Pasutri kiw kiw

137 5 0
                                    

Alfatih benar-benar menepati janjinya, ia bersiap untuk menemui istrinya dirumah. Dengan motor yang akan dibawa oleh Musa ia bersiap dengan jaket yang menghangatkan tubuhnya. Musa sengaja menemani Alfatih agar ia pulang pergi mudah karena keduanya pasti akan dapat izin dari pondok, apalagi untuk Alfatih yang notabenenya adalah seorang suami yang jauh dari istri.

Perjalanan dimulai dengan motor yang dibawa oleh Musa, Alfatih awalnya ingin membawa motor tersebut namun Musa melarang. Ia berkata, Alfatih cukup di belakangnya membonceng dan ia akan mengantarkan Alfatih sampai rumah sesuai ucapan Gus Alim.

Perjalanan yang menempuh jarak satu jam kurang selesai. Alfatih dengan semangat memasuki rumah dan Muda mengikuti di belakangan. Pintu terbuka dan Alfatih mengucap salam.

"Assalamu'alaikum."

"Waalaikumsalam, mas Al?!" Amina menyumbalkan kepalanya dibalik pintu dapur, gadis bercadar itu berlari menghampiri kakaknya yang berada di ruang tengah.

Dengan cepat Amina memeluk kakaknya yang langsung membalas pelukannya. Safiyah yang berada di dapur merapihkan cadarnya dan keluar dari dapur tersebut. Ia menemukan suaminya berdiri di ruang tengah, ia dengan pelan melangkah sedangkan suaminya masih sibuk dengan adiknya.

Alfatih menyadari sang istri yang baru datang, ia melepas pelukannya dengan sang adik dan merentangkan tangannya meminta Safiyah untuk masuk dalam dekapannya. Sang empu tak bergeming, Alfatih memutuskan berjalan dengan tangan yang ia rentangkan. Saat sampai pada istrinya, ia tak berkata apapun langsung memeluk Safiyah yang masih termenung.

"Kenapa sayang? Mas datang untuk kamu." ucapnya mendekap sang istri

Safiyah membalas dekapan itu dan langsung menyembunyikan wajahnya di dada sang suami, ia menangis.

"Kangen banget hm?" tanya Alfatih

"Kangen mas." lirihnya sembari menangis

Alfatih terkekeh dan mengeratkan pelukannya, ia juga menciumi puncak kepala Safiyah yang memeluknya erat.

"Mas juga kangen kamu, sayang." balasnya

"Mas, nggak mau sendiri, Fiyah mau sama mas." isaknya

Alfatih mengusap punggung sang istri dengan lembut, Safiyah melonggarkan pelukan itu dan Alfatih dengan segera mengusap air mata sang istri yang membasahi pipi.

Ia mendekatkan wajahnya dan mencium kening sang istri lama hingga matanya terpejam. Safiyah meraih tangan sang suami dan menciumnya hingga beberapa kali sebelum akhirnya ia memeluk kembali sang suami yang ia rindukan.

"Mas tetapi janji, makasih ya mas." ucap Safiyah dalam pelukan itu

"Sama-sama sayang." Alfatih kembali mencium puncak kepala Safiyah

Musa dan Amina yang masih berdiri di belakang pasutri itu terpaku. Keduanya bahkan tak bergerak untuk berpindah tempat, mereka berdekatan hingga akhirnya Musa menyadari jaraknya dan ia berpindah sedikit menjauh.

"Al? Itu kamu?" Sara keluar dari kamar dengan cadarnya

"Umi, iya ini Alfatih." ucapnya dan Suara mendekati putra sulungnya yang merangkul sang istri

Alfatih mengambil tangan sang umi dan menciumnya dengan hikmat. Sara menangkup wajah Alfatih dan mencium kening sang putra. Ia merangkum wajah Alfatih, menatap, dan memperhatikan. Seolah ia tak percaya bahwa yang didepannya adalah putranya.

"Kamu pulang le?" tanya Sara

"Iya umi, Al pulang untuk Safiyah." ucap Alfatih

Tangan Sara membelai wajah Alfatih dan satu tangan lainnya mengusap bahu Safiyah sang menantu.

Cinta Seorang Santri (Segera Terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang