29. Luapan Isi Hati Meghan

69 4 0
                                    

Seribu satu masalah yang berdatangan menghantam kuat mental Meghan dengan brutal, memporak-porandakan hidupnya sedemikian rupa kacaunya

Berkali-kali ia meyakinkan diri agar senantiasa selalu kuat, selalu tangguh, selalu siap akan goncangan-goncangan badai didepan sana. Sekuat tenaga ia tahan dirinya agar tidak cengeng didepan orang-orang, agar tidak dipandang lemah karna hanya kuat yang bisa ia banggakan dibalik kata cemoohan-cemoohan yang begitu banyak menimpuknya dengan keras

Tapi, kali ini ia gagal. Ia gagal lagi untuk terlihat kuat, ia gagal lagi untuk terlihat tangguh, untuk yang ketiga kalinya ia terlihat cengeng didepan orang ini. Orang asing yang selalu menampung isak tangisnya

"Are you okay?" satu kalimat keramat yang amat sangat Meghan hindari saat suasana hatinya tengah dirundung kesedihan akan masalah-masalah yang berdatangan

Sebisa mungkin ia mencoba menahan diri agar tidak kembali menangis, ia tidak boleh terbiasa cengeng, ia tidak punya siapa-siapa untuk bermanja ria akan masalah-masalahnya

"Sure, okay__pak Rangga, sekali lagi saya ucapin makasih karna bapak udah baik sama saya. Hati-hati dijalan yaa, sampai ketemu nanti" lengannya ditahan Rangga saat ia akan membuka pintu

"Ceritakan semua yang mengganjal, ceritakan yang kamu rasain saat ini sama saya"

"Saya baik-baik aja pak. Udah ya, udah malem ngga enak sama Albert kalo saya kemaleman" seakan tuli, Rangga tetap menahan lengannya, tak membiarkan perempuan itu pergi dengan keadaan hati masih berkecamuk

"Mau bapak apa sih?! saya udah bilang saya nggak papa, ya berarti nggak papa!. Jangan sok peduli sama saya!, saya udah biasa disakitin sedemikian rupa, saya udah terbiasa difitnah, saya udah biasa diremehkan, saya udah biasa diabaikan, dan saya juga udah biasa berdarah-darah tanpa diobati, jadi jangan sok peduli dengan mencoba masuk kedalam hidup saya!!" tekannya berapi-api

"Kenapa kamu ngga bilang sama semua orang kalo kamu nggak seburuk itu? kalo kamu nggak sejahat itu? kenapa kamu ngga kasih tau semua orang bahwa disini kamulah korbannya, harusnya kamu kasih tau ke mereka kalo kamu nggak salah, bukannya menelan bulat-bulat kesalahan yang dilimpahkan ke kamu padahal kamu tidak melakukannya?" pancingnya lagi agar Meghan mengeluarkan semua yang berkecamuk dibenaknya

"Buat apa? dari kecil saya ngga pernah didengerin, penjelasan saya selalu diabaikan, pengakuan saya selalu dianggap angin lalu. Saya capek selalu dianggap salah! saya capek selalu dianggap buruk, saya juga capek jadi bagian dari Gautama" tanpa ia sadari setetes air matanya jatuh

"Saya ngga pernah nyuruh Pedro buat gigit Anye, saya ngga pernah nimpuk kepala Anye pake bola basket, saya ngga pernah nyembunyiin PR fisika Anye, saya ngga pernah rebut pacarnya semasa SMP, saya ngga pernah ngutang di warung depan komplek, saya ngga pernah mecahin kaca rumah pak RT, saya ngga pernah gunting dress prom night punya Anye, saya ngga pernah ngancurin semua penghargaan yang dia raih susah payah, saya ngga pernah ngerusakin isi kontrak Anye dengan klien, dan saya juga ngga pernah dorong Anye ke kolam berenang! Perempuan keparat itu selalu fitnah saya dengan kejam, dari kecil saya ngga pernah sekalipun jahat sama dia, dari kecil saya selalu berbagi apapun yang saya punya ke dia, termasuk mami papi. Dia anak angkat yang dipungut papi ngga tau dari mana asalnya, tiba-tiba hancurin hidup saya dalam sekejap, dan itu terjadi bertahun-tahun, sampai saya harus rela diusir papi untuk kesalahan yang ngga saya lakuin" runtuh pertahanan Meghan, tangisnya seketika pecah, namun ia masih ingin meluapkan emosinya yang tertahan

"Apa saya harus jadi jahat seperti dia biar semua orang percaya saya? apa saya harus jadi licik seperti dia agar semua orang percaya saya? dia bahkan rela ngelukain diri dia sendiri biar orang percaya saya sejahat itu ke dia pak... Saya ngga kuat, saya ngga kuat dihadapkan dengan monster bertopeng malaikat seperti dia.. Saya ngga sanggup pak.." suara Meghan memelan diakhir kalimat, Rangga yang melihat itu segera membawanya ke pelukan, lagi-lagi Meghan menangis didepan Rangga dengan lepas

"Terima kasih sudah bertahan sejauh ini, kamu hebat Izora..." bisiknya pelan pada Meghan, semakin perempuan itu mengeratkan pelukannya pada tubuh kekar Rangga

Tak ia perdulikan daster tipis milik bi Dayang sudah basah karna air matanya yang kini juga turut membasahi tshirt yang dipakai Rangga

Kejadian malam dimana Rangga mengantarnya pulang ke apartemen Albert terus berputar dikepala Meghan

Pria itu berhasil membuatnya merasa nyaman saat mencurahkan isi hatinya, padahal mereka baru kenal beberapa waktu

"Oit! senyum-senyum wae.." entah darimana datangnya Albert sahabatnya tiba-tiba saja mengejutkannya yang saat ini tengah menghitung pendapatan hari ini

Bicara soal hitung menghitung pendapatan, saat ini Meghan sudah resmi resign dari Cempaka Resort, ia sudah mulai bekerja beberapa minggu di cafe milik Albert

Tenang, itu yang dirasakan Meghan bekerja disini, tak ada yang memusuhinya seperti di Cempaka. Semua orang welcome padanya. Entah memang murni baik atau hanya topeng karna Meghan merupakan sahabat owner mereka, Meghan juga tidak tau

Posisi Meghan di cafe ini sebagai kasir, sebenarnya ia ingin ditempatkan Albert ke bagian HRD atau admin, hanya saja Meghan tidak mau, ia lebih suka berinteraksi dengan tamu ketimbang berdiam diri mendekam dalam ruangan

Sebenarnya tante Rosali ibu Elang sudah beberapa kali menghubungi Meghan mengajaknya bekerja sama untuk usahanya, namun ditolak mentah-mentah oleh perempuan itu, ia hanya tidak ingin berurusan lagi dengan Elang maupun keluarganya

"Seneng banget kayanya, lagi kenapa sih?" Meghan hanya menjawab dengan dengusan, kentara sekali ia kesal acara membayangkan seseorang terganggu

"Kenapa sih Al? gabisa banget liat orang laen bahagia"

"Gue cuma penasaran siapa yang bikin sahabat sad girl gue jadi mesem-mesem macem odgj begini"

"Gue cuma seneng aja kerja disini, kenapa ngga dari dulu aja sih lo ngasih gue kerjaan ini?"

"Maap ya Albert.. Gue udah terlalu cinta sama kerjaan gue yg sekarang" gumam Albert menirukan kalimat penolakan Meghan dulu saat ditawarinya pekerjaan, seketika tawa Meghan pecah, apalagi saat melihat ekspresi menyebalkan sahabatnya itu

"Eh tapi gue beneran seneng disini, anak-anak sini pada baik"

"Syukur deh kalo lo seneng, gue lega jadinya" Albert memberi kode untuk mengajak Meghan duduk pada table yang sudah kosong

Saat ini keadaan cafe sudah sepi karna sudah hampir jam sebelas malam, hanya ada beberapa karyawan yang bersiap akan pulang, termasuk Meghan yang sudah selesai dengan tugasnya, uangnya akan ia setor pada Albert saja nanti

"Dia ngga ada hubungin lo lagi kan?"

Terdengar helaan nafas kasar dari mulut Meghan
"Enggak, dan gue ngerasa sejauh ini dunia gue baik-baik aja tanpa dia"

"Bagus kalo gitu, lo udah lakuin yang terbaik dengan ninggalin dia. Nyokapnya masih ngubungin lo?"

"Hampir tiap hari, ngajak gabung di team kateringnya. Gue awalnya tertarik, cuma gue ngga mau terlibat apapun lagi sama tuh cowok, jadinya sama keluarganya juga no"

"Nikahannya nanti lo mau dateng?"

"Ngga tau Al, gue masih belom kepikiran buat kesana" Albert mengangguk mengerti, mengusap bahu Meghan seperti biasa

"Iya, kalo emang rasa-rasanya ngga bisa datang lebih baik nggak usah. Gue juga ngga mau disana nanti mental lo diserang habis-habisan. Seenggaknya lo sembuhin dulu yg udah babak belur disini" tunjuk Albert pada dada Meghan

"Yaudah yuk balik"

Setelahnya keduanya berjalan beriringan menuju loker, lalu pulang bersama ke kediaman masing-masing

Vote yaa plend...

Fucking SymbiosisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang