Keluarga Cemara

85 4 4
                                    

"Ali, umma pajang foto kamu di perut umma ya sayang." monolog Safiyah sembari meletakan foto hasil USG kehamilannya

Safiyah mengehela nafasnya, air matanya hendak turun kembali namun dengan segera ia berucap istighfar dan mengusap matanya. Masa kehamilan ke enam bulan menoreh berbagai cerita, mulai ia merasakan mual, sensitif dan mulai nyaman dengan kehamilan serta merasakan berat dengan kehamulannya.

Mengenai keikhlasan, Safiyah ikhlas. Ia merelakan sang bayi yang dikandungnya kembali kepada Tuhan sebelum ia menimang sang bayi. Semua mimpinya memang sirna, namun ia ikhlas. Jalan Tuhan lebih baik dari segalanya.

"Umma." panggil seseorang dari balik pintu kamarnya

Safiyah menoleh dan mengusap matanya "iya sayang, masuk."

Seorang remaja laki-laki dan gadis perempuan masuk kedalam kamar dengan sebuah kue di tangan gadis kecil itu. Mereka berjalan dengan seulas senyuman manis yang menghiasi bibir mereka dan menghampiri sang umma yang tengah duduk di pinggiran kasur dengan jilbab tanpa cadarnya.

Safiyah yang melihat kedua anaknya dengan membawa kue itu menyeritkan dahinya. Ia terkekeh dan tersenyum kala kedua anaknya sampai dihadapannya.

"Barakallah fi umrik umma!" seru kedua anak tersebut

Safiyah melebarkan matanya dan tertawa. "MasyaAllah sayang, kalian ingat hari ini?"

"Ingat dong umma, hari lahir umma kita tercinta masa lupa. Dedek selalu ingat begitu juga dengan mamas, iya kan?" Ucap Asiyah gadis kecil kesayangan keluarga yang membawa kue ditangannya

"Iya dong umma, umma kita yang paling cantik punya anak seganteng Hamzah masa nggak tau tanggal lahirnya, ya tau dong umma, mamas sampai hafal." ucap Hamzah tersenyum

Safiyah tersenyum haru dan meminta kedua anaknya untuk masuk dalam dekapannya. Ia mencium kening kedua anaknya dan mengusap air mata yang jatuh begitu saja.

"Jangan nangis dong umma." pinta Asiyah setelah dekapannya itu lepas

"Umma terharu sayang, terima kasih putra putri umma untuk kejutannya." ucap Safiyah mengusap pipi Hamzah dan Asiyah

"Sama-sama umma, oh ya, nanti akan ada sesuatu loh." ucap Asiyah dan melirik sang kakak sekilas

Dua alis Safiyah naik dan memberikan seulas senyum "oh ya? Apa itu sayang?" Tanya Safiyah

Hamzah menepuk tangannya tiga kali dan seseorang datang dengan membawa buket bunga edelweis berukuran sedang dengan pakaian yang terlihat tidak asing. Dia Alfatih yang datang dengan buket bunga dan setelan jas pengantin yang pernah ia pakai sewaktu pernikahannya dengan sang istri.

Safiyah tertawa bahagia melihat sang suami yang datang dengan membawa bunga untuknya dan senyuman manis serta wajah menawan walau banyak perubahan yang ada pada suami dari Safiyah tersebut.

"Istriku, ibu dari anak-anakku yang sangat aku cintai, selamat bertambah umur. Ingat aku selalu di hari kita menjadi sepasang kekasih dan sampai anak kita menimang cucu-cucu kita, 'uhibuk 'iilaa al'abad ya zawjati." ucap pria dengan jas pengantin yang melekat di badannya dan seikat bunga edelweis yang berada di genggamannya

Safiyah tersenyum haru dan merentangkan tangannya meminta sang suami tercinta masuk kedalam dekapan hangatnya. Alfatih memeluk istrinya yang menangis haru dengan wajah yang disembunyikan di dadanya. Alfatih tersenyum bahagia dan mencium puncak kepala sang istri dengan penuh sayang.

"Selamat bertambah umur, istriku." bisik Alfatih

"Makasih mas Alfa." balas Safiyah terharu biru

Alfatih melepas pelukannya dan mencium kening sang istri lama. Ia mengusap air mata Safiyah setelah kecupan di kening yang penuh dengan cinta. Hamzah dan Asiyah yang berada di samping Safiyah ikut tersenyum dan keduanya dengan kompak mencium pipi sang umma dengan penuh kasih sayang.

Cinta Seorang Santri (Segera Terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang