Marai penasaran

151 9 2
                                    

Alfatih sedang didalam masjid. Ia sedang membaca Alquran sendirian, dan datanglah Musa yang duduk disebelahnya. Musa memperhatikan Alfatih dengan cara berbaring terlentang menatap Alfatih yang beraut wajah gusar dan lelah

Ia paham, jika Alfatih menetap di masjid dan membaca Alquran itu artinya ada sesuatu dalam diri Alfatih.

"Cerita aja, ada apa sama kamu" Ucap Musa dengan Alfatih yang masih fokus membaca Alquran

"Aku enteni ko cerita, Fatih. Aja pendem dewek, ya Fatih?" Ucap Musa dengan posisinya yang masih sama -aku tunggu kamu cerita, Fatih. Jangan pendam sendiri, ya Fatih?

Alfatih menutup mushaf Alquran dan menyadarkan tubuhnya di tembok masjid. Ia memeluk Alquran sambil memejankan matanya, ia dan Musa hanya berdua di masjid. Tak ada siapapun disini karena hampir jam tidur seluruh santri tak ada yang berkeliaran ke masjid kecuali Alfatih dan Musa

"Cerita Fatih" Ujar Musa dengan mata terpejam

"Apa sih, ra ana seng perlu diceritakna" Ucap Alfatih -apa sih, tidak ada yang perlu diceritakan

"Alfatih, cerita. Ada apa sama dirimu?, aku tau kalau kamu hanya berada di masjid sampai larut itu ada sesuatu" Ucap Musa kini menatap Alfatih

Alfatih memejamkan mata sambil berpikir, iyakah dirinya harus bercerita kepada Musa masalah dirinya yang sedang berada di dilema yang menjebaknya?

Alfatih menghembuskan nafasnya dan melepas pecinya "Menurutmu, kalau aku suka sama orang itu wajar?" Tanya Alfatih

"Wajar lah, kan emang gitu hati manusia" Ucap Musa enteng

"Kalau gak sengaja suka, itu namanya apa?" Tanya Alfatih kembali

"Kagum?, mungkin?" Musa berpendapat

"Kagum, okelah" Gumam Alfatih

Musa duduk dan menatap Alfatih yang menunduk sambil memperhatikan Alquran yang ia peluk

"Kenapa?, ada seseorang dalam hatimu selain pencipta-Mu?" Tanya Musa

Alfatih mendongak dan menggeleng "Aku nggak tau"

"Ck, jawab yang bener" Ujar Musa

"Aku nggak tau, tapi aneh aja kalau ketemu seseorang itu"

Musa mengangguk dan menepuk paha Alfatih "Benar, ada seseorang di hatimu ternyata"

Musa menggeser badannya kesamping Alfatih yang menunduk kembali. Ia mengusap mushaf Alquran yang berada dalam tangannya

"Kamu suka sama dia?" Tanya Musa

"Aku nggak tau"

Musa berdecak "Ck, malah nggak tau, pelajari dirimu makanya. Kita ini ada dalam fase dewasa, kewajaran kita jatuh cinta, menyukai lawan jenis dan mencintai orang itu wajar. Dan kamu, kalau ada seseorang dalam hatimu, pelajari dirimu bagaimana cara kamu menyukainya dan benar tidak kamu menyukainya. Benar tidak kamu mencintainya, iya tidak hatimu untuknya dan ridho tidak Rabb-Mu padamu" Jelas Musa panjang lebar yang membuat Alfatih bungkam seribu kata

Ia tak berkata apapun lagi, benar-benar diam. Merenungi ucapan Musa yang masuk akal, mencerna ucapan Musa yang benar adanya. Ia kurang mempelajari dirinya sendiri, bahkan ia tak yakin bahwa ada seseorang dalam hatinya

"Pelajari, pikir, dan cerna. Itu tugas kamu, tapi perlu kamu ketahui juga bahwa seseorang yang ada didalam hatimu belum tentu bisa kamu miliki. Jadi, wajar saja jika menyukai dia, jangan berlebihan apa lagi sampai membuat Allah cemburu" Sambung Musa

"Bagaimana cara mempelajari diriku sendiri? Aku saja bingung dengan aku sendiri" Ucap Alfatih

Musa menghela nafasnya "Alfatih, siapa yang ada dalam pikiranmu saat ini selain dirimu sendiri?" Tanya Musa

Cinta Seorang Santri (Segera Terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang