Muncul Kembali

75 2 0
                                    

Satu tahun berlalu dan pelaku instal J itu tak ditemukan, padahal insting Alfatih dan Kamal rekannya yang mencari informasi, sama. Mereka sama-sama mencurigai seorang Jennia yang memang memiliki niat yang tidak baik kepada Alfatih bahkan Safiyah. Kini kasus itu ditutup sementara oleh Alfatih, walaupun tak menggunakan kepolisian namun ia memutuskan menutup sementara kasus yang menimpa Safiyah. Walau sudah tidak ada lagi pesan teror itu, Alfatih tetap memantau ponsel sang istri setiap malamnya setelah istrinya tertidur untuk melihat siapa saja yang mengirim pesan, menelpon bahkan mengirimkan DM di sosial medianya ataupun email.

Dan di hari ini, Alfatih tengah mengajar di MA Ar-Ridwan, sedangkan Safiyah tengah sibuk dengan Hamzah juga pekerjaan rumahnya. Ia selesai menyiapkan makan siang dan hari ini ia merasakan ada hal yang aneh. Pasalnya ia merasakan kelelah padahal pekerjaan rumah tak begitu banyak dan ia juga sudah beberapa hari muncul flek namun tak ada tanda menstruasi bakan ia juga merasa moodnya selalu berubah drastis. Namun walau begitu, ia belum mencurigai satu hal apapun hingga pada saat setelah Alfatih kembali ke sekolah untuk mengajar ia ingat bahwa datang bulannya telat.

"Bener, harusnya tanggal lima, ini tanggal sepuluh. Apa aku cek ya? Tapi kalau ternyata cuma telat aja gimana?" Monolog Safiyah sambil menatap kalender

"Duh jadi bingung, kalau enggak kan malah kecewain mas Alfa doang. Tapi kalau iya, mas Alfa pasti seneng."

Safiyah terdiam sejenak dan mengetuk jarinya di dagu. "Testpack? Masa harus pakai itu sih kan nggak pernah pakai. Atau bilang umi aja ya? Kali aja umi ada solusi."

"Nggak ah, beli testpack aja." putusnya

***

Safiyah menjalankan motornya dengan Hamzah yang ia tinggal. Sang putra masih ada di rumah neneknya,selepas makan siang Hamzah ke rumah neneknya untuk bermain bersama Amina atau neneknya. Safiyah membunyikan klakson kepada penjaga gerbang dan ia keluar dari area pondok menuju apotek terdekat. Sebelumnya ia sudah izin kepada Alfatih untuk membeli satu barang keluar rumah dan sang suami mengizinkan.

Safiyah menoleh kesana kemari mencari seseorang. Ia menemukan satu penjaga apotek itu dan sang penjaga apotek itu menanyakan sesuatu kepada Safiyah mengenai kedatangan dirinya.

"Permisi bu, ingin mencari apa?" Tanya apoteker itu

Safiyah berdehem ia melihat sekeliling seakan mencari keadaan yang aman. "Saya mau beli testpack mbak." ucap Safiyah

"Testpack, baik bu. Silahkan pilih dahulu bu mau yang mana." ucap perempuan itu

Safiyah melebarkan matanya, pengalaman pertama ia membeli alat tersebut ia bingung dan tak mengatahui apapun. Safiyah menggaruk kepala bagian samping yang tak gatal.

"Emang beda ya mbak?" Tanya Safiyah

Penjaga apotek itu terkekeh. "Beda bu, harga yang lebih mahal akan punya cara kerja yang beda namun fungsinya sama. Ibu baru pertama kali coba atau buat siapa?"

"Buat saya, soalnya waktu hamil pertama taunya dari dokter langsung mbak jadi nggak pengalaman pakai ini mbak." jelas Safiyah

"Wah pantes, ibu bisa pilih ini. Biasanya ini paling cepat dan paling valid." ucap perempuan itu merekomendasikan

Safiyah setuju dan mengambil satu yang paling mahal dengan harapan barang itu paling valid sesuai dengan ucapan penjaga apotek itu. Safiyah kembali ke rumah dan jam menunjukan hampir pukul setelah empat sore. Safiyah mengecek dahulu urine nya dan meninggalkan barang tersebut dan ia bersiap untuk mandi. Setelah siap dan melaksanakan sholat ashar. Dengan pakaian rapi Safiyah mengecek kembali alat tersebut.

Mata Safiyah melebar, di alat itu tertulis pregnant yang artinya ia hamil. Safiyah mengucek matanya tak percaya. Ia meletakan alat itu dan berjalan bolak-balik. Safiyah tak menyangka bakan dirinya sampai menatap kosong di kamar mandi. Ia kembali tersadar dan mengambil alat itu dan kembali ke kamar.

Cinta Seorang Santri (Segera Terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang