Jujur, tolong

153 7 0
                                    

Takbir berkumandang, Alfatih dengan senyumannya menggeman tangan Amina dengan erat. Mereka sedang takbir keliling kali ini, dari pemerintah mengumumkan bahwa hari esok adalah hari raya idul fitri yang dinanti oleh seluruh umat islam dunia

"Mas Al, kembang apinya nanti ada yang besar, Amina takut," ucap Amina merengek
"Nggak papa, nanti mas peluk Amina biar nggak takut ya?" Alfatih tersenyum melihat adiknya menganggukan kepala, gadis bercadar itu memiliki satu ketakutan pada suara yang keras. Ia mudah terkejut, maka dari itu keluarganya tak pernah berkata dengan nada tinggi atau nembentaknya

Dilapangan pondok pesantren Ar-Ridwan, beberapa kembang disiapkan oleh warga sekitar dan sepakat untuk menyalakan kembang api itu di lapangan Ar-Ridwan yang luas

Dari depan aula, Alfatih memeluk Amina yang sudah mulai gelisah. Dari aula, mereka dapat melihat jelas kembang api yang akan dinyalakan sebentar lagi

Suara kembang api saling bersautan. Banyak orang mengambil video dan foto di momen ini, termasuk Alfatih yang tersenyum sambil mengambil video pemandangan langit yang menjadi indah dan berisik karena kembang api

"Mas Al, cantik dan rame banget," ucap Amina menutup kuat telinganya dan tubuhnya dipeluk erat oleh sang kakak

"Kamu lebih cantik." Puji Alfatih dan mencium kening adiknya

"Wah, besar banget mas." Mata Amina berbinar melihat kembang api paling besar meletus di atas langit

Alfatih tersenyum dan mengalihkan kameranya ke wajah adiknya yang terkesima dengan kerilap kembang api yang menyala di atas sana

***
Malam semakin larut, namun Amina masih belum mau untuk tidur. Gadis 15 tahun itu seperti anak kecil umur 5 tahun yang sangat susah untuk diminta tidur

"Amina, niki sampun ndalu loh, bobo ya?" Ujar Alfatih masih menunggu Amina berhenti bermain kembang api -Amina, ini sudah malam loh, bobo ya?

"Sekedap mas, dereng ndalu sanget."
Mata Alfatih melebar, belum malam? Ini jam setengah dua belas dan adiknya berkata ini belum malam? -sebentar mas, belum malam banget

"Amina, niki jam sengah kalih welas sayang, sampun ndalu," ucap Alfatih membujuk Amina -Amina, ini jam setengah dua belas sayang, sudah malam

"Nanti mas." Amina tetap kekeh untuk tidur nanti

"Amina, ini udah malem dan besok kita bakal sibuk menikmati hari raya. Kita tidur sekarang," bujuk Alfatih namun Amina menggelengkan kepalanya

"Amina, ayo tidur sayang," nada lembut Alfatih pun tak mempu membuat Amina mengikuti apa katanya

Dengan helaan nafas Alfatih menghampiri adiknya dan menggendong sang adik lalu membawanya kedalam kamar. Ia melepas jilbab Amina dan juga cadar nya, ia menuntun Amina untuk mencuci muka dan tangannya setelahnya ia memberikan Amina piyama tidur yang nyaman dan menunggu adiknya selesai mengganti baju, dirinya sempatkan untuk bersih-bersih dan mengambil wudhu

Tak lama ia keluar kamar mandi dan mendapati adiknya sudah melepas ikat rambutnya dan siap untuk tidur

"Mas bakal tidur disini, biar kamu beneran tidur," ucap Alfatih
"Iya, Amina minta maaf ya?" Alfatih hanya mengangguk kala Amina berucap

"Sekarang tidur," ucap Alfatih dan Amina hanya mengangguk

Keduanya naik ke atas ranjang dan Alfatih mendekap adiknya agar cepat untuk tidur. Tak lama deru nafas Amina teratur, hanya hitungan menit sang adik sudah terlelap

***
Pagi harinya, Alfatih sibuk bersiap untuk sholat ied. Setelah sholat subuh, dia memutuskan untuk memakai pakaian terbaiknya dan juga berdandan serapih mungkin

Cinta Seorang Santri (Segera Terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang