayamu?", lanjutnya melihat Emma sambil tertawa congkak.

"Tutup mulutmu, bastard", jawab Patricia menatap datar Selena. "Dia jauh lebih pintar daripada Kau Selena, makhluk kecil disampingku ini, Aku menyukainya, dia tau bagaimana cara menghargai orang lain, dia jauh lebih baik daripada Kau", ucap Patricia sambil menepuk pelan kepala Emma, kemudian Ia merangkul nya sambil tersenyum lirik kearah Selena.

Ibu, Ayah. Tolong Aku! Setidaknya biarkan Aku mati dengan tenang, atau jika tidak biarkan Aku mati sambil memeluk piala kejuaraan nomer 1 SHS.
Batin Emma sambil menggenggam kedua tangannya ketakutan.

Sedangkan Selena menggeram marah tak terima. Erick yang melihat kekasihnya marah lantas bertanya pada Patricia. "Kau membuat apalagi untukku, Patricia? Apa Kau tidak lelah mengejarku?", tanya Erick percaya diri.

Perempuan yang ditanya justru melangkah melewati dirinya tanpa menjawab pertanyaannya.

"Makan ini, dan minumlah teh chamomile. Aku meninggalkannya disini", ucap Patricia memberikan paperbag diatas meja Jevan.

"Kau benar benar perempuan gila! Setelah mengejarku, Kau menggoda David dan sekarang Jevan? Apa trik yang Kau gunakan setelah ku tolak adalah mendekati teman temanku? Dasar jalang murahan", ucap Erick meremehkan Patricia.

Patricia yang mendengarnya hanya berlagak tuli sambil menyeret Emma pergi keluar dari kelas itu. Sedangkan Jevan terkejut tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Akhirnya Patricia memberikan cookies untuknya dan bukan Erick. Apa itu artinya Patricia sudah jatuh cinda padanya?

Hal itu membuat jantung Jevan berdetak tak karuan. Ia pun mengeluarkan isi dari paperbag, ternyata selain cookies terdapat teh chamomile di botol berwarna jingga milik Patricia. Ia pun tersenyum sambil membayangkan wajah Patricia membuatnya mengusap wajah frustasi.

"Hei, ngomong ngomong apa cookies itu tidak Kau makan?", tanya Wilson dengan gaya yang sok tidak tahu.

"Cih! Jika Kau ingin bilang saja", ucap David menjitak kepala Wilson.

Sementara itu, Erick memilih pergi keluar dari kelas setelah melihat Jevan tersenyum melihat pemberian Patricia. Dan sebenarnya daritadi Erick juga melihat Patricia yang tampak berbeda. Ehm! Terlihat lebih cantik.












Rooftop SHS

Biasanya tempat paling atas di SHS yaitu rooftop memiliki beberapa meja dan kursi untuk bersantai. Murid murid diperbolehkan untuk makan siang disana, seperti apa yang dilakukan Patricia dan Emma. Menyantap makanannya sambil menatap pemandangan di lantai paling atas tersebut.

"Kau hanya memakan roti lagi, Patricia?", tanya Emma menatap Patricia yang lagi lagi hanya memakan beberapa roti.

"Ya, Aku sedang tidak mood untuk makan berat"

Sedetik kemudian, lelaki memakai sweater hitam memberinya semangkuk mie diatas meja.

"Makan ini", ucap lelaki itu kemudian pergi begitu saja.

"Ada apa dengannya?", tanya Emma heran. Pasalnya lelaki itu tidak pernah bersikap seperti ini pada Patricia.

"Entahlah, biarkan saja", jawab Patricia mengidikkan bahunya. Ia bingung dengan tingkah Erick yang tiba tiba memberinya semangkuk mie, apa anak itu sedang sakit atau memang sedikit gila?













20.18

"Kenapa Aku jadi rindu Patricia?", tanya Jevan pada dirinya sendiri. Saat ini Ia berada dikamarnya sambil menuntaskan semua tugas tugas sekolah. Namun, semua itu sudah selesai dari kemarin, Ia pun mempelajari kelas bisnis yang membuat dirinya uring uringan dikamar, tak lama Ia terbayang wajah Patricia saat dikelas tadi membuat dirinya dilema rasa rindu.

Lelaki itu memutuskan untuk pergi ke apartement tunangannya. Saat Ia menuruni lantai dasar, lelaki itu melihat kedua orang tuanya bersantai diruang keluarga.

"Kau akan kemana, Nak? terburu buru sekali", tanya Tuan Athelstan melihat anaknya menuruni tangga secara terburu buru.

"Aku akan pergi ke apartement Patricia"

"Kalau begitu Mama titip ini ya, anak itu sangat suka makan dimalam hari", ucap Mamanya berjalan dari arah dapur sambil membawakan beberapa salad dan jus buah didalam paperbag.

Jevan hanya mengangguk kemudian pamit pergi kepada kedua orang tuanya.

Sesampainya di apartement, lelaki itu terlihat gugup saat akan memencet bel. Ia pun menetralkan degup jantungnya.

Tak lama dari arah dalam seseorang membukakan pintu untuknya, Jevan sudah tersenyum manis menyambut Patricia. Namun, sedetik kemudian senyumnya luntur kala melihat temannya yang membukakan pintu apartement tunangannya.

"Sialan, apa yang Kau lakukan disini David?", tanya Jevan sangat marah.

"Siapa disana David?", tanya Wilson sambil menyusul kedepan dan bertemu dengan Jevan.

"Oh ternyata Kau. Masuklah", ucap Wilson mempersilahkan Jevan dengan santai.

Jevan pun terburu buru masuk dan melihat Patricia yang duduk meminum kopi sambil mengenakan masker dengan santai. Ia pun menghampiri tunangannya membuat perempuan itu terkejut.

"Apa yang Kau lakukan disini, Jevan?", tanya David sambil menutup pintu apartement kemudian Ia menyusul mereka yang duduk disofa. Sedangkan Wilson melanjutkan acara memakan setoples cookies buatan Patricia.

"Seharusnya Aku yang tanya pada kalian. Apa yang kalian lakukan di apartement milik tunanganku?", tanya Jevan menelisik kedua temannya sambil menatap mereka nyalang.

Sedangkan kedua temannya membeku terkejut dengan penuturan Jevan.

"WHATTT??"

"Kau bercanda kan? Patricia tunanganmu? Apa Kau sedang bermimpi Jevan?", tanya David

"Sialan!", umpat Jevan kesal. Sedangkan Patricia menggeleng pelan melihat tingkah laku lelaki itu.

"Dia memang tunanganku"

Kalimat Patricia yang membenarkan lelaki itu membuat kedua teman Jevan shock tak percaya.








༶•┈┈⛧┈♛

Sometimes it's better to be acknowledged than hidden
-D

Romantic GoalsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang