Sedikit cemburu

173 4 0
                                    

Happy Reading

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
   ⋇⋆✦⋆⋇ 

Safiyah dan Alfatih sedang bersantai bersa di ruang tamu. Setelah sholat maghrib, keduanya melanjutkan tadarus dan bersantai sambil menunggu waktu isya. Safiyah menautkan tangannya pada sang suami. Ia mengukur jari-jarinya yang kecil dengan jari Alfatih yang panjang dan besar.

"Mas Alfa kenapa jarinya panjang banget sih?" tanya Safiyah kepada sang suami

Alfatih terkekeh dan menautkan tangannya dengan sang istri lalu mengecupnya. Usapan kecil Alfatih berikan setelah ia mengecup punggung tangan Safiyah yang lembut.

"Kamu yang pendek, bukan mas yang panjang." ucap Alfatih

"Ish, jari Fiyah panjang mas. Mas aja yang kepanjangan jarinya." ujar Safiyah tak mau kalah

"Tapi sayang, dilihat dari jari kamu, kamu itu memang kelihatan pendek tapi lucu." ucap Alfatih dan Safiyah memajukan bibirnya

"Kok gitu sih, mas lebih suka yang tinggi?" tanya Safiyah yang digelengi Alfatih

Safiyah menatap sang suami "Terus?"

"Mas suka kamu, kamu, dan kamu."

"Tapi Fiyah pendek, mas."

Alfatih terkekeh "Suka kamu."

"Fiyah bukan Ning mas?"

"Suka kamu."

"Fiyah pendek banget loh mas."

"Tetap suka kamu."

Alfatih tak memberi alasan yang tepat dalam hal ia menyukai Safiyah. Jika ditanya mengapa menyukai Safiyah dan mencintanya? Maka jawaban dari Alfatih adalah, karena hakikatnya hati yang menggerakan adalah Tuhan, maka ia jatuh cinta kepada Safiyah karena Tuhan.

"Mas bisa aja buat Fiyah salting, mas paling pinter hal iitu" Safiyah menyandarkan kepalanya di dada Alfatih

Alfatih tersenyum mendengar ucapan Safiyah lalu ia mengecup puncak kepala sang empu. "Kamu yang baperan, sayang." ucap Alfatih

"Mas, darimana Fiyah nggak baper kalau mas aja selalu manis ke Fiyah. Mana hati ini gampang banget baper sama suatu hal, jadi wajar aja kalau Fiyah dengan mudah membalas cinta dari mas yang awalnya hanya mas yang cinta sama Fiyah." ucap Safiyah tersenyum

"Perempuan itu hakikatnya hatinya lembut, amat lembut. Tujuan mas berdoa untuk kamu dan bersikap manis ke kamu lain tak lain untuk meluluhkan hati kamu, walau hakikatnya hati kamu sudah lembut, tapi tetap saja, setiap manusia pasti hatinya bisa menjadi keras walau awalnya amatlah lembut seperti kamu." Alfatih mengusap lengan Safiyah sambil tersenyum

Safiyah memeluk Alfatih dari samping dan membenarkan badannya untuk mencari posisi yang nyaman. Alfatih membalas pelukan itu dengan merangkul dan menciumi puncak kepala sang empu.

"Mas, makasih ya udah luluhin hatinya Fiyah. Fiyah juga berterima kasih karena mas, Fiyah menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Maaf ya kalau Fiyah masih kekanak-kanakan, tapi Fiyah janji bakal bersikap lebih dewasa lagi mas, Fiyah janji." Safiyah semakin erat memeluk sang suami

"Mas suka kamu yang kekanak-kanakan, jadilah seperti ini karena mas suka. Bersikap dewasa itu memang harus, tapi sisi manja kamu yang begini itu jangan kamu hilangkan, paham hayati?" ujar Alfatih menundukkan kepalanya untuk menatap sang istri dan sang empu mendongak lalu mengangguk sambil tersenyum

Cinta Seorang Santri (Segera Terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang