Rindu suami

116 3 0
                                    

Malam hari menyapa, Safiyah menatap wallpaper ponselnya yang mana adalah foto sang suami dihari resepsi yang ia ambil secara diam-diam. Safiyah menghela nafasnya, malam ini ia tidur sendiri dengan segala kesunyian yang akan ia rasakan. Walau masih ada mertua dan iparnya, tetap saja ia butuh sosok suami saat ini. Ia, sudah rindu walau terhitung baru berpisah dengan sang suami.

Helaan nafas keluar dari mulut Safiyah, wanita bercadar itu duduk sendirian di kursi dibawah pohon yang berada di halaman rumah.

"Mas, belum sehari Fiyah udah rindu. Apa kabar untuk dua tahun kedepan mas?" gumamnya sambil menatap langit yang dihiasi dengan jutaan bintang

Mata Safiyah tak lepas dari langit yang mana dihiasi oleh jutaan bintang yang bertaburan disana. Matanya menatap kagum dan rindu. Ia butuh Alfatih sekarang namun apa hal yang harus ia lakukan.

Seorang wanita berdiri dibelakangnya dan mengucapkan salam yang membuat seorang Safiyah menoleh dan menemukan seorang Dania yang berdiri di belakangnya.

"Assalamu'alaikum, Ning." ucapnya

"Waalaikumsalam, mbak Dania." balas Safiyah tersenyum

Dania membalas senyum wanita bercadar itu. "Ning, boleh saya bergabung duduk disini?" izin dari Dania kepada Safiyah

Safiyah tersenyum dan menganggukan kepalanya. "Tentu, silahkan duduk." ucap Safiyah kepada Dania

Dania tersenyum lalu mengangguk, ia duduk di samping seorang Safiyah yang sedang kesepian karena sang suami tak berada di dekatnya saat ini. Belum ada pembicaraan dari keduanya, mereka sama-sama diam. Dan sampai pada akhirnya Safiyah membuka pembicaraan antara keduanya saat ini.

"Mbak Dania, ada keperluan?" tanya Safiyah kepada gadis di samping dirinya itu

"Ya, saya ingin mengatakan sesuatu kepada Ning Safiyah." ucapnya menunduk

Safiyah monoleh pada gadis itu "Apa yang ingin kamu katakan?"

Dania mendongakkan kepalanya dan menatap mata Safiyah yang jernih itu. Ada suatu hal yang harus ia mengatakan hal ini sebelum semuanya diketahui oleh Safiyah dari orang lain.

"Maaf sebelumnya Ning, mungkin ini akan menyinggung perasaan Ning Safiyah. Tapi demi Allah Ning, saya mengatakan ini agar tak terjadi kesalah pahaman antara kita. Saya hanya ingin Ning tau dari saya, hanya itu Ning." ucap Dania

Dahi Safiyah mengerut, ia tak paham dengan ucapan Dania. Hal apakah sebenarnya yang akan ia katakan hingga membuat Safiyah tak paham.

"Bicara, apa yang mau kamu bicarakan. Saya akan mendengarkan semuanya," ucap Safiyah

Dania menatap wanita didepannya, ia menghembuskan nafasnya dan berkata. "Saya adalah teman masa kecil Gus Alfatih, dahulu kami sering bermain bersama sampai masa MI selesai kemudian Gus Alfatih pindah ke pondok pesantren Al-Jannah. Maafkan saya Ning, sebelum Ning dan Gus Alfatih menikah, saya sempat menyukai Gus Alfatih." ungkap Dania

Safiyah mematung, ia ada rasa tak enak hati. Entahlah, namun ia merasa tak menyukai ucapan Dania itu walau ia tau tujuan dari Dania itu baik, karena tak lain ingin mengungkapkan isi hatinya agar tak terjadi kesalahan pahaman antara Dania, dirinya dan juga Alfatih.

"Kamu suka mas Alfa?" tanya Safiyah lembut

"Iya Ning, tapi itu dulu. Sekarang mana mungkin saya menyukai suami orang, saya sudah melupakan Gus Alfatih, Ning." jawab Dania menundukkan kepalanya

Safiyah tersenyum ia mengangguk dan mengusap lengan Dania. "Iya, tidak apa-apa mbak, terima kasih telah jujur dengan tujuan baik kamu." ucapnya

"Ning, tidak marah?"

Cinta Seorang Santri (Segera Terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang